Chapter 4

322 31 0
                                    

Siang ini Natha sudah diperbolehkan pulang, tentu ia sangat senang akan hal itu.

Sejak bertemu dengan Listu pagi tadi, Natha tahu bahwa akan sulit untuk menjauh dari keluarganya. Lagipula tubuh ini berada di usia yang mana kebanyakan remaja masih membutuhkan kasih sayang dari keluarga, terbukti saat Listu mengobatinya entah kenapa hatinya berdebar dengan keras yang terasa menyesakan.

Karena itulah ia sekarang ragu akan keputusannya yang lalu, Ia ingin merasakan keluarga yang utuh lagi tetapi disisi lain ia juga tidak ingin terlibat dengan plot dalam novel ini.

"Haahh... Baiklah Natha jalani saja, kita ikuti alur yang ada." putusnya

Sejak pulang dari rumah sakit, Listu terus teringat akan Natha. Ia merasa sangat familiar dengan pemuda yang bertabrakan dengan nya itu, membuatnya merasa berdebar namun yang aneh ia seakan merindukan pemuda itu.

"Apa yang kau pikiran?"

Sebuah seruan membuyarkan Listu dari lamunan nya, saat menoleh ke arah sumber suara terlihat kakak sulungnya tengah melangkah turun mendekatinya. 

"𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨"

"Yang lain pada kemana bang?" tanya Listu setelah menyadari tidak adanya keluarga nya yang lain selain mereka beberdua

"Pergi" jawab singkat Lingga sembari mengerjakan berkas berkasnya yang perlu diperbaiki.

Listu yang mendengar itu lantas menghela nafas. Kakak sulungnya ini sifatnya dingin dan irit bicara sekali persis seperti kakeknya, berbanding terbalik dengan ayah mereka yang mewarisi sifat sang nenek.

Berbicara tentang kakek dan neneknya, mereka sedang ke luar negeri untuk memeriksa beberapa cabang perusahaan Dirgantara yang ada disana.

Kakeknya 𝘿𝙖𝙢𝙞𝙖𝙣 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 merupakan kepala keluarga sebelum sang ayah memgambil alihnya,sekaligus orang yang sudah membuat keluarga Dirgantara dikenal dan disegani oleh banyak orang. Di umurnya sang sudah tua ia masih terlihat gagah dan bugar, sifatnya yang dingin dan kekejamannya mampu membuat kakeknya dijuluki iblis oleh banyak orang.

Sementara itu neneknya 𝘼𝙨𝙝𝙖𝙣𝙖 𝙃𝙖𝙧𝙩𝙞𝙜𝙖𝙣 adalah salah satu keturunan keluarga Hartigan yang merupakan keluarga politik yang sangat disegani oleh semua orang. Neneknya adalah sosok yang penuh dengan rasa empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Dia mampu membaca bahasa tubuh dan tanda-tanda kecil yang terkadang terlewatkan oleh orang lain. Kemampuannya untuk mengerti perasaan orang lain, membuat dia menjadi tempat curhat yang paling aman dan nyaman di keluarganya.

"Bang Lingga, tadi pagi aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang remaja laki-laki di rumah sakit. Anehnya warna mata dan wajahnya mengingatkan aku dengan bunda, bahkan aku merasa berdebar saat menyentuhnya selagi aku mengobati remaja itu." cerita Listu

Mendengar perkataan Listu, Lingga sontak memandangnya. Bisa ia lihat adiknya itu tengah berbicara serius, Ia tahu kearah mana yang Listu pikirkan.

13 tahun yang lalu sebuah kejadian tak terduga berhasil memukul telak kebahagiaan keluarganya. Adik kedua sekaligus kembaran dari adik bungsunya diculik oleh musuh mereka, hingga saat ini mereka bahkan masih mencari keberadaan adik kecilnya itu.

"Maka cari dan pastikanlah" saran singkatnya kepada sang adik yang tentu Listu tahu maksudnya.

"Ayolah bun... Pleaseee" rengek Kala pada sang bunda yang melarangnya dengan tegas.

"Kamu mau dimarahin ayah sama abangmu terutama bang Lingga, kala kan tahu sendiri peraturannya gimana" tolak Zanna dengan tembut

"Kali ini aja, bun?"

"Yaudah coba nanti kamu minta izin sama ayah dan abangmu, kalau mereka izinin kamu pergi bunda juga" ucap ibunya dengan nada tidak ingin dibantah

Dengan segera Zanna berjalan meninggalkan anak bungsunya yang masih ingin memprotes keputusannya, kala yang melihat itu lantas segera menyusul ibunya dengan menghentakkan kaki dan mengerutkan bibirnya.

𝘽𝙧𝙪𝙠

"Akhh..."

Karena tidak memperhatikan jalan ia tidak sengaja menabrak seseorang, dengan reflek ia mengulurkan tangan saat merasa akan terjatuh untungnya orang itu juga memiliki reflek yang bagus dan segera mengenggam erat tangannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya orang itu dengan suara yang terdengar masih muda dan membantunya menstabilkan diri.

"Te-terimakasih. Maaf karena tadi aku tidak memerhatikan jalan" ujar Kala dengan menundukkan kepalanya sedikit, ia merasa malu dengan kecerobohannya.

Saat mengangkat kembali kepalanya kala tertegun melihat orang yang ia tabrak, entah kenapa ia merasa familiar dengan remaja yang terlihat seumuran denganya itu. Laki-laki ini mempunyai mata yang sangat mirip dengan ibunya, bahkan ia bisa melihat sedikit bayangan wajah dari ayah dan ibunya.

Sedangkan Natha, orang yang ternyata tidak sengaja kala tabrak merasa deja vu melihat hal ini. Perasaannya tidak enak setelah ia saling bertukar kontak dengan gadis itu, ditambah ekspresinya setelah melihat Natha.

Dengan ekspresi khawatir Zanna menghampiri anak bungsunya "Kala!! sayang. 𝘠𝘰𝘶 𝘰𝘬𝘦?"

Kedatangan Zanna berhasil membuat kedua remaja itu tersadar dari lamunannya.

"Ahh...aku baik-baik saja bun"

"Maaf ya kak, aku nggak sengaja" lanjut kala dengan pandangan canggung kepada natha.

Melihat itu 𝘡anna menghelan nafas, ia terlampau hafal dengan sifat ceroboh dari bungsunya tersebut. Ia alihkan pandangannya kepada pemuda yang putrinya tabrak itu, bagai slow motion ia tertegun begitu melihat wajah remaja itu. wajah tersebut entah mengapa begitu mengingatnya kepada Putra kecilnya yang menghilang.

Dengan spontan zana memanggilnya, "Nana...."

𝙙𝙚𝙜

"hah..."

Natha yang mendengar panggilan itu entah kenapa hatinya berdebar seketika. Senang, sedih, rindu, takut, semua menjadi satu hingga membuatnya merasa sesak.

Dia benci perasaan Ini, perasaan tidak bisa mengontrol diri sendiri ini terasa asing baginya dan ia muak akan hal itu.

"Ahh... Maaf saya ada urusan penting sekarang, Permisi." 

Dengan alasannya Natha segera pergi dari hadapan ibu dan anak tersebut.

Pandangan Zanna masih setia mengikuti sosok Natha dengan pancaran yang sulit untuk dijelaskan.

"Bun,, 𝘺𝘰𝘶 𝘰𝘬𝘢𝘺?" tanya kala dengan khawatir kepada sang ibu

suara putrinya mengalihkan wanita paruh baya itu dari pandangannya, "Yahh... 𝘚𝘶𝘳𝘦. Yasudah ayo pulang Sayang" ucapnya sembari melangkah pergi.

Kala segera menyamakan langkahnya pada sang ibu sebelum menolehkan kepalanya kebelakang dimana sosok Natha yang menghilang dengan pandangan yang rumit.

Tᗷᑕ.

TRANSMIGRASI: KalpasastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang