6. Pertama Kali

630 27 0
                                    

Hello, keep the spirit guys~~~

Happy Reading
.
.
.

Sekolah menjadi ramai karena kegiatan kelas 10 dan kelas 11 yang dilakukan di lapangan outdoor, apalagi jika bukan senam pagi. Untuk kelas 12 opsional karena memang tidak diwajibkan.

Karena merasa banyak waktu terbuang, Alvin memilih untuk melihat para siswa siswi dibawah yang sedang senam dari lantai 2. Dalam benaknya, Alvin selalu ingin bisa menjadi orang sehat yang bisa melakukan banyak hal termasuk olahraga. Dari dia SD kegiatan itulah yang selalu ia hindari.

"Alvin, habis mereka selesai, kita disuruh ke lapangan indoor. Karena ada pengarahan" ucap Bima yang berdiri di belakang Alvin.

"Itu mereka udah selesai, emang harus sekarang banget ya?" Tanya nya.

"Gak tau tuh, temen-temen yang lain aja gak tau pada kemana" jawab Bima apa adanya.

Alvin menghela nafas pelan dan merasakan sedikit nyeri disana. Jika bisa dibilang, Alvin ini masih demam, tapi ia tak memberitahu siapapun. Ke Alvan? Si kembaramnya itu juga tidak bertanya.

Tak lama, terdengar pengumuman di speaker yang menggelegar di penjuru sekolah.

"Tuh dah dipanggil, ayo ke lapangan" ajak Bima dan diangguki oleh Alvin.

.

.

.

Lapangan indoor ini termasuk yang jarang di gunakan, karena banyak siswa siswi lebih menyukai lapangan yang outdoor. Makanya tempat ini terlihat berantakan dan kotor.

Berbarislah dengan rapi jajaran kepala sekolah diikuti oleh bawahannya. Dan juga guru-guru yang khusus mengajar di kelas 12. Menghadap kebarisan kelas 12 Ipa 3, Ips 3, dan Bahasa 3.

"Baik anak-anak, sepertinya kalian sudah tau kenapa saya dan rekan guru mengumpulkan kalian semua disini. Saya menerima laporan terutama kelas Ipa 3 banyak dari kalian yang masuk kuota SNMPTN. Yaitu sebanyak 8 anak. Saya ucapkan selamat."

Alvin mendengar dengan cermat apa yang dikatakan oleh Bu Herlina, selaku kepala sekolah.

Termasuk tentang anak-anak yang diterima di SNMPTN.

"Saya hanya ingin, kalian bisa mengambil kuota itu dan menjadi bagian dari kampus pilihan kalian. Ini menjadi pertimbangan besar karena jika kalian tidak ada yang ambil, nama baik sekolah dipertanyakan. Perguruan tinggi akan menganggap kalian menolak dan tidak menginginkan perguruan tinggi itu dan sekolah kita bisa di banned."

Alvin terkejut, ia baru tahu ada peraturan seperti itu. Dan ia jadi bimbang. Rasa takut mulai mengusai dirinya.

Entah ini efek sakitnya, atau efek terkejutnya, Alvin merasa pusing sekarang. Pandangannya daritadi buram dan juga nyeri dadanya belum reda. Tangannya menekan kuat sumber rasa sakit itu.

"Vin, lo kenapa?" Tegur Ayu yang berdiri disampingnya.

Alvin menggeleng, tapi sepertinya dia tidak kuat berdiri. Ia pun jatuh terduduk dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"ALVIN" teriak Ayu.

Semua mata langsung tertuju ke sumber teriakan. Mengundang salah satu guru untuk mengecek keadaannya. Akhirnya Alvin yang setengah sadar itu di tuntun untuk berjalan ke pinggir lapangan. Ia pun dibaringkan disana. Ada Ayu yang berusaha menelepon Alvan dan ada Bima yang dengan cekatan membantu membuka kancing atas kemeja Pramuka itu dan gasper untuk melancarkan jalur pernafasannya.

Semua siswa siswi disana pun melanjutkan arahannya.

"Dia punya riwayat penyakit?" Tanya Pak Sendy selaku guru yang membantu Alvin tadi.

One Soul, Two BodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang