Chapter 22

120 11 0
                                    

Dapat terasa jika suasana disekitar mereka menjadi sunyi untuk sesaat, membuat Natha yang masih menundukan kepalanya semakin merasa gugup dan gelisah.

Tak lama kemudian, Ashana dengan tulus menyambut Natha dan Devan, memperlihatkan sikap ramah dan hangat yang membuat suasana kembali nyaman.

"Jadi kedua anak laki-laki tampan ini keponakanmu, Evans?! Ayo, kalian berdua bergabunglah dengan kami, tidak perlu terlalu kaku begitu," ucap Ashana dengan lembut dan menyuruh Natha dan Devan untuk duduk bersama mereka.

Kala, dengan senyum lembut yang hangat, menyapa Natha dengan penuh kebaikan, "Selamat datang, Natha. Sungguh tak disangka bertemu denganmu di sini, kukira om Ev tidak akan mengajakmu kemari"

Zanna menambahkan dengan ramah, "Benar sekali, kita juga sebelumnya pernah bertemu kan, Natha? Waktu itu Kala tidak sengaja menabrak kamu di mal, kamu masih ingat?" tanya Zanna dengan lembut.

Natha tentu saja masih mengingat kejadian saat itu, sehingga ia menjawab Zanna dengan anggukan pelan dan tersenyum kecil, "Tentu saja saya masih ingat, apalagi beberapa hari setelahnya, saya sekelas dengan Kala." ucap Natha seraya menatap Zanna dan Kala secara bergantian.

Dengan senyum hangat, Kala memperkenalkan keluarganya satu per satu kepada Natha dengan penuh antusias dan semangat. Mereka kemudia mulai mengobrol riang dengan santai, membuat Evans tersenyum puas melihatnya.

"Jadi, kalian ini anaknya Thea dan Rion? Pasti berat harus tinggal bersama paman kalian ini," ucap Agam yang kemudian menatap Evans sejenak sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

Evans yang merasa bingung dengan maksud dari tatapan Agam, mulai mengerutkan keningnya dengan wajah sebal, "maksudnya apa itu? Aku ini orang baik-baik tahu mas, jadi tentu saja mereka pasti senang kalau tinggal bersamaku," kesal Evans setelah mendengus kecil kepada Agam.

"Dan juga, Natha memang anaknya kak Thea, tatepi kalau Devan, dia ini putranya James Dominic. Aku yang memintanya untuk menjadi wali kedua Natha, soalnya dia tidak mau tinggal bersama ku." jelas Evans.

Damian yang mendengar itu, lantas menatap Devan dengan teliti, dan tak lama kemudian pria tua itu mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti, "Hm, begitu rupanya, pantas saja kau mengingatkanku dengan Ed." ujar Damian dengan tenang.

Begitu Devan mendengar ucapan Damian, laki-laki itu segera mengerutkan keningnya dan menatap pria tua itu dengan sedikit waspada, "Bagaimna anda mengenal kakek saya? Kami sekeluarga memutuskan untuk menghapus semua informasi tentang kakek, setelah beliau meninggal 10 tahun yang lalu."

"Tentu saja aku mengenalnya, Ed dan aku sudah berteman sejak dulu, saat aku berkuliah ke Jerman." jelas Damian dengan singkat dan setelah itu, ia malah menatap Natha dengan intens.

"Jadi kau, yang namanya Natha! Kala sudah menceritakan tentang dirimu yang membantunya saat terjadi masalah di sekolah kemarin, terima kasih." ucap Damian dengan senyum tipis di wajah tuanya yang biasanya hanya datar dan tegas.

Keluarganya yang melihat itu tentu merasa terkejut, karena Damian itu orang yang dingin dan datar sekalipun dengan keluarganya sendiri. Namun setelah memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dan siapa Natha sebenarnya, mereka memakluminya dan juga menatap Natha dengan lembut.

Natha sendiri entah mengapa merasa, jika ucapan terimakasih yang Damian berikan kepadanya itu untuk hal yang lain, namun Natha tidak tahu apa itu.

"Tidak masalah tuan, bagaimanapun juga Kala adalah teman saya," jawab Natha dengan tersenyum kecil.

"Panggil opa saja, teman-teman Kala bisanya memanggilku begitu," ujar Damian lagi yang segera di anggukan kepala olah Natha.

Saat mereka sedang berbincang santai, datang dua orang pria yang merupakan Lingga dan Listu yang kebetulan baru saja tiba karena harus menyelesaikan masalah pekerjaan yang tiba-tiba.

Kedatangan keduanya di sambut hangat oleh keluarganya, dan Lingga serta Listu pun segera memeluk Talisa dan Darius secara bergantian dan juga tidak lupa memberikan ucapan selamat atas anniversary pernikahan mereka.

Setelahnya, segera Lingga dan Listu menyadari keberadaan Evans, Natha, serta Devan sehingga keduanya terdiam sejenak saat menatap Natha, terutama Lingga yang memandang intens pemuda itu dengan raut wajah Datar dan dinginnya.

Natha yang memang sejak awal memperhatikan kedatangan keduanya, tentu tidak bisa mengindari dari saling tatap-tatapan dengan Lingga. Karena entah mengapa seejak ia melihat Lingga, Natha merasa jantung desiran kuat dan kegugupan serta kegelisahannya yang semula mulai mereda kembali lagi.

Zanna yang melihat tatapan Lingga kepada Natha, segera berdeham pelan dan menyadarkan keterdiaman putra sulungnya.

"Ekhem! Sudah selesai urusannya, bang?" tanya Zanna yang membuat Lingga dan Listu sontak memutuskan pandangannya dari Natha dan memfokuskan tatapannya kepada sang ibu.

Kedua kakak beradik itu kemudian berjalan mendekati kursi kosong yang berada di samping Kala, dan dengan tenang dan santai duduk disana.

"Sudah bun, ini juga kebetulan aku berpapasan dengan bang Lingga di basement." jelas Listu yang di angguki kepala singkat oleh Lingga.

•••

Karens merasa kembali canggung dan gugup sejak kedatangan Lingga, Natha meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar. Dengan senyum tipis, ia memberikan alasan yang sederhana dan meninggalkan ruang pesta pernikahan tersebut.

Tiba di toilet, Natha segera melangkah ke arah wastafel dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Air yang menyegarkan itu membantu meredakan kegugupannya dan memberikan sedikit ketenangan di tengah ketegangan yang dirasakannya.

Saat Natha menatap cermin, ia melihat ekspresi wajahnya yang terlihat jelas kegugupan dan ketegangan yang tengah ia rasakan.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum kembali ke ruang pesta, "Ayolah Na, hal remeh itu seharusnya tidak membuatmu segugup ini, kan!" monolog Natha pelan.

Setelah merasa lebih rileks dan sedikit lebih tenang,  Natha memilih untuk tidak langsung kembali ke pesta pernikahan dan memutuskan untuk pergi ke balkon yang terletak di ujung koridor, di tempat yang lebih sepi dan tenang.

Dengan langit malam yang cerah di atasnya dan udara segar yang membelai pipinya, Natha menumpukan tubuhnya pada besi pembatas dan mendongakkan kepalanya kearah langit malam.

Terlihat pemuda itu menghela napas lembut dan bergumam dengan pelan, "nggak kerasa udah 6 bulan lebih gue masuk ke dunia novel ini, papa sama mas Anan gimana ya kabarnya?"

Meskipun Natha bergumam dengan wajah yang datar dan tenang, namun juka dilihat lebih teliti, dapat terlihat sorot kesedihan dan kerinduan yang amat besar di mata pemuda itu. Apalagi saat tadi ia berhadapan dengan Agam, ia seketika teringat dengan ayahnya dan merasa kerinduan yang nyaris tidak dapat ia kendalikan.

Mata Natha mulai melayang melihat cahaya gemerlap kota yang terlihat dari kejauhan, sementara pikirannya melayang ke masa lalu, Natha tiba-tiba teringat dengan salah satu plot yang terdapat dalam novel yang menggambarkan kejadian tragis di pesta milik Talisan dan Darius ini.

Seingat Natha, didalam novel menceritakan jika Kala pernah mencoba mencelakai Hanasta di pesta ini, namun kebetulan putri bungsu Talisa yang juga sepupu Kala, berada dekat dengan tempat Kala merencanakan aksinya.

Dan tentunya yang terjadi setelahnya bisa ditebak, sepupu kecilnya Kala itu malah yang menjadi korban, sementara Hanasta, tidak terjadi apapun kepada gadis itu.

"Kejadian itu membuat Azaleana menjadi buta secara permanen, sementara Kala dibenci oleh seluruh keluarganya dan bahkan ayahnya mengusirnya dari rumah," kata Natha dengan tenang namun terlihat jika keningnya telah berkerut tajam.

"Tapi kayaknya setelah gue tahu seperti apa sifat si Hanasta itu, gue jadi ragu Kala bakal ngelakuin perbuatan seburuk itu," ucap Natha setelah memikirkan apa yang selama ini telah ia lihat tentang perilaku Hanasta si protagonis maupun Kala si antagonis.

"Yah, gimanapun nanti, gue bakal berusaha buat lindungi keluarga Natha, karena bagaimanapun mereka sekarang jadi keluarga gue juga, kan!" putus Natha pada akhirnya dan bersiap untuk kembali kedalam pesta.

Tᗷᑕ.

TRANSMIGRASI: KalpasastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang