Wasiat?

37 9 0
                                    

Setelah aisyah dan umi selesai berbincang bincang, aisyah kembali ke kamar pondoknya. Sedangkan umi masih berdiam diri di ruang tamu sambil sesekali menikmati teh hangat dan kue buatannya sendiri. Pak kiyai tidak ada di rumah, beliau sedang ada tugas dakwah di daerah surabaya jadi beliau belum pulang dari kemarin. Mungkin nanti sore pulang.

"Assalamualaikum"salam gus fathi ketika masuk ke dalam rumah dan langsung menyalami tangan sang umi yang berhasil membuyarkan lamunannya.

"Waalaikumussalam, eh kamu sudah pulang?"Tanyanya yang sudah sadar dari lamunan ketika gus fathi salim tangan.

"Sudah, ada apa?"Tanya gus fathi ketika duduk.

"Tidak apa apa ka"ujarnya yang tersenyum.

"Hmm"hanya deheman saja yang gus fathi ucapkan.

"Oh iya, orang tua kamu kapan ke sini ka?"Tanya bu nyai yang memang memanggil gus fathi dengan sebutan kakak.

"Besok mi."

"Yasudah yang penting mereka di kota baik baik saja, adikmu pulang besok ya dari tarim. Berarti langsung kesini?"Tanyanya lagi.

"Iya mi, putri sudah selesai dengan belajarnya."

"Alhamdulilah, syukurlah adikmu sudah bisa pulang."

Fathi hanya menganggukan kepalanya dan bersandar di bangku sambil meregangkan otot ototnya, karena lumayan capek dengan kerjaan di pondok. Di tambah fathi memang punya perusahaan yang lumayan terkenal dan sukses. Jadi ia harus bisa berbagi waktu untuk perusahaan dan pesantren, walaupun sekarang perusahannya masih di pegang oleh orang kepercayaanya, tetapi fathi harus bisa memantau dan mengerjakan tugasnya sebagai CEO perusahaan.

Bu nyai dan pak kiyai adalah nenek dan kakeknya gus fathi, sedangkan kedua orang tua gus fathi sama seperti aisyah tinggal di kota Jakarta. Mereka sedang mengurus perusahaan di sana. Gus fathi di sini membantu mengurus pondok pesantren milik kakeknya, dan sekali kali ia pergi ke negara Amerika yang mana perusahaanya di negara tersebut.

Fathi memang lulusan tahfidz pondok pesantren di kota tarim tahun lalu, ketika itu sang kakek memintanya untuk membantu di pesantren. Dan fathi hanya mengiyakan saja. Apa salahnya juga ia membagikan ilmunya kembali yang ia dapat selama beberapa tahun di tarim, dan masalah pekerjaan pun masih ia bisa pegang walaupun di bantu orang kepercayaanya.

"Ka"panggil nu nyai.

"Iya, kenapa?"Tanya gus fathi.

"Kakak tau aisyah?"Tanya balik umi nyai.

Fatih mengerutkan dahinya. Bingung dengan pertanyaan sang umi.

"Maksud umi?"Tanyanya.

"kakak kenal gak?"

"Santri baru?"Tanyanya lagi.

"Iya kak, astaghfirullah"ujar sang umi yang langsung membaca istighfar dengan tingkah cucu pertamanya ini.

"Gak kenal, cuma tadi ada santriwati minta buku ke ruangan. Mungkin itu orangnya"ucapnya santai dan umi hanya menghela nafas kasarnya.

"Kakak tau gak, umi tuh kagum sama aisyah. Dia tuh orangnya kuat banget dan sabar. Dia di usir oleh keluarganya, di fitnah, di keluarkan dari kampus, dan di usir dari kosan karena perbuatan yang dia tidak lakukan. Tapi dia masih bersabar dan ikhlas ka. Umi kagum banget sama aisyah"curhatnya.

"Di usir keluarga, maksudnya?"Tanyanya yang tidak paham.

Akhirnya sang umi menceritakan masa lalu aisyah kepada cucu tertampannya itu, dan tanpa ada yang di tutupi. Semuanya di ceritakan kepada gus fathi. Setelah mendengar cerita sang umi, gus fathi pun merasa kagum kepada aisyah, karena aisyah merupakan wanita yang cukup kuat dengan ujian yang sudah ia alami.

"Di sisi lain, umi kasian sama aisyah. Tapi umi pun di buat kagum dengan pendirian hatinya untuk berhijrah, ya tadi dia ikhlas di usir oleh keluarga dan lain sebagainya"curhatnya.

"Sudahlah mi, itu sudah jalan takdir hidupnya"jawabnya yang tidak mau sang umi terus memikirkan masalah ini.

"Iya ka umi tau. Tapi umi pastikan sekarang gak ada yang bisa nyakitin aisyah lagi, kalau ada suruh hadapi umi dulu"ujar sang umi yang terlihat sangat geram jika ada yang menyakiti aisyah.

Fathi di buat heran dengan sikap sang umi kepada gadis yang bernama aisyah itu. Terlihat jelas jika sang umi menyayangi gadis itu, fathi hanya bisa menghela nafas kasar dengan tingkah neneknya. Begitulah jika ia sudah menyayangi orang lain, apapun akan ia lakukan.

"Oh iya, umi minta tolong sama kamu. Jagain aisyah, jangan sampai ada yang nyakitin dia siapapun itu dan pantau terus aisyah. Dan satu lagi, aisyah kesayangan umi harus dalam keadaan baik baik saja kapanpun itu!"tegasnya.

Fathi di buat melonggo dengan perkataan sang umi, apa tadi kesayangan? Ahh fathi dan adiknya yang sudah lama bersama umi saja jarang di sebut kesayangan. Lah ini? gadis yang baru beberapa hari di sini sudah di sebut kesayangan? Ntahlah fathi hanya mengiyakan saja, toh di sini juga ada banyak orang yang menjaga aisyah, pikirnya. Dan tidak tahu juga apa maksud perkataan neneknya, yang dia tau,  bahwa sang umi hanya menyuruhnya untuk menjaga aisyah dan ia mengiyakan.

Ujian Aisyah[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang