Papa?

683 49 2
                                    

P a p a ?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Siang ini Jaemin bangun dengan mata yang sembab. Semalam suntuk ia habiskan dengan menangis.

Rasanya ini tidak adil baginya. Usia Mark masih sangat muda tetapi Tuhan sudah memanggilnya. Ah, ia masih belum bisa menerima kenyataan seperti ini.

Anaknya saja belum beranjak dewasa tetapi sudah harus merasakan kehilangan sosok ayah dalam hidupnya.

Ayah yang selama ini selalu menomorsatukan dirinya, ayah yang memanjakannya setiap hari, dan ayah yang menjadi cinta pertamanya telah direnggut paksa oleh takdir.

Bukankah Jaemin pantas untuk menolak kenyataan?

Masih di atas kasurnya, Jaemin bangun dari posisi berbaring lalu duduk bersandar.

Menoleh ke sisi samping memastikan anaknya masih terlelap. Matanya bergulir ke sisi kasur yang kosong tempat biasa Mark tidur.

"Hyung...Aku tak percaya akan secepat ini kau pergi. Rasanya baru kemarin aku membangunkanmu dengan tiga cara. Baru kemarin juga aku menitip macaron. Tapi kau hanya memberiku macaron hiasan. Ah, aku benci Hyung..."

"Aku benci dengan semua realita. Hyung, bisakah kau kembali untuk sementara waktu? Atau haruskah aku yang menyusulmu kesana?"

Ting

Satu pesan masuk melalui ponsel Jaemin yang ternyata setelah dicek itu dari Xiaojun.

Kak Dejun

|Na, ini ada titipan untukmu
[12:03 PM]

Titipan apa kak?|
Dari siapa?|
[1:27 PM]

|Ke toko saja
|Nanti juga tahu
[1:38 PM]

Nana ambil nanti ya kak|
[1:39 PM]

|Oke
[1:39 PM]

Masih ingat toko bunga internasional cabang Seoul yang selebarannya Mark simpan di buku kecil? Ya, itu toko bunga milik Seo Hendery, teman Mark sekaligus suami dari Xiaojun.

"Unaa..."

"Eh? Iya sayang? Minji sudah bangun hm?" Jaemin mengangkat tubuh Minji untuk ia bawa ke pangkuannya.

"Ppa ana?"

"Papa mana? Minji kangen papa ya?"

"Umm...ppa..."

"Papa sedang pergi, sayang..."

"Eung?"

"Papa pergi..."

"Papa pegi?"

"Iya...Minji mau ikut buna ke tempat Aunty Jun?"

"Iyahhh!!" Minji bersorak girang

Jaemin ikut tersenyum melihatnya. Ah, kalau saja anaknya sudah mengerti apa yang terjadi kemarin pasti tidak akan sebahagia ini.

Namun inilah makna kehadiran Minji, mewarnai kehidupan dan menjadi alasan utama Jaemin untuk tetap bertahan tanpa Mark.

Setelah Jaemin dan Minji sudah selesai bersiap, mereka masuk ke dalam mobil dengan Jaemin yang menyetir dan Minji di sebelahnya.

Jaemin menjalankan mobilnya menuju pusat kota Seoul dimana toko milik Hendery berada.

Till The Last | Nomin ft. Markmin [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang