"Aaaarrhhhhggg....."
Charlotte yang telah kembali ke kamarnya sangat histeris, seketika itu ia membanting barang-barang miliknya.
"Saya menyesal nona, karena saya anda mengalami kejadian yang begitu mengerikan."
Lirihku pelan yang saat itu berdiri dibalik punggungnya.
"Sudahlah, kalau aku tidak memberikan pengawal itu pelajaran, pasti mulutnya akan berbicara hal yang macam-macam."
Sahutnya yang tampak frustasi, kesehariannya tidak ada yang berjalan lancar, dan semua itu berkat aku.
***
Langit mulai gelap, sinar rembulan yang ditutupi sebagian awan mendung menjadi pemandangan lara malam itu.
Membuatku terhanyut dan mengingat kembali, siapa-siapa saja yang telah melakukan hal jahat kepadaku dulu.Dua orang telah ku tangani dengan mudah, kini aku mencari cara untuk menyingkirkan koki yang membuatkanku makanan busuk saat aku masih menjadi Liliana.
Sembari meletakkan racun arsenik kedalam kotak yang tersimpan didalam tempat tidur marie, kupandangi koleksi obat miliknya.
"Kau sangat cerdas Marie, tak akan ada yang menyangka kau telah menyimpan benda seperti ini dikamarmu."
***
Waktu makan malam telah tiba, dan para juru masak sedang menyiapkannya.
Namun, Charlotte yang sedari siang tidak berselera makan tiba-tiba menginginkan Sage and onion stuffing."Tuan Bliss, nona Charlotte memanggil anda."
Seruku, yang telah menghampirinya didapur county.
Bliss Hugo, adalah koki yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Barbara, ia terkenal diantara bangsawan karena masakannya yang lezat, serta kehebatannya dalam membuat resep baru.
Bliss meninggalkan pekerjaannya dan ia segera menemui Charlotte.
"Apakah ada yang bisa saya bantu?"
Ucapku pada juru masak didapur.
Dengan ramah mereka menyambutku, yang diketahui sebagai pelayan kesayangan Charlotte. Namun beberapa diantara mereka memandangku sinis, akibat kebencian mereka terhadap Nina, pengkhianat yang telah dihukum mati.
Perlahan aku mengaduk sup minestone, sup yang berisi sayuran seperti wortel, lobak, kacang buncis, bawang putih, kubis, lentil, bawang bombay, dan asparagus. Makanannya akan seperti “pulte”, bubur yang terbuat dari tepung dan sayuran.
Seketika itu aku memasukkan cairan yang akan membuat kediaman ini gempar."Marie, kau kembalilah, hidangan ini segera siap."
Ujar Bliss Hugo yang telah berdiri tepat disampingku dan kemudian ia menggantikanku mengaduk sup itu.
Dengan cepat, ku selipkan botol kosong bekas cairan itu ke saku baju Bliss yang tampak luas, sehingga ia tak sadar ataupun merasakannya."Baik tuan."
Jawabku seraya tersenyum, sebelum akhirnya aku meninggalkan dapur.
***
Para pelayan yang merasakan sakit perut hebat, seketika itu tak sanggup berjalan maupun melakukan pekerjaannya.
Aku yang sedari tadi sengaja menemani Charlotte makan malam tak terpengaruh apapun.
"Nona, sepertinya ada keributan diruang makan para pelayan."
Dengan langkah cepat, Charlotte yang telah selesai makan menuju ke ruangan itu, diikuti olehku dari belakang.
"Keributan apalagi yang terjadi disini?!"
Seru Charlotte dengan nada yang seakan tak bersemangat.
Tampak para pelayan tergeletak dilantai sembari memegangi perutnya. Termasuk Edith, pelayan pribadi Barbara yang tidak ikut dengannya.
"Nona, sepertinya ada masalah di sup buatan Tuan Bliss, tiba-tiba saja kami mengalami sakit perut hebat setelah memakannya."
Mendengar ucapan Edith, membuat Charlotte kebingungan, namun ia tidak berani bertindak lebih diluar kuasa Barbara.
"Marie, kau panggilkan dokter keluarga count segera, untuk masalah ini aku akan menunggu ibu yang memutuskan."
Ujar Charlotte, sembari meninggalkanku kearah dapur dimana para juru masak sedang bekeja.
Disana tampak Bliss yang sedang dikerubungi para juru masak lainnya.
"Pasti ada seseorang yang menaruhnya disaku bajuku."
Bliss berteriak kencang, hingga membuat pekerja lainnya tampak geram.
"Maksudmu kami dengan sengaja melakukan hal keji itu?"
Seru salah satu juru masak yang telah menarik kerah baju Bliss.
"Apa yang terjadi?"
Charlotte memotong pembicaraan mereka, dengan seketika para juru masak itu tertegun dan suasana menjadi sunyi.
"Nona, kami menemukan botol ini disaku tuan Bliss."
Seorang juru masak melangkah pelan setelah membungkukkan tubuhnya, dan ia menyerahkan wadah kecil berbentuk silinder yang tersisa cairan bewarna bening.
"Bliss, untuk apa kau melakukan ini?"
Dengan kesal Charlotte melempar wadah itu kelantai, seketika wadah itu pecah dan isinya keluar.
"No,nona tidak mungkin saya berani melakukan hal rendahan seperti ini."
Ujar Bliss yang tampak pucat, ia menempelkan kedua telapak tangannya sebagai tanda permohonan ampun.
"Kau bersiaplah, setelah ibu kembali, kau akan mendapatkan hukumanmu."
Balas Charlotte seraya melenggang pergi meninggalkan dapur.
***
Charlotte yang tak kuat menahan kantuk, akhirnya tertidur disebuah kursi yang terletak di ruangan keluarga.
"Nona, ayo kita pindah kekamar, malam telah larut, mungkin Madam tak akan pulang hari ini."
Ucapku sembari menepuk pelan lengannya.
Perlahan Charlotte membuka kedua matanya dan ia bangkit dari kursi itu."Kau benar, hari ini aku ingin tidur sendirian, kau masuklah ke kamarmu."
Seru Charlotte yang memegangi kepalanya, ia meringis seperti kesakitan.
"Baik nona".
Setelah mengantar Charlotte kekamar tidurnya, aku berbaring dengan tubuh yang terasa lelah.
Aku kembali terhanyut, mengingat saat aku masih menjadi Liliana Barnett."Seandainya aku memiliki keberanian seperti sekarang, mungkin aku bisa melawan Barbara dan Charlotte."
"Liliana, apapun yang kau lakukan, ibu berharap kau bahagia."
Tampak sosok ibu yang duduk disampingku sembari membelai rambutku, seketika itu aku meneteskan air mata.
Dan saat aku terbangun, aku menyadari itu adalah sebuah mimpi.Dengan hati yang sedikit pilu, aku bangkit dari tempat tidur dan mengganti pakaian.
Suara gemerisik kereta kuda membuatku mengintip dibalik jendela kamarku.Kulihat Bliss Hugo yang membawa banyak barang segera meninggalkan kastil.
Sepertinya Barbara telah kembali dan memberinya hukuman.Meski hanya hukuman pengusiran, itu cukup membuatku puas.
____________________________________
𝕂𝕒𝕝𝕒𝕦 𝕜𝕒𝕝𝕚𝕒𝕟 𝕤𝕦𝕜𝕒 𝕔𝕖𝕣𝕚𝕥𝕒𝕟𝕪𝕒, 𝕛𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕝𝕦𝕡𝕒 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕖𝕣𝕚𝕜𝕒𝕟 𝕧𝕠𝕥𝕖 𝕕𝕒𝕟 𝕜𝕠𝕞𝕖𝕟𝕥𝕒𝕣 𝕪𝕒 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Balas Dendam Seorang Pelayan [NOVEL]
Historical FictionTERSEDIA DI SHOPEE PURE PUBLISHING "Ketika membuka mata, Aku menjadi pelayan yang ku benci, Apakah ini kesempatan untukku balas dendam?". Liliana Barnett seorang putri Count yang sedang sakit selalu disiksa selir ayahnya. Liliana yang telah meningg...