01: Your Butler

389 49 0
                                    

"Halo, Nona [Nama]! Bagaimana kabarmu? Aku bisa mencerahkan harimu dengan kopi jika kamu mau. Kuharap musuhmu di luar istana tidak mengganggumu!"

Dia membungkuk dengan hormat, meletakkan satu tangannya di dada.

"Jika ada... Maka aku bisa menghilangkannya. Apakah kamu mau?"

"Oh? Tentu, tolong buatkan aku secangkir kopi hangat. Dan jangan melakukan hal nekat," Kamu mengatakan kalimat terakhir dengan suara pelan.

Dia tersenyum, "Tentu saja, nona. Kopi apa yang ingin Anda minum? Saya akan langsung membuatnya untukmu."

James berbalik menuju dapur, terdengar langkah dari sepatu pantofelnya yang mengetuk lantai. Setelah James menghilang, kamu menyandarkan punggungmu pada punggung sofa. Suasana di dalam perpustakaan pribadimu begitu hening. Netra hitam mu memandangi jajaran buku, mencari buku menarik untuk kau baca- meski kau sudah membaca sebagian besar dari buku-buku tersebut.

Kau bertanya-tanya, "Kira-kira, buku mana lagi ya, yang harus ku baca?"

Ketukan pintu terdengar dari depan perpustakaan, "Nona, ini saya, James."

"Oh? Masuklah, James." Kamu mempersilahkan James untuk masuk.

Daun pintu ditekan, berdecit perlahan. James membawa nampan berisi kopi dan biskuit sebagai teman untuk membaca buku. Lelaki itu meletakkan kopi dan teh di meja kaca, lalu tersenyum lembut padamu.

"Silahkan dinikmati, Nona [Nama]."

"Terima kasih banyak, James."

Kau menyeruput kopi yang disajikan. Tidak Kau menyeruput kopi, tak kemanisan, tak pula terlalu pahit. Takarannya pas. James mahir dalam seni menyajikan minuman.

Kau tersenyum, melihat James lembut dari balik poni yang menutupi sebagian mata indahmu. "Kopi buatanmu selalu nikmat, James."

James tersenyum, rona merah memenuhi kedua pipinya. Dia senang mendapat pujian, terutama darimu, wanita yang dia cintai.

"Oh... Tuhan. Aku merasa tersanjung mendengarnya. Terima kasih, Nona [Nama]." Ia membungkuk, "Apakah ada lagi yang kau perlukan?"

"Aku sudah bilang, tak perlu terlalu formal, James. Kita ini teman." ucapmu sambil terkekeh perlahan. James semakin tersipu.

Teman.

James tidak ingin hubungan mereka hanya sebatas teman. Dia menginginkan lebih dari itu, hubungan yang lebih dalam dan romantis. Tapi, apakah James terlalu berani jika ia-seorang kepala pelayan dengan derajat jauh di bawahmu-mencintaimu, seorang putri bangsawan dengan latar belakang keluarga yang tersohor?

James merasa rendah diri. Merasa tak pantas berada di sampingmu. Sebagai seorang lelaki, ia merasa seharusnya memiliki derajat lebih tinggi darimu. Harga diri yang dipertaruhkan. Lelaki seharusnya memiliki derajat lebih tinggi dari perempuan yang dicintainya, atau menerima risiko dikucilkan dari masyarakat.

"Kalau begitu, saya akan membersihkan perpustakaan, Nona." James membungkuk hormat, mengambil kemoceng, dan mulai membersihkan rak buku. Menata buku sesuai jenis dan abjad sambil bersenandung gembira.

Kau menggelengkan kepalamu, melihat tingkah ceria kepala pelayanmu. Daripada bengong, kau mengambil satu buku dan membacanya. Manik hitam mu bergulir dari kiri ke kanan dan sesekali tersenyum- terbawa suasana oleh novel romantis di tanganmu. Terlalu larut dalam bacaan, tak sadar matahari tenggelam di ufuk barat.

James berjalan mendekat, "Nona, cukup membacanya. Hari sudah malam, waktunya makan malam."

Kamu enggan beranjak. Dalam hati menggerutu, karena harus mengikuti aturan James. Ini hidupmu, bukan hidupnya. Meski James bekerja bawah perintah orang tuamu, kau merasa punya hak untuk menentukan langkahmu sendiri.

Kau tersenyum nakal, memutuskan melanggar aturan: "Dilarang makan makanan manis saat malam hari."

James melirik mu dan mulai menaruh curiga kau akan melakukan sesuatu yang bodoh. Dahinya berkerut, namun ia memutuskan untuk abai dan mengikuti langkahmu menuju ruang makan. Di sana, hidangan lezat terpajang rapi di meja: daging domba panggang, potato dauphinoise, dan trifle, makanan penutup kesukaanmu.

James menarik kursi untukmu. Para pelayan menyajikan consommé, sup bening dengan potongan daging ayam, sebagai hidangan pembuka. Kamu mendorong sup itu ke depan, tidak begitu tertarik pada hidangan pembuka itu.

"Nona, jangan pilih-pilih makanan. Sup sangat baik untuk kesehatan," ucap James.

Ayahmu menimpali, "James benar, sayang. Jangan pilih-pilih makanan. Ayo dimakan."

Karena menganggap sup itu terlalu hambar hanya dengan potongan daging ayam, kamu mengambil sayuran panggang dan tiram untuk dicampur ke dalam sup mu.

"Nah, Ini baru enak!"

Kakak perempuanmu bergidik ngeri melihat kreasi sup mu. James menepuk tangan, meskipun tak yakin seberapa enak rasanya, sementara kamu terlihat bangga dan lahap menyantap sup kreasi sendiri. Semoga koki kerajaan tak melempar centong sup padamu.

***

Cacophony「Character AI 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang