Alvin berjalan santai ke arah kelasnya yang ramai, padahal ia belum masuk kelas, tapi suara gaduh terdengar sampai luar. Alvin ini terkenal karena kepintarannya di bidang akademik, ia langganan juara kelas meski tidak terlalu unggul. Beda dengan Alvan, kembarannya itu tidak terlalu unggul dalam akademik.
"Woi woi kalian yang udah diterima SNM harusnya santai-santai lah ya" ujar seorang cowok yang paling heboh. Panggil saja dia Raffi.
"Ya santai lah, apa lagi yang mereka pikirin. Mau fokus nilai UN pun ga ada gunanya" celetuk seorang cewek yang tampangnya angkuh, dia bernana Dhea.
Bukan tanpa alasan mereka mengatakan itu, seluruh kelas 12 sudah selesai melaksanakan serangkaian ujian dan lainnya. Mereka datang ke sekolah hanyalah formalitas. Beberapa dari mereka sudah diterima di perguruan tinggi melalui seleksi nilai.
Alvin yang memang bukan orang heboh maupun suka nyeletuk memilih diam. Dia juga cuma punya satu teman baik hati dan tidak sombong. Siapa lagi jika bukan Bima. Tak menutup kemungkinan orang pintar memilih untuk berteman dengan orang pintar juga. Bima langganan tiga besar di kelas bergantian dengan Ayu si peringkat pertama di kelas 10, Bima di kelas 11 dan terakhir sangat plot twist di kelas 12 untuk itu peringat pertama adalah Arnold. Dia termasuk orang yang dingin dan cukup cuek. Juga sangat tertutup.
"Teman-teman ada pengumuman dengerin ya" ucap sang ketua kelas.
"Pengumumam apaan Ram? Penting gak?" Tanya Citra.
"Penting gak penting kalian wajib ikut. Ini tuh pengarahan kepala sekolah dan guru-guru. Noh Ipa 1 dan Ipa 2 udah. Kita yang Ipa 3 tuh besok" ucap Rama menjelaskan maksud pengumuman itu.
Banyak siswa siswi itu mulai berbisik-bisik. Tampaknya sangat menarik. Lagian buat apa juga mereka hanya datang ke sekolah dan hanya bermain-main. Sekolah mereka ini terlalu banyak mengulur waktu.
"Rama...gue mau tanya" Ujar Ayu mangangkat tangan, seketika seluruh kelas yang ribut itu menjadi hening.
"Ya silahkan Yu"
"Pengarahannya cuma khusus kelas kita doang?"
Rama terlihat berpikir "kayaknya digabung sama Ips atau kelas Bahasa. Nanti lihat aja"
Informasi yang cukup bermanfaat. Padahal jika sekarang pun mereka akan senang hati mengikutinya.
🍂🍂🍂
Jam pulang sekolah khusus kelas 12 pun tiba. Ya tepat jam 10 pagi, para guru sudah memperbolehkan mereka pulang. Daripada mereka berkeliaran di sekolah dan mengganggu kegiatan belajar mengajar kelas 11 dan 10.
Alvin dengan anteng menunggu si kembarannya datang ke kelasnya. Mereka akan pulang bersama. Sudah menjadi hal wajib mereka berdua pulang bersama. Dari awal masuk SMA sampai sekarang. Tetapi terkadang, Alvin pulang sendirian, karena si kembarannya itu aktif mengikuti ektrakurikuler. Ya tapi itu waktu masih aktif menjadi siswa. Sekarang mereka sudah di penghujung status itu. Tidak guna lagi kegiatannya.
"Alvin" Panggil seseorang, teman kelasnya yang cantik juga pintar. Ia memilih duduk disamping bangku Alvin. Kelas pun mulai sepi.
"Ayu?"
"Wow bentar, semenjak pengumuman SNM lo keknya lebih santai ya. Ga ada tuh kita kayak perang dingin rebutin peringkat"
Alvin tersenyum kecil. "Ya karena gue udah dapatin apa yang gue mau. Lo juga kan?" Tanya Alvin.
"Gimana ya Vin, jurusan yang lo ambil sesuai dengan kemauan lo?"
Alvin tanpa ragu mengangguk. "Yakin banget ini mah. Bukan teknik, dan bukan jurusan yang mengharuskan kegiatan berat"
"Ouh iya, lo pasti dibatasin banget ya. Tapi gue sebagai rival lo, turut senang"
"Lo bukan rival yu, lo temen gue. Lagain gue hanya bisa peringat 3 dulu. Sekarang malah turun. Tapi gue seneng yu."
"Hahahahaa. Mana ada seneng karena peringkat turun"
"Bukan itu, seneng karena ga usah susah-susah mikirin masuk kuliah. Gue perneh denger nih ye, biaya kuliah tuh mahal-mahal. Biaya hidupnya juga tinggi. Dan lo di kota orang ga cuma setahun. Ini empat tahun yu"
Ayu pun mengangguk paham. Meski bukan juga berasal dari keluarga kaya, tapi Ayu termasuk keluarga berkecukupan.
"Bangga banget ya, jalur SNM itu seperti penghargaan"
"Lo ambil jurusan apa sih Yu?"
Ayu menghela napas seperti pasrah. "Teknik Sipil UGM"
Waw. Teknik Sipil? UGM?
"Woah lo hebat banget"
"Gue harap ga nyesel aja sih"
"Enggak yu, lo pasti bisa"
Ayu mengangguk dengan semangat, ia tahu sangat sulit tembus jurusan hebat di kampus ternama seperti UGM.
"Alvin..." Panggil seseorang di depan pintu.
"Alvan...lo baru datang?"
"Lo nunggu lama ya? Maaf ya" Ucap Alvan merasa bersalah.
"Alvin Alvan gue duluan ya" ucap Ayu berpamitan dan diangguki oleh saudara kembar itu.
Mereka pun juga bersama-sama berjalan kearah parkiran untuk segera pulang.
"Kenapa bisa lama Van?" Tanya Alvin yang sudah naik diatas motor.
"Ya itu tadi pengarahan dari kepsek dan guru. Lama banget gue sampe pegal kelamaan berdiri."
"Berdiri? Emang dimana pengarahannya?"
"Lapangan basket indoor. Katanya lantainya berdebu, jorok juga. Yang piket gak bertanggung jawab banget"
Alvan pun melajukan motornya perlahan keluar dari area sekolah.
Selama perjalanan hanya hening saja, Alvan fokus mengendarai sepeda motornya. Bukan Alvan namanya jika tiba-tiba mengubah arah jalan, sudah bisa ditebak jika cowok itu ingin kesuatu tempat.
Dan Alvin tahu dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Soul, Two Bodies
Fanfiction[COMPLETE] ✅️ Disaat kamu berpikir tidak ada yang peduli padamu, percayalah aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Janji untuk selalu bersama sudah lebih dari cukup. [Twin Brothers Life]