Akhirnya kami kembali ke county.
Setelah menempuh perjalanan yang lebih lama karena Charlotte selalu meminta menghentikan kereta kuda dan memilih tidur di penginapan.Charlotte yang dipenuhi rasa sedih bercampur marah, mengabaikan salam dari para pelayan.
"Ibuu..ibuuuu..."
Suara teriakan Charlotte memenuhi seluruh Kastil, Barbara yang tampak sedang menyantap makan siang, seketika itu menghentikan makan siangnya.
"Mengapa kau berteriak seperti rakyat jelata yang tidak berpendidikan?"
Barbara sangat tidak suka diganggu ketika sedang makan, meskipun Charlotte anak yang sangat dicintainya.
"Huaaa.....ibuuu bagaimana ini? Duke mengusirku."
Charlotte duduk bersimpuh dan meletakkan kedua tangannya ke paha Barbara yang sedang duduk dikursi makan.
Barbara mengernyitkan keningnya sembari mengusap rambut Charlotte seakan luluh dengan perlakuan putrinya itu.
"Katakan apa yang sebenarnya terjadi saat kau berada dikediaman duke."
Dengan terbata-bata, Charlotte menceritakan semua kejadian dari awal ia tiba ke duchy hingga akhirnya diusir dari sana.
Barbara yang marah beranjak dari tempat duduknya dan berdiri tegak dihadapan Charlotte."Kau tidak perlu takut anakku, ibu akan menyelesaikan masalah ini untukmu."
Sorot mata Barbara menunjukkan kelicikannya.
"Tapi bagaimana kalau duke membatalkan pertunangan kami?"
Charlotte yang masih menangis mencemaskan nasibnya.
"Tidak ada yang akan bisa menentang perintah kaisar."
Senyum jahat Barbara membuat charlotte menghentikan kecemasannya, Barbara duduk kembali dan melanjutkan makan siangnya.
Charlotte yang telah berdiri disamping Barbara, menyuruh Edith menyingkir, dan kemudian ia menuangkan teh Darjeeling untuk Barbara.
"Rasanya akan lebih manis karena aku yang menuangkannya untuk ibu."
Charlotte pamit kembali kekamarnya, aku yang sedaritadi diam diantara mereka, mengikuti langkah kakinya.
Kembali kerumah ini membuatku malas, karena teringat kenangan buruk yang menimpaku saat masih menjadi Liliana.***
"Nona, mengapa anda tidak makan?"
Seperti biasa aku berpura-pura mengkhawatirkannya."Sudah ku bilang jangan panggil aku nona ketika hanya kita berdua, apa aku saja yang menganggapmu sahabat?"
Seru Charlotte yang menatapku sinis.
"Maaf charlotte, saya merasa malu dan tidak pantas menjadi sahabat anda, karena saya hanya seorang pelayan."
Benar-benar memuakkan, aku lebih memilih memanggilnya nona, karena aku benci menyebut namanya.
"Kau seperti orang yang kehilangan ingatan, tingkahmu beberapa hari ini juga aneh dan kau lebih sering berdiam diri."
Tatapan sinisnya itu seperti menaruh curiga.
"Itu hanya pemikiran anda saja, mungkin karena suasana hati anda sedang tidak baik, kedepannya saya tidak akan membuat kesalahan seperti ini lagi."
Pungkasku mencoba membuat alibi.
"Yasudah kau keluarlah, aku ingin beristirahat."
Charlotte mengibaskan tangannya, isyarat menyuruhku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balas Dendam Seorang Pelayan [NOVEL]
Historical FictionTERSEDIA DI SHOPEE PURE PUBLISHING "Ketika membuka mata, Aku menjadi pelayan yang ku benci, Apakah ini kesempatan untukku balas dendam?". Liliana Barnett seorang putri Count yang sedang sakit selalu disiksa selir ayahnya. Liliana yang telah meningg...