chapter tree

286 11 0
                                    

Siang ini Zahir masih sibuk di kafe miliknya itu di temani dengan dua teman Zahir yaitu Raka dan Ardan
Mereka bertiga berbincang-bincang di sudut kafe sembari meneguk kopi
" Zahirr kapann nikahh nih ? "
Tanya Raka. "Entaran dulu belum kepikiran". " eh dia mah masih gamonn kalii sama si ituu " celetuk Ardan menggoda Zahir tentang hubungannya dengan mantan kekasih nya zahir, " enak aja tu mulut kalo ngomong ga bisa di rem ya " sahut Zahir membalas celetukan Ardan. Ardan yang terkenal jahil dan kerap menggoda teman temannya yang lain itu tak henti hentinya menggoda Zahir.

Berbanding terbalik dengan raka, dia justru tidak terlalu banyak bicara namun banyak bertindak. Raka dan Ardan adalah sahabat Zahir dari sejak zaman SMA mereka bertiga memang selalu akrab seperti saudara sendiri.
" Eh nanti kayanya gua ga bisa malem malem disini, soalnya sore ini mau ada acara jadi yang disini paling si hakim "
Zahir menyampaikan bahwa dirinya tak bisa berlama-lama lagi di kafe nya ini, mengingat bunda nya yang meminta dirinya untuk pulang sore.

" Yaudah gapapa kita disini aja yaa mau ngerampok kafenya Zahir hehe... " Gumam Ardan menggoda Zahir kembali. " Apaan dah bocah udah ga usah dengerin dia ntar kita berdua juga mau balik ada urusan lain soalnya " sahut Raka membalas omongan Ardan, Zahir hanya terkekeh geli mendengar semua itu.

••••••••••

Akhirnya jam menunjukkan pukul 15.30 dan benar saja mobil Zahir sudah berada di depan rumahnya dia segera masuk ke dalam dan saat membuka pintu rumahnya, Zahir di buat terkejut oleh kehadiran sang Abah bersama bunda nya yang sudah menunggu sedari tadi
" Assalamualaikum Abii bunda "
" Waalaikumsalam warahmatullah, Zahir Nang Rene lungguh sedelok arep tak omongi "

Zahir memang mempunyai keturunan Jawa abahnya sendiri adalah keturunan asli dari Jawa Tengah jadi mereka sering menggunakan bahasa Jawa jika berada di lingkungan pesantren.

Zahir menatap bundanya kebingungan dan Sinta memberi anggukan sebagai tanda untuk Zahir agar mendengarkan abinya.
" Nggeh Abi arep dawuh nopo ? "
" Awakmu Saiki wes gede to Nang wes kudu siap omah-omah, Abi wes nyiapke wadon seng arep rabi Karo awakmu dadi awakmu gelem ta ora tak jodohke ? "

Mendengar perkataan abinya Zahir kaget dan dia bingung harus menjawab apa disisi lain dia belum ada keinginan untuk menikah namun disisi yang satunya lagi dia tidak mau melawan perintah abinya.

" Abi Zahir mboten saget njawab sakniki, Zahir taseh bingung "
" Nang rungokno ta awakmu ora kudu rabi sak Iki tapi Abi pengen weruh awakmu urip Karo wong seng nggenah ". " Nggeh, Zahir Puron bah "
Terpaksa Zahir harus menuruti permintaan abinya, walupun terlihat dingin di luar dengan orang yang tidak ia kenal, namun sebenarnya Zahir adalah anak yang penurut kepada orang tuanya dia selalu menuruti semua kemauan Abah dan bundanya karna dengan begitulah dia menunjukkan kalau dia berbakti kepada kedua orang tuannya.

Setelah itu Zahir langsung naik ke atas kamarnya untuk bersiap-siap karna habis Maghrib ada kajian, Zahir biasa mengikuti kajian rutin setiap minggunya suara zahir sangat tenang saat melantunkan shalawat nabi, dirinya juga gemar sekali melakukan kegiatan itu. Bukan hanya bershalawat tapi Zahir juga gemar menyanyikan lagu-lagu klasik di kafenya sendiri saat mengisi waktu luang.

•••••••••••••••

Seyra sudah sampai di depan rumahnya, saat membuka pintu rumah ternyata bunda nya sedang memasak di dapur dan dia di kejutkan dengan kedatangan sang ayah yang baru pulang dari luar kota.
Ayah seyra adalah salah satu CEO dari perusahaan terkenal jadi mau tidak mau harus pulang pergi ke kota lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.

" Ayahhhhhhh "
Seyra berlari memeluk ayahnya karna rasa rindu yang amat sangat mendalam.
" Hallo putri ayah tersayangg "
" Ayah seyra kangenn bangett sama ayahh "
" Iya seyra sayang ayah jugaa sama kangen banget sama seyra ".
Ratih yang melihat putrinya manja dengan ayahnya hanya tersenyum kecil, memang sudah menjadi kebiasaan seyra saat ayahnya pulang dari luar kota pasti selalu ingin dimanja oleh ayahnya itu.

Zahir Al - ArzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang