chapter four

212 10 0
                                    


Setelah melihat Radit yang pergi menjauh seyra segera masuk ke dalam rumahnya, benar saja ayah dan ibunya sudah menunggu jawaban perihal perjodohan itu di ruang tamu.
"Assalamualaikum seyra pulang"
Dengan mata sembam dan wajah yang terlihat sedikit murung seyra akhirnya memberanikan diri untuk menyetujui perjodohan itu.

"Waalaikumsalam, seyraa sayang sini duduk dulu kamu kenapa ceritaa sama ayah"
"Ayah ibu seyra udah ngambil keputusan seyra ......"
" Seyra apa nak " gumam ibu menunggu kata-kata seyra yang selanjutnya " seyraa setuju buat dijodohin sama orang pilihan ayah ibu " "Alhamdulillah nak ayah sama ibu sangat senang mendengar keputusan kamu yang tepat" gumam ibu yang lega karna anaknya tidak salah mengambil keputusan.

Seyra hanya tersenyum mendengarkan perkataan ibunya, ibu dan ayahnya tidak tahu bahwa sebenarnya di dalam hati anak nya sedang merasakan sakit yang amat sangat menusuk hatinya itu, seyra merasa bahwa semua ini masih seperti mimpi buruk baginya.

Setelah itu dia langsung pergi menuju kamarnya untuk menenangkan dirinya dengan di temani kasur, boneka, bantal, dan guling yang ada di kamarnya. Tak lupa disaat seperti ini seyra selalu mendengar lagu-lagu dari Nadin amizah yang sangat ia gemari.

••••••••••••••

Keesokan harinya keluarga Zahir sudah bersiap-siap untuk pergi mengadakan pertemuan antara keluarga seyra dan Zahir, Abah nya Zahir sudah tidak sabar ingin bertemu sahabat lamanya itu karna sudah beberapa bulan ini mereka jarang bertemu, Abah nya Zahir dan ayah nya seyra memiliki kesibukan masing-masing yang sangat padat.

" Zahirr sayang kamu udah siapp apa belum ? " Teriak sang bunda karna tidak sabar ingin bertemu dengan calon menantunya. " Nggeh bunda sebentar lagi Zahir mau mandi dulu, nanti kalo udah Zahir kebawah "
" Jangan lama-lama yaa, sama jangan lupa dandan yang gantengg yaa.... "
Sinta menggoda anak lelakinya, mendengar itu Zahir juga ikut gembira karna sang bunda gembira.

Zahir memang anak yang penyayang kepada kedua orang tuanya, bukan hanya orang tuanya sebenarnya dia juga penyayang kepada saudara dan teman temannya, namu dia terlalu gengsi untuk menunjukkan semua itu.

Zahir melihat dirinya di cermin panjang yang berada di sudut ruang kamarnya, dia memandangi cermin sembari tersenyum tipis karna melihat ketampanan dirinya.

Zahir mengenakan atasan kemeja berwarna biru tua serta bawahan sarung yang berwarna putih tidak lupa memakai peci hitam favorit nya, semua itu terlihat sangat serasi dengan dirinya. Rahang yang tegas serta tampang yang galak tapi sebenarnya penyayang membuat dirinya tambah berwibawa.

" Semua sudah siapp? " kata sang Abi menanyakan kepada anak dan istrinya, takut ada yang ketinggalan.
" Siap Abii ayo berangkat sekarang "
Zahir sangat gembira melihat pahatan senyum yang ada di raut wajah kedua orang tuanya, walaupun dia tidak tau seperti apa nanti calon istrinya tapi dia percaya kepada kedua orangtuanya, bahwa pilihan mereka adalah pilihan yang terbaik.

Keluarga Zahir tiba terlebih dahulu di restoran yang sudah di pesan sambil menunggu keluarga seyra mereka bertiga berbincang-bincang terlebih dahulu.

••••••••••

"Tok tok tok....."
"Seyra sayang kamu udah siap nak?"
Tanya sang ibu kepada seyra.
"Seyra udah siap bunda"
Seyra membuka pintu kamarnya sembari mengatakan itu.
Saat melihat penampilan anak gadisnya itu ibunya kaget karna betapa cantik dan manis anak gadisnya.
"Ma syaa allah seyra anak ibuu cantik banget" "ibuu bisa aja kan udah dari dulu seyra cantik, kaya ibuu hehe...."

Seyra memang terlihat sempurna dengan pakaian gamis yang bernuansa vintage dia terlihat lembut dan manis dengan motif bunga-bunga indah yang di iringi warna-warna nude, hijab dan sepatu yang ia kenakan juga senada dengan pakaiannya serta riasan yang tidak terlalu tebal membuat penampilan nya semakin terlihat anggun dan manis.

Zahir Al - ArzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang