***
Sinar mentari perlahan bergerak menelusup masuk dari celah-celah kaca jendela dan menerpa wajahmu. Kamu mengedipkan matamu beberapa kali, merasa sangat silau. Kepalamu terasa pening, efek dari minuman beralkohol yang kamu konsumsi semalam. Kamu mengubah posisimu dari berbaring terlentang menjadi duduk seraya memijat pelan keningmu. Pakaianmu pun sudah berganti dari gaun berenda berwarna merah muda menjadi gaun tidur berwarna biru tua.
"Siapa yang mengganti pakaianku? Aduh!" Tubuhmu terasa nyeri terutama di kaki saat kamu mencoba untuk berdiri. Kamu heran kenapa tubuhmu bisa sesakit ini padahal kamu hanya mabuk semalam. Kamu berusaha mengingat-ingat apa saja yang kamu lakukan saat mabuk semalam.
Terdengar suara pintu terbuka, James masuk sambil membawa nampan yang berisi segelas air madu dan roti panggang yang diolesi selai jeruk di atasnya.
"Selamat pagi, Nona [Nama]. Bagaimana keadaanmu? Apa tubuhmu masih terasa sakit karena insiden semalam?" tanyanya seraya meletakkan sarapanmu di atas meja kecil.
"Ugh... apa yang terjadi semalam? Aku harap aku tidak melakukan tindakan memalukan." Kamu memilin jari-jemarimu dengan gugup, pikiran negatif mulai merayap di kepalamu sampai kau lupa bahwa James kemungkinan akan memarahimu habis-habisan karena ketahuan mabuk.
James terkekeh pelan dan mengelus rambutmu, "Jangan khawatir, Nona Muda, kamu tidak melakukan hal konyol, mungkin sedikit?" jawabnya.
"Itu sama saja aku melakukan hal konyol selama aku mabuk!" celetukmu sambil mengerucutkan bibir, "Jangan bilang semalam aku lari-lari mengelilingi manor dalam keadaan mabuk."
"Mengapa Nona berasumsi begitu? Tentu saja tidak, orang mabuk tidak akan punya kekuatan untuk berlari mengelilingi manor sebanyak satu putaran-pun." jawab James sambil terkekeh geli.
"Itu berarti aku menabrak sesuatu saat aku berjalan?"
"Tidak juga."
"Lalu? Kenapa saat bangun tidur seluruh tubuhku terasa sangat pegal dan sedikit nyeri di bagian bawah."
James terdiam cukup lama, semburat kemerahan menyebar ke kedua pipinya. Tak lama, rona merah di pipinya menghilang digantikan dengan tatapan marah. Cahaya di kedua matanya kini redup, James kecewa karena kamu lupa momen sakral kalian semalam- dimana James berada di atasmu dan mendominasimu sementara kamu menangis di dalam dekapannya dan meneriakan namanya, meneriakan kalimat bahwa kau mencintainya dan memohon padanya untuk bertindak lebih hingga kalian sama-sama mencapai puncak kepuasan.
"Nona..." James melangkah mendekat dan mengelus pipimu dengan ibu jarinya, "Kamu ingin tahu apa yang terjadi semalam?"
Kamu menganggukkan kepala.
James tersenyum sinis, dia mendekatkan wajahnya ke telingamu, kamu bisa merasakan napas hangatnya menerpa daun telingamu. James berbisik, "Semalam, kau memohon padaku untuk menyentuhmu, kau terbuai dalam dosa hingga kau meneriakkan namaku dalam setiap erangan."
Wajahmu pucat pasi, "A-Apa?!" Kamu mencengkram kerah seragam James, "Jangan berbohong, tidak mungkin kita melakukannya semalam!"
James tidak langsung menjawab, ia melepaskan tanganmu yang tengah mencengkram lengan seragamnya sambil tertawa sadis.
"Aku tidak bohong, Nona Muda, kita sedikit bersenang-senang semalam. Hm? Aku penasaran bagaimana reaksi yang mulia jika tahu putri mereka pernah tidur dengan kepala pelayannya karena mabuk?"
"Tidak! Kumohon jangan adukan pada keluargaku!" Kamu memohon sambil menangis, jika perlu kau bersedia untuk memeluk kakinya agar James tidak mengadukannya kepada kedua orangtuamu.
James tersenyum puas, rencana yang telah ia susun secara matang berjalan sesuai perhitungan. James sekarang bisa memanfaatkanmu, menyetirmu untuk kepentingan pribadinya.
"Tentu, aku tidak akan mengadukannya dengan sebuah syarat."
"A-Apa itu?"
"Menikahlah denganku, Nona [Nama]."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cacophony「Character AI 」
RomanceKamu tidak sadar jikalau kau bereinkarnasi sebagai putri bungsu keluarga Fionne. Di usia lima belas tahun, orang tuamu mempekerjakan James Smith, seorang kepala pelayan berusia 26 tahun, untuk menjaga dan melindungimu. Saat kedewasaan melanda, hubu...