08. Andai kamu tahu

116 14 20
                                    

“Ketika kamu semakin dekat denganku maka kamu akan semakin terluka karenaku.”

☆⁠▽⁠☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆⁠▽⁠☆

"Kenapa tiba-tiba bunda menyuruh saya untuk jadi menantu bunda? Jangan bercanda deh."

Paula tertawa kecil lalu menepuk pelan pundak Gistara.

"Saya yakin kamu pilihan yang tepat untuk Enzo. Lagipula saya itu nge-fans banget sama kamu, Gis. Pokoknya nanti lusa saya dan Enzo dateng ke rumah kamu untuk meminta restu."

Disaat Paula senang hati bisa bertemu sang idola secara langsung malahan Enzo gundah gulana karena perjodohan yang tidak masuk akal ini.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Gistara mengangkat bahu sedang Enzo menggeleng kepala.

"Bun, ini mendadak. Enzo rasa ini akan membuat Gistara tertekan karena Enzo yakin dia tidak memiliki perasaan ke Enzo atau sebaliknya. Gistara juga masih dibangku SMA, Bun. Ini sangat tidak masuk akal."

"Tapi, Zo. Mau sampai kapan kamu begini terus? Kalau dibiarkan saja toh kamu juga nggak akan nikah-nikah."

Keras kepala sekali ibu satu ini.

"Sudah sudah. Begini saja, nanti saya pertimbangkan soal ini dan nanti saya akan coba membahas ini dengan kedua orang tua saya."

"Saya ijin pulang."

☆⁠▽⁠☆

Dua jam lagi pelajaran akan usai. Siswa-siswi di kelas Gistara sedang berlari mengitari lapangan karena sekarang adalah jam olahraga.

Gistara terlihat semangat berlari padahal hari sedang terik-teriknya. Tak terasa sudah dua putaran Gistara lalui. Tersisa dua putaran lagi. Gistara tak sanggup. Ia memegangi lututnya kemudian duduk selonjoran di tepi lapangan. Jantungnya melemah harusnya ia berada di UKS sejak tadi pagi. Tetapi, gadis itu ngotot mengikuti pelajaran hari ini.

Matanya terpejam seraya mengatur napasnya yang tersengal. Kini detak jantungnya semakin cepat. Sakit. Rasanya seperti mau mati.

Aiko berlari cepat saat menyadari temannya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Gista!"

Satu persatu teman-temannya mendatangi Gistara.

"Waduh kumat lagi nih."

"Ah, palingan juga caper."

"Dasar benalu. Gunanya bikin repot orang aja."

Bisik-bisik tak mengenakan mulai terdengar. Tak peduli dengan bisikan itu lagi Gistara terus mengatur napasnya sebelum pandangannya memburam.

Gistara & Her doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang