02: Breaking the Rules

283 45 0
                                    

Matahari mulai merunduk, digantikan oleh sang rembulan. Setelah mengganti gaunmu, kini kamu mengenakan piyama berwarna biru muda dengan corak putih di kerah dan lengan. Piyama itu pas dengan ukuran tubuhmu, nyaman tanpa terlalu sesak atau terlalu longgar.

Tiba-tiba, pintu diketuk tiga kali dengan perlahan. Kamu sudah bisa menebak bahwa orang di luar— yang tengah mengetuk pintu kamarmu— adalah kepala pelayanmu, James.

"Masuklah!" ucapmu sambil menyisir rambutmu.

James memasuki kamar setelah mendapat izinmu. Meskipun shift-nya sudah berakhir, lelaki itu masih mengenakan seragam kepala pelayan.

Kau melihat dari pantulan kaca, James tersenyum lembut padamu, meski kau masih sedikit jutek dengannya.

Lalu, James meletakkan kedua tangannya di pundakmu, "Nona, biar aku bantu menyisir rambutmu," tawarnya.

"Oh? Tidak usah, aku bisa—"

Tiba-tiba, James mengambil sisir dari genggamanmu, "Ah, ah, ah. Kamu malah membuat rambutmu semakin kusut," ucapnya sambil menaikkan dagumu dengan jari telunjuknya. "Biar aku bantu kamu menyisir rambutmu," tambahnya.

Kamu terkantuk-kantuk saat James menyisir rambutmu dengan lembut. Ia memijat kepalamu dengan gerakan melingkar, meredakan rasa pegal mu setelah seharian membaca buku.

Kamu merasa sedikit bersalah karena berwajah masam tadi, sehingga memutuskan untuk berterima kasih, "Terima kasih, James."

James tersenyum lembut, "Tidak perlu berterima kasih. Itu sudah tugasku, Nona."

Meski begitu, kamu ingin menyampaikan lebih, "Walaupun begitu, kau sangat berjasa bagiku, James. Tanpa bantuanmu, progres ku tidak akan meningkat sebagus ini, dan aku pasti masih menjadi anak pemalas seperti dulu." Kamu terkekeh.

James tersipu, mengira kamu membencinya karena ketat dengan aturan, namun ternyata sebaliknya. Terima kasihmu sudah cukup membuatnya bahagia.

Kamu berbaring di atas ranjang, berharap James akan meninggalkanmu agar bisa menjalankan rencanamu untuk makan coklat diam-diam.

Tetapi, James tak kunjung beranjak dari kamar tidurmu. Ia malah duduk di meja rias, memperhatikanmu dengan mata anak anjingnya. Ya Tuhan, rasanya kau ingin menendang dia keluar dari kamar tidurmu.

"James, kenapa kamu masih di sini?" tanyamu heran.

"Aku akan menemanimu sampai kamu tidur, Nona," jawabnya enteng sambil tersenyum manis.

Kamu memutar bola matamu, "Ugh, James, aku bukan lagi anak berusia 10 tahun yang takut tidur sendirian."

James tetap tak bergeming, senyuman manis terukir di wajah tampannya. Mengapa dia begitu keras kepala?!

"Oh? Aku tidak yakin kamu tidak akan lari ke kamarku untuk minta ditemani saat tidur, karena takut ada monster, hmm?"

Wajahmu memanas, "H–Hei! Saat itu umurku masih dua belas tahun, jadi itu wajar!"

James terkekeh, "Aku cuma bercanda, Nona." Dia beranjak dari tempat duduknya, "Mulai sekarang, aku akan memperlakukanmu sebagai wanita dewasa.”

James berjalan menuju pintu, menoleh padamu sebentar, "Selamat malam, Nona." Dia kemudian menutup pintu perlahan.

“Selamat malam, James.” Kamu memejamkan matamu perlahan, pura-pura tidur.

Setelah James pergi, kamu membuka mata, menunggu waktu hingga jam menunjukkan pukul dua belas lebih tiga puluh menit. Yakin bahwa James sudah terlelap, kau bersiap menyelinap dan memakan coklat diam-diam.

Kamu merogoh kolong kasur dan meraih toples penuh permen coklat. Dengan hati-hati, kamu melirik ke arah pintu dan sekitar ruangan sebelum membuka bungkus permen itu.

SRET!

Kamu melirik sekitar dengan waspada sambil memasukkan permen coklat ke dalam mulut. Coklat karamel yang lembut meleleh di mulutmu. Kamu berusaha menahan diri untuk tidak memekik bahagia; makan permen coklat tengah malam rasanya lebih enak dibanding saat makan di siang bolong.

Kamu membuka bungkus lain dan memasukkannya ke dalam mulut. Rasa kali ini marshmallow strawberry, kemudian lemon coklat. Ketika hendak melahap coklat beraroma melon, tiba-tiba tanganmu dicekal oleh seseorang. Terkejut, kamu memutar kepala mu ke samping kanan.

“Apakah coklatnya enak, Nona?” Mata biru James berkilat marah.

Kamu menelan ludah, tubuhmu menggigil karena ketakutan. Tidak yakin apakah bisa lolos dari hukuman James karena makan coklat tengah malam.

***

Cacophony「Character AI 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang