time goes by so fast huh?
•
•
•Sebenarnya sulit bagi Erwin untuk mengungkapkan isi hatinya kepada keluarganya. Fakta bahwa ia hanyalah seorang pekerja biasa yang tidak bisa memberikan kehidupan baik untuk anak-anaknya. Siapa yang tahu jika selama ini ia juga berusaha memenuhi semua. Tetapi tidak sekaligus.
Apalagi Tarissa, dari dulu ia dan Erwin hanya berkomitmen memiliki satu orang anak. Ingat hanya satu. Tetapi Tuhan berkata lain, mereka di karuniai anak kembar. Tentu saja kedua pasangan itu tidak bisa menyalahkan Tuhan. Dan memang salah satu dari bayi kembar itu memiliki imun lemah dan itu Alvin. Sejak umur 5 tahun, Alvin sering terserang penyakit dan juga mudah kelelahan. Bahkan sampai umurnya 17 tahun pun, Alvin tidak pernah mendapatkan perawatan atau pengobatan di rumah sakit.
Erwin dan Tarissa mengabaikan kesehatan Alvin terlalu jauh bahkan membunuh satu-satunya mimpi yang ingin Alvin capai.
Dan lagi-lagi Alvin menyalahkan dirinya sendiri, sudah cukup hidupnya menelan kekecewaan orang tuanya. Sudah cukup karena sepertinya ia sudah muak dan juga ia sudah lelah.
.
.
"Alvin..." Panggil Seorang dokter muda. Ia datang saat melihat pergerakan kecil Alvin di ranjang pesakitannya.
"Kamu sudah sadar?"
Alvin langsung terkaget. Dimana ini?
"S-saya dimana?"
"Kamu di rumah sakit. Ayah dan ibu kamu membawamu karena kamu tidak sadarkan diri di kamar. Kamu terserang syok dan juga pernafasan kamu memburuk."
Alvin diam. Semalam dia ngapain sampai pingsan?
"H-huh? Lalu dimana ayah dan ibu saya?"
"Di luar, kami sedang membicarakan terkait pengobatan yang akan kamu dapatkan. Ternyata itu sudah terlambat. Ganggungan pernafasan yang kamu alami sudah mencai infeksi paru-paru akut. Kamu bahkan akan kesulitan bernafas jika selang oksigennya saya lepas"
Deg
Alvin sungguh tidak menyangka. Ia benar-benar sudah mencapai batas akhir yang menyakitkan.
Kata "terlambat" adalah kata yang Alvin benci. Ia sudah melalui banyak kepahitan hidup. Sekarang ia di hadapkan dengan hidup dan mati?
Alvin memegang kepalanya yang pening. Air matanya jatuh.
"Kamu istirahat saja_"
"Saya tidak mau pengobatan" Potong Alvin. Mata berairnya menatap dokter muda itu.
"Bilang ke orang tua saya, jika saya tidak mau melakukan pengobatan. D-dan juga saya mau pulang"
"T-tapi kamu masih lemah"
"SAYA BAIK-BAIK SAJA!!!"
🍂🍂🍂
Alvan tidak pernah menyangka jika kata terlambat itu menjadi benar adanya. Pembicaraannya dengan orang tuanya dan dokter muda semalam benar-benar membuat Alvan mempersiapkan kemungkinan terburuk.
Alvan diam di dalam mobil yang membawa mereka pulang, Ia menatap Alvin yang lemas dan masih pucat duduk disampingnya. Sedangkan kedua orang tuanya duduk di kursi tengah.
Jika tahu keadaan akan jatuh seperti ini. Alvan akan membantu kembarannya untuk kuliah.
Ujung-ujungnya tetap sama kan?
Karena mobil tidak bisa masuk kedalam perumahan kecil itu. Mereka semua turun didepan jalan. Alvan sangat khawatir dengan keadaan kembarannya yang sepertinya tidak kuat berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Soul, Two Bodies
Fanfiction[COMPLETE] ✅️ Disaat kamu berpikir tidak ada yang peduli padamu, percayalah aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Janji untuk selalu bersama sudah lebih dari cukup. [Twin Brothers Life]