Pemakaman Count dan putri sulungnya baru terhitung satu hari, namun kediaman Count berjalan seperti biasa.
Dan Barbara sibuk memanggil notaris untuk mengganti seluruh harta menjadi namanya.Meski Barbara seorang selir, namun ialah yang membuat harta kekayaan keluarga count menjadi berlipat ganda, kecerdasannya berbisnis dan kelicikannya dalam memainkan perasaan orang, membuat para pengikut selalu mempercayainya.
"Nina, panggilkan aku pedagang permata."
Meski begitu Barbara selalu boros dan suka berfoya-foya, itulah yang menjadi kelemahannya.
"Baik madam."
Ucap Nina yang segera meninggalkan ruangan kerja Barbara.***
"Ibu, kapan kakak pulang?"
Lenguh Charlotte saat ia bersikap manja pada ibunya.
"Satu bulan lagi kakakmu akan sampai dikediaman ini, saat itu kita akan mengadakan pesta penyambutan bersama penobatannya menjadi count yang baru."
Jawab Barbara setelah meneguk secangkir teh hangat yang baru kutuangkan.
"Menurut ibu, kapan aku dan duke muda akan menikah?"
Pipinya memerah seakan ia sedang malu.
"Tenang saja, ibu akan mengatur agar kalian segera menikah, Ibu tidak sabar dengan kejayaan keluarga kita. Setelah kematian orang-orang tak berguna dirumah ini, kita akan menjadi keluarga yang paling dihormati dikekaisaran."
Seketika aku mengepalkan tanganku seraya mendengarkan celoteh ibu dan anak yang sangat menjijikkan ini.
"Mimpi kalian tidak akan menjadi nyata."
"Bagaimana hari-harimu charlotte, apakah ada hal yang kau inginkan? Pengawal barumu apakah menuruti perintahmu?"
Sembari membaca berkas lama Count, Barbara tetap mengajak berbincang putrinya itu.
"Semenjak kematian Liliana, hidupku semakin menyenangkan dan berjalan lancar. Aku juga suka pengawal baru yang ibu kirimkan, dia tampan dan tidak suka membantah."
Sahut Charlotte tertawa kecil.
Memiliki jiwa yang genit seperti ibunya, Charlotte terobsesi dengan pria tampan.
Ketika malam tiba, ia sering membawa pria yang berbeda kekamarnya.
***
Di tengah malam yang dingin, para pelayan kembali ke kamar masing-masing. Namun untuk pelayan pendamping sepertiku, biasanya tidur bersama dengan nona bangsawan di kasur yang berbeda.
"Marie, malam ini aku ingin tidur sendiri."
Ujar charlotte dengan senyumannya yang manis seperti biasa. Tidak akan ada yang menyangka dibalik keluguan dan kelembutannya itu, Ia adalah lady yang sangat licik.
"Baik charlotte."
Sahutku yang seketika itu kembali kekamarku.
Aku yang tidak bisa tidur setelah berganti pakaian, seketika bangkit dan menyusuri kediaman itu, saat aku melewati kamar Charlotte, ternyata kamar itu telah kosong.Di dalam kegelapan, aku meraba-raba dinding agar tidak terjatuh ketika melangkah.
Dengan sengaja aku tak membawa lilin untuk penerangan, agar tak ada yang tahu aku berkeliaran dimalam hari.Dari kejauhan aku melihat Charlotte masuk kedalam perpustakaan bersama seorang pria, dan perlahan aku mengikutinya, hingga sampailah aku di pintu yang tidak tertutup dengan rapat, cahaya kecil dari sebuah lilin didalam perpustakaan itu, membuat Charlotte yang telah melepas pakaiannya tampak jelas sedang memeluk pengawal barunya.
Sontak aku menutup mulut menggunakan kedua tanganku saat aku tertegun, dengan cepat aku berlari meninggalkan perpustakaan itu dan kembali kekamarku.
Sangat mengejutkan, Charlotte yang telah bertunangan, dengan berani melakukan perbuatan yang memalukan bersama pengawal pribadinya.Aku baru tahu hal semacam ini terjadi dikeluarga count semenjak aku masuk ke dalam tubuh pelayan.
Selama menjadi Liliana aku hanya berdiam diri dikamar.
Penyakitku yang semakin bertambah parah membuatku sulit untuk melakukan aktivitas.Kediaman count yang terlihat normal, ternyata didalamnya bebas melakukan hal tak senonoh.
Bangsawan yang seharusnya menjadi contoh yang baik bagi pengikutnya, malah terlihat lebih rendah dari kotoran.***
"Nona, waktunya bangun, Madam ingin sarapan bersama."
Ucapku yang perlahan menepuk lengan charlotte yang masih terlelap.
"Ah iya, cepat sekali datangnya pagi."
Lirih Charlotte yang tampak kelelahan, perlahan aku memapahnya menuju kamar mandi.
"Aku tidak apa-apa mengapa kau begini?"
Tanpa sadar aku membantunya karena takut ia tidak bisa berdiri.
"Anda terlihat sedang tidak enak badan, maka dari itu aku mencoba membantu."
Sahutku mencari alasan yang mudah dipercaya.
Pagi itu aku memandikan Charlotte dengan air hangat, terlihat ditubuhnya penuh dengan tanda dari pengawal pribadinya, hingga membuatku sedikit mual karena mengingat kejadian semalam.
***
Barbara yang telah menunggu diruang makan, terlihat ia berpenampilan lebih rapi dari biasanya.
Pengawal yang semalam bersama Charlotte berjalan mengikuti kami, hingga akhirnya ia berdiri disamping kursi yang telah diduduki Charlotte.Ibu dan anak itu memulai sarapannya, mereka masih mengikuti tata krama kekaisaran yang tidak memperbolehkan berbicara disaat makan.
Aku melihat tanda yang sama dileher Barbara, yang masih tampak jelas meski telah ditutupi bedak.
"Kedua jalang ini benar-benar mengotori keluarga count."
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Balas Dendam Seorang Pelayan [NOVEL]
Historical FictionTERSEDIA DI SHOPEE PURE PUBLISHING "Ketika membuka mata, Aku menjadi pelayan yang ku benci, Apakah ini kesempatan untukku balas dendam?". Liliana Barnett seorang putri Count yang sedang sakit selalu disiksa selir ayahnya. Liliana yang telah meningg...