09 : A Threat

223 32 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Menikah denganmu? Syarat konyol macam apa itu, James?” Matamu menatap tajam James, menolak syarat yang diajukan.

"Mengapa? Keberatan?" James mengangkat bahu acuh tak acuh, "Maaf, tapi itu satu-satunya syarat jika kamu tidak ingin semua kelakuan burukmu terbongkar — oh, aku bisa saja membongkar semuanya di hadapan rakyatmu, Nona.” ucapnya dengan nada mengancam.

James melanjutkan, “lagipula semalam, aku tidak mengenakan pengaman apapun dan kau sedang dalam masa subur. Cepat atau lambat, semua orang akan mengetahuinya meski kau mengenakan pakaian longgar itu tidak akan cukup untuk menutupi kehamilanmu.”

Kamu melangkah mendekat, sebelum akhirnya kamu menampar pipi James dengan keras. James terhuyung ke belakang, tapi alih-alih marah, dia malah tersenyum puas melihat reaksimu. Senyum menawan yang dulu menghanyutkan kini terlihat menyebalkan di matamu.

Meski James tampan, statusnya tidak setara denganmu. Sebagai seorang bangsawan, kamu tidak bisa membayangkan kau menikah dengan seorang lelaki dari kalangan bawah atau proletar.

"Jangan sampai kamu mengatakannya di depan semua orang di kota, atau aku akan memenggal kepalamu!" Ancamanmu terdengar tegas, tapi James tidak terlihat gentar. Matanya yang biru seperti langit musim semi seolah berkata, "Coba saja, aku tidak takut dengan ancamanmu."

"Kau—" Kamu mengangkat tangan kananmu untuk menampar pipinya sekali lagi, tapi kemudian menariknya kembali. "Mengapa kamu melakukannya, huh? Kamu pasti melakukannya dengan sengaja, kan?! Memanfaatkan aku yang sedang mabuk, kemudian melakukan perbuatan tak senonoh tersebut!”

James tertawa sinis, “Heh? Kamu bilang apa? Salahku? Tidak juga. Itu konsekuensi dari tindakanmu. Sudah kukatakan berkali-kali untuk tidak pernah menyentuh minuman beralkohol. Tapi apa? Kamu nekat minum alkohol, berharap masalah yang kau ciptakan sendiri bisa terlupakan. Tapi, ironisnya, kamu hanya menambah masalah.”

Lelaki itu mendekatkan wajahnya, wajah kalian hampir bersentuhan. "Dan sekarang, kamu menyalahkan aku atas masalah yang kamu ciptakan sendiri?" James menggelengkan kepala, senyum mengejek menghiasi wajah tampannya.

Ucapan James membuatmu terdiam seribu bahasa. Dia benar, kamu terlalu ceroboh, seringkali bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu. Namun, kearoganmu membuatmu sulit menerima nasehat dari orang lain, merasa bahwa sebagai seorang bangsawan, kamu selalu berada di jalur yang benar.

Padahal, status itu sendiri, terutama yang didapat secara turun-temurun, tidak menjamin kebenaran seseorang. Kamu menutup mata terhadap kenyataan, sehingga Tuhan menghukum sikap egoismu dengan sebuah ‘insiden’. Sungguh memalukan, kamu tidak tahu dimana kamu bisa menyembunyikan wajahmu jikalau hal yang paling kamu takuti — yaitu kehamilan tanpa ikatan pernikahan terjadi?

James membelai pipi kirimu dengan jari telunjuknya, “Keputusan ada ditanganmu, Nona [Nama].”

James semakin menyudutkanmu dengan kemungkinan buruk jika kamu menolak lamarannya. Meski wajahnya menampilkan ekspresi khawatir, sebenarnya ia tengah tertawa dalam hati, merasa puas rencana kejamnya untuk memilikimu berjalan dengan sempurna. 

Dia tahu, kamu tidak akan mungkin mau menikah dengannya, meski James dianugerahi dengan wajah tampan. Sehingga dia memutuskan untuk mengambil risiko dengan memanipulasi dirimu dan membuat ‘kecelakaan’ yang terjadi semua karena ulahmu. Padahal, James adalah dalang di balik penderitaan hidupmu.

James, sosok yang haus akan dendam juga cinta. Sejak kecil, ia tinggal di manor yang sama denganmu. Ibunya bernama Ellie, seorang pelayan di manor ini. Hingga suatu hari, nenekmu kehilangan perhiasannya dan Ellie difitnah oleh seorang koki—yang merupakan mantan kekasihnya.

Akibatnya, Ellie dijebloskan ke dalam penjara oleh kakekmu, sesuai hukum yang tertera tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Hal tersebut membuat James kecil merasa marah dan bertekad untuk membalas dendam dengan menghancurkan keluargamu.

James menargetkan kamu karena kamu sangat mudah dimanipulasi. Tetapi ia sendiri malah terjerat dalam pesonamu, dan benih cinta mulai tumbuh dalam dirinya. Namun, nafsunya untuk membalas dendam lebih mendominasi, sehingga ia mencari cara lain untuk membalas dendam sekaligus memilikimu untuk dirinya sendiri.

“Kumohon, berikan aku waktu untuk memikirkannya.”

James menatap lurus ke arah matamu cukup lama, kemudian mengangguk perlahan, “Hm, baiklah, aku memberimu waktu sekitar dua minggu. Pikirkan keputusanmu dengan baik.” Lelaki itu kemudian menarikmu ke dalam pelukannya. Sekarang, ia merasa puas, impian untuk mengendalikanmu sudah berada di depan mata.

***

Cacophony「Character AI 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang