bab 12

325 45 2
                                    

Selamat membaca

" bukan kah itu menyedihkan saat seseorang sama sekali tak menganggap mu bernapas didunia yang sama dengan nya? "   nona jennie mempermainkan garpu ditangan nya, mata nya mengarah kepiring porselen di hadapan tapi aku tahu pikiran nya melayang entah kemana

" jadi kenapa anda tetap bertahan dalam pernikahan kosong ini, nona ? "

aku bertanya menyuarakan keheranan ku selama beberapa waktu, setelah melihat bagaimana tuan kau memperlakukan nona jennie : bagaimana dia dengan enteng mengangkat tangan untuk pipi yg sehalus itu, bahkan mencengkram penuh amarah seolah kukunya tak akan melukai kulit lembut itu

" Karena.... " dia mengangkat wajah nya menatap ku mencoba memberi jawaban yang bisa ku mengerti mungkin, tapi hingga menghabiskan untaian waktu yg bisu tak terdengar akhir dari kalimat nya dia sendiri mungkin tak tahu sedang bertahan untuk apa

*******

segala pembicaraan manis itu kemudian berhenti setelah nona jennie kembali pada logika nya, tentang siapa kami dan apa yang sebenarnya sedang kami lakukan disini

" aku meminta mu menemani bukan sebagai sepasang kekasih. lupakan tentang ciuman pagi itu lisa aku hanya ingin membalas kepergian nya selama beberapa hari ini " lirih nya

aku menatap wajah nona jennie lalu mengangguk samar, sejujurnya aku sudah tau

" lakukan sesuka anda nona "

*********

menjelang malam, sebuah mobil meluncur memasuki halaman. Tuan kau pulang memasuki rumah dengan  langkah sedikit tergesa-gesa

bisa ku lihat bagaimana rahang tegas itu mengeras, sorot matanya begitu tajam seolah-olah ingin meluluhkan apa saja dihadapan. dia marah padahal seharusnya nona jennie yang marah karena kepergian nya

" Jennie "  tepat di luar pintu kamar suaranya menggelegar

nyonya jilong yang tengah melangkah di sisi ruangan seketika terdiam tegap dengan wajah pucat dan tegang

begitu juga aku yang entah kenapa sedikit berharap, nona jennie akan berlari ke belakang punggung ku jika pria kasar itu mengangkat tangan nya.
tapi tentu saja itu pemikiran paling dungu yang terlintas begitu saja dari kepala seorang sopir, nona jennie pasti bisa mengatasi seperti saat mereka sarapan waktu itu. aku hanya terlalu naif padahal bukan siapa-siapa dan sama sekali tak punya kuasa

pintu kamar terbuka

aku tidak bisa melihat bagaimana reaksi nona jennie karena tertutup punggung pria itu, selebihnya mereka seperti tengah menyiapkan amunisi untuk saling  menyerang

tuan kai masuk lalu pintu di tutup rapat

ku pikir akan ada suara pecah berderai atau teriakan yang terdengar samar seperti biasa, tapi malam ini kamar itu hening seperti menelan dua orang penghuni nya begitu saja

*****

keesokan pagi mereka turun untuk sarapan bersama seperti biasa nynya jiong begitu sigap dan berkelas saat melayani  dibantu dengan youna sedangkan aku dan paman lee sedang menyantap sarapan dimeja makan khusus para pekerja yang hanya dibatasi dengan sebuah minibar

ada yang berbeda dengan sepasang suami istri itu. kali ini tak ada perdebatan hanya denting sendok beberapa kali terdengar samar

nona jennie tampak baik saja setidaknya  itu sudah membuat ku lega.

*********

aku menempati kamar paling ujung berdekatan dengan paman lee. aku melangkah keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut dengan handuk, hanya mengenakan bawahan baju kaos tipis rasa segar masih menyelimuti tubuh setelah mandi malam ini

langkah ku terhenti menyadari sosok youna telah duduk di tepi ranjang kamar

gadis itu mengenakan kemeja ketat dan rok pendek saat kaki menyilang, paha padat berisi itu tampak terekspos dengan rambut hitamnya dibiarkan terurai sedikit acak menampilkan sisi liar sekaligus seksi yang dikuatkan oleh sorot matanya

ku lirik pintu yang ternyata telah tertutup rapat

" kenapa kau disini ? "

gadis itu tersenyum manis penuh arti perlahan satu tangan nya bergerak perlahan membuka kancing kemeja ketat yang dikenakan

" Kau gila, youna? " desis ku " keluar !! "

aku sengaja mengambil jarak dari nya waspada: bisa saja nyonya jiong tiba2 mendorong pintu dan memergoki kami lalu menyimpulkan begitu saja karena itu aku berhati2 menanggapi gadis di hadapan ku

jemari youna berhenti dikancing kedua lalu dia berdehem pelan sambil mengulum senyum tipis

" Tentang foto seperti pria bangsawan tampan dan cantik yg paket komplit yg bersama nyonya jennie di sebuah restoran itu...... " dia menyelipkan rambut kebelakang telinga lalu menatapi kuku- kuku nya " ....... Bukan kah kemeja yang dikenakan sama dengan kemeja yang kau pakai kemarin malam, lisa ? "

aku terdiam

gadis itu bangkit dari sisi ranjang lalu melangkah gemulai ke sisi nakas tempat sebuah kemeja menggantung di atas nya " Ini " Ucap nya sambil mengelus kemeja itu dengan jemari nya

aku mendengkus pendek " siapa pun pasti punya kemeja seperti itu "

" tapi tentu saja tak semua orang punya tato kecil di leher "

tangan nya terulur lalu meraih leher ku hingga aku terpaksa membungkuk karena tarikan nya kami nyaris bertabrakan jika saja lenganku tak menahan dinding di belakang punggung nya " seperti mu " bisik gadis itu napas nya yang panas menerpa leher ku

aku menarik diri berusaha tetap tenang meski perlahan detak jantung semakin mengencang

gadis itu menatap ku dengan wajah sayu penuh arti " kau tak bisa mengelak lagi " Senyum nya terlihat nakal

Aku masih diam

gadis itu memandangi perut dan dada ku yang masih pakai kaos  lalu kembali mendongak mendekatkan bibirnya ke telinga ku

" biar nyonya jiong mengganggap kita punya hubungan itu mau ku maksudku jika kau bertanya apa alasan ku membicarakan kemeja itu" Bisik nya

" Kau gila " Lisa

" tidak, aku hanya sedang mencoba bernegosiasi dengan mu, tapi jika ditengah waktu negosiasi kau ingin melakukan sesuatu... aku tidak keberatan " lalu jemari nya membwa telapak tangan ku menyentuh bagian dada nya yang terbuka




Okeee gaes jangan lupa kasih bintang atu like nya dan juga komen nya biar aku tau kalian masih suka cerita nya atau ngak nyaaa

klo suka biar aku lanjut lgi

salam jenlisa 🤘

NYONYA KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang