4. Sikap tidak peduli

730 34 0
                                    

Haiiii 🤗

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

Suara deru mesin motor memasuki pekarang rumah yang kecil itu. Alvin dengan terburu-buru turun dari motor dan berlari memasuki rumah.

"Kenapa tuh anak" gumama Alvan heran.

Dilihatnya jam menunjukan pukul 12 siang. Seharusnya Alvan bisa langsung menuju bengkel dan bekerja. Tapi melihat Alvin, dia jadi khawatir.

Alvan pun masuk kedalam rumah dan menemukan Alvin yang berjongkok didepan toilet seperti habis muntah.

"Lo kenapa?!" Tanya Alvan panik.

"Eng-engga papa" ucap Alvin sambil berdiri, namun saking lemasnya dia limbung untung saja Alvan menahannya.

"VIN"

Segera Alvan membawa tubuh lemah itu ke kamar dan membaringkannya. Setengah berbaring karena posisi yang bagus untuk penderita asma.

Tidak ada benda apapun yang bisa membantu meredakan sesaknya kecuali inhaler. Tapi benda itu justru seperti tidak berfungsi.

"Bernafas pelan Vin, ayo" tuntun Alvan perlahan kepada si kembaran yang mulai kepayahan.

"uhuk uhuk hhah" tarikan nafasnya jadi kasar.

Ini mungkin bukan kambuh yang pertama buat Alvin. Tetapi kali ini ia sangat kesulitan.

Air mata Alvan menetes, ia bingung karena sesak adiknya belum juga reda.

"J-janganh nangis" lirih Alvin saat melihat saudara kembarnya meneteskan air mata.

"Hiks hiks lo jangan sakit Vin" isak Alvan.

Satu semprot inhaler lagi dan Alvin benar-benar mendingan. Kepalanya jadi pening dan terkulai begitu saja. Matanya terpejam untuk menghilangkan pusing.

"Vin lo udah gapapa?" Tanya Alvan.

Anggukan lemah diberikan oleh Alvin.

"Lo ga kerja Van?" Tanya Alvin.

"Engga. Gue mau temenin lo" sanggah Alvan cepat.

"J-jangan lo pergi aja. Gue udah gapapa" Alvin perlahan membuka matanya yang berair, dan menatap mata Alvan.

"Gue ga bisa tinggalin lo keadaan kayak gini"

"Gue udah mendingan, udah lo pergi aja. Katanya mau dapat uang."

Alvan ragu sekali meninggalkan sang adik. Ia jadi takut. Ini mungkin bukan kambuh adiknya yang pertama kali buat Alvan. Tapi tetap saja khawatir.

"Gapapa Van, gue udah baikan, gue langsung telpon lo deh kalo ada apa-apa" ucapnya.

"Janji ya Vin. Kalo ada apa-apa cepet telpon gue. Atau telpon Gio kek. Gue pergi dulu"

"Iya, hati-hati kak"

Alvan terdiam, lalu tersenyum simpul. Ia pun segera membuka seragam sekolahnya dan menampilkan kaos hitam polos. Ia pun segera pergi.

🍂🍂🍂

Waktu berjalan begitu saja, ada suara deru mesin motor yang memasuki pekarangan rumah. Pria berkemaja biru muda dan celana panjang hitam menggandeng tas selempang memasuki rumah. Wajahnya terlihat tidak mengenakkan.

Name tag yang mengalung di lehernya menampilkan nama Erwin Ario Praditya. Sang kepala rumah tangga, ayah dari si kembar.

Ia memasuki rumah dengan raut wajahnya yang tidak baik itu. Melempar tasnya ke sofa dan ia duduk dengan kasar sampil mengusap wajahnya. Terlihat kebingungan juga.

Karena mendengar suara yang gaduh, Alvin memutuskan untuk keluar kamar dan mendapati ayahnya yang nampak memijit keningnya juga wajah yang lelah.

"Ayah?" Panggilnya. Tak biasa sang ayah pulang jam segini. Biasanya sore hari atau bahkan agak malam.

"Ambilkan ayah air hangat vin" Suruh Erwin

Dengan sigap, Alvin menuju dapur dan menuangkan air termos juga air teko ke gelas yang sedang. Lalu membawanya ke ruang tengah tempah ayahnya duduk.

Erwin menerima air itu dan langsung meneguk habis. Ia sedikit tenang sekarang.

"Alvan dimana?"

"L-lagi ke_"

"Bengkel? Astaga kenapa dia harus rela bekerja seperti itu" Erwin kecewa pada dirinya. Sebenarnya, ia merasa jika hidupnya ini tidak bisa memenuhi hidup istri maupun anak-anaknya.

"Ayah pulang cepat?"

Erwin pun menatap si anak dan tersenyum. "Ayah ada masalah di kantor. Karyawan di pulangkan dan juga dilarang bekerja sampai minggu depan. Kemungkinan akan ada PHK massal dan ayah masuk daftar itu. Sekarang ayah bingung bagaimana bisa mendapatkan uang jika itu terjadi. Tidak mungkin ibu mu yang mengeluarkan uang lagi"

Alvin terdiam ia jadi merasa kasihan sekali, ayahnya, ibunya dan juga Alvan. Dan dirinya seperti beban.

"Kamu...sakit?" Tanya si kepala keluarga itu, tentu saja karena wajah si anak yang nampak pucat.

Tangan kekar itu mulai terangkat dan merapa kening sang anak. Rasa hangat mulai menjalar disana.

"Astaga...sepertinya kamu demam"

Alvin langsung menggeleng "Enggak kok, a-aku baik-baik aja. Mending ayah istirahat saja. Nanti kita cari solusi bareng-bareng kalau memang ayah tidak kerja di kantor lagi"

Erwin sebenarnya sangat senang dengan Alvin, anaknya ini pintar dan juga membanggakan plus perhatian. Hanya saja setiap manusia pasti mempunyai kekurangan.

"Jangan sakit-sakit ya Vin. Jujur saja ayah dan ibu akan sangat bingung. Bukan tanpa alasan, kamu tahu keadaan kita seperti apa. Di satu sisi ayah kecewa sama diri sendiri. Jadi kita meminimumkan itu ya. Ayah juga tidak mau kamu atau Alvan, bahkan ayah dan ibu sakit."

Senyum kecil terukir sebagai respon Alvin. Iya karena jika dirinya yang sakit, itu akan sangat merepotkan.

"Ayah ke kamar dulu"

Begitu sang ayah menghilang di balik pintu, Alvin mengusap matanya yang siap meneteskan air mata.

Sampai kapan ini akan berakhir? Orang yang tahu kehidupan keluarga Praditya ini mungkin akan prihatin. Alvin seolah dituntut untuk sehat setiap hari sampai ia mati.

Padahal orang tuanya tahu dia punya penyakit. Dan penyakitnya ini adalah asma. Banyak orang di luar sana yang memiliki pola hidup sehat pun bisa sakit.

Orang tuanya tetap menunjukan sikap tidak peduli pada penyakitnya. Seolah-olah ini adalah hal yang sepele. Makanya Alvin sangat di tentang kuliah di luar kota. Bahkan orang tuanya menentang ia kuliah.

Oke jika memang Alvin tidak kuliah, mau jadi apa dia? Membantu orang tuanya dengan kerja?

Siapa yang mau mempekerjakan orang penyakitan ini.

Alvin membenci situasi ini. Ketidakpedulian orang tuanya sangatlah buruk.

Bimbang dengan masa depan, ayahnya di PHK, dirinya yang sedang sakit dan sikap tidak peduli. Ini adalah hari yang buruk.

Alvin pun memilih beranjak ke kamar.

Alvin pun memilih beranjak ke kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!!!

Sorry kalo ada typo 😞

Siapa yang dari Surabaya?

One Soul, Two BodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang