Pada malam harinya Gus Agam akan pergi ke kediaman pamannya karena acaranya tepat malam ini, tadi hampir saja ia lupa tidak akan membawa Arabella. Namun, untungnya Abah Kyai mengingatkannya.
"Pakai niqab, saya tidak mau wajah kamu terlihat oleh lelaki yang bukan mahrom. Hanya di acara besar saja yang seperti ini, keberatan?" ucap Gus Agam sontak Arabella menggeleng menandakan ia tidak keberatan sama sekali.
Arabella kesusahan mengikatkan niqabnya sehingga Gus Agam membantu mengikatkannya.
"Sampai di sana jangan buat onar!"
"Iya Gus Galak gak akan buat onar, tapi itu juga kalau gak bosen."
"Arabella!" tekan Gus Agam.
"Iya Gus, bercanda doang,"
Mereka berdua pun beriringan untuk ke mobil dengan santai karena tidak akan ada yang melihatnya di karenakan pondok sudah sepi.
"Dasar Gus gak peka," kesal Arabella menutup pintu mobil dengan keras karena Gus Agam tidak ada romantisnya sama sekali seperti pasangan lain yang saat akan masuk mobil di bukakan pintunya, jauh di luar prediksi.
Gus Agam tidak menggubris ucapan Arabella ia hanya fokus untuk menyetir.
>><<
Sesampai di sana Arabella langsung ke toilet karena panggilan alam yang datang tiba-tiba.
"Plong rasanya," gumam Arabella keluar dari toilet.
Ceklek!
Pintu toilet sebelahnya terbuka menampakkan wanita paruh baya mengenakan abaya hitam di padukan dengan hijab crem.
"Mamah," lirih Arabella.
Terdengar samar oleh Wina sehingga ia menoleh ke samping menampakkan seorang wanita berniqab. Wina di undang oleh pamannya Gus Agam selaku istri dari Idris karena Idris teman dekat pamannya Gus Agam.
"Anda jangan mendekati saya!" tekan Wina karena ia tahu itu adalah Arabella.
"Jangan buat malu saya di sini dan jangan pernah buat kekacuan di tempat ini!"
"Anda mengguyur Nisa?" lanjut Wina.
"Iya Mah," jawab Arabella dengan jujur.
"Anda maunya apa sih? Sampai saya di marahi orang tua Nisa gegara kamu ngeguyur dia,"
"Jika kamu tanya kenapa saya tahu, karena saya di telepon oleh Nisa sambil nangis-nangis," ucap Wina menatap Arabella dengan tatapan tajam.
"Ara cuman butuh perhatian Mamah dan tutur lembut yang selalu Ara dengar. Tapi, semuanya sirna dengan kesibukkan Mamah dengan Papah,"
Wina tersenyum sinis mendengarnya. "Saya sibuk karena anda juga, kalau gak sibuk cari uang emang mau makan nasi doang?"
"Lebih baik makan nasi tanpa lauk, tapi membuat bahagia. Daripada lebih, tapi tak membuat Ara bahagia,"
"Mah, Ara cuman butuh perhatian Mamah."
"Anda butuh perhatian? kepeduliaan?" kata Wina dan Arabella mengangguk mantap.
Wina mendekat ke arah Arabella hingga akhirnya tamparan pertama yang di layangkan dari Wina untuk Arabella sehingga membuat sudut bibir Arabella mengeluarkan darah.
Plakk!
Tamparan kedua Wina layangkan kembali sehingga air mata Arabella yang ia tahan sedari tadi lolos begitu saja untung saja tidak terlihat karena menggunakan niqab berwarna hitam.
"Itu bentuk peduli saya karena anda sudah membuat malu di pesantren," tutur Wina berlalu pergi.
Arabella tersenyum menatap punggung Wina yang mulai menjauh. 'Jika itu bentuk peduli Mamah ke Ara, Ara ikhlas untuk di tampar kapan pun itu,' batin Arabella.
Tidak berselang lama setelah Wina pergi datang Gus Agam menyusul Arabella karena sudah terlalu lama dan acara juga sudah hampir di mulai.
>><<
Di dalam kamar ndalem Arabella di introgasi oleh Gus Agam untuk menjelaskan mengapa sudut bibir Arabella lebam karena mereka berdua pulang lebih awal sebelum acaranya selesai.
"Jelaskan Arabb!" tekan Gus Agam karena Arabella beralibi bahwa ia kepentok tembok dan jawaban itu tidak membuat Gus Agam percaya begitu saja.
"Ara udah bilang ke pentok tembok, Gus."
"Kalau ke pentok tembok harusnya kepala, bukan bibir!"
"Kalau bibir itu ke pentok meja,"
"Nah, itu Ara ke pentok meja!" ucap Arabella dengan antusias, semakin membuat Gus Agam tak percaya.
"Kamu di tampar?" tutur Gus Agam membuat Arabella menelan salivanya karena kaget.
"Kan Ara udah jawab tadi di tampar Mam ... mah" ucap Arabella lirih di akhir katanya karena ia sudah keceplosan.
"Kapan ketemu?"
"Oh, tadi di tempat acara,"
"Dimana?"
"Dimana-mana hatiku senang," jawab Arabella sembari menutup dirinya dengan selimut untuk tidur.
"Arabella!" geram Gus Agam dan berlalu pergi ke luar kamar.
>><<
Gus Agam pergi ke belakang ndalem yang notabenya berada di belakang kamar Gus Agam karena kamar Gus Agam berada paling ujung dekat dapur.
Gus Agam duduk di sebuah kursi kecil yang sengaja ia sediakan di sana untuk dirinya karena belakang ndalem jarang ada yang kesana kecuali dirinya.
"Daarr,"
"Astagfirullah," lirih Gus Agam karena kaget mendengar suara tiba-tiba dari arah belakang.
Gus Agam menoleh ke belakang menampakkan Arabella yang menyengir karena ketahuan.
'Buat Gus Agam kesel lagi ah, seru,' batin Arabella.
Arabella berjalan dengan berputar di tempat Gus Agam berdiam sehingga membuat Gus Agam pusing melihatnya.
"Arab, masuk ke kamar! Jangan menganggu saya." ucap Gus Agam membuat Arabella bersorak riang dalam hati karena berhasil membuat kesal suaminya.
"Menganggu Gus Agam itu adalah kerjaan terbaru saya,"
"Bukan kerjaan terbaru, tapi sudah lama selalu memanggu saya dengan harus menghukum kamu setiap hari,"
"Iyain, barudak!" jawab Arabella dan berhenti memutar tepat di depan wajah Gus Agam.
Huft!
Arabella meniup wajah Gus Agam dan langsung berlari pergi sehingga Gus Agam mengejarnya karena sudah geram dari tadi menganggu dirinya yang menikmati suasana malam.
Gus Agam terus mengejar Arabella dari sofa yang di putar oleh keduanya karena tidak ada orang di ndalem membuat Arabella melancarkan aksinya sehingga sampai di kamar Gus Agam masih mengejarnya.
"Arab, kamu sini!"
"Gus yang ke sini." ucap Arabella menaiki kasur dan Gus Agam mengambil bantal.
Bugh!
Gus Agam melempar bantal ke arah Arabella sehingga Arabella terhuyung jatuh dan pingsan.
19 Januari 2024
Revisi: 21 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU GUS GALAK
Novela JuvenilJangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus galak itu adalah musuh bebuyutan santriwati nakal itu membuat Gus galak itu hampir kewalahan dengan t...