Chapter 23

100 11 0
                                    

Natha, yang berencana untuk kembali ke tempat Evans dan Devan berada, tiba-tiba melihat seorang gadis kecil yang terlihat kesusahan untuk mengambil kue yang ada di atas meja.

Awalnya, Natha merasa sedikit lucu melihat tingkah polos gadis kecil itu, namun karena merasa tidak tega melihat gadis kecil itu terlalu lama kesulitan, Natha melangkah mendekati meja tempat kue-kue tersusun rapi itu.

Dengan senyum hangat, ia tersenyum pada gadis kecil tersebut dan bertanya ramah, "Hei, butuh bantuan? Aku bisa membantumu mengambilkan kuenya, kalau kamu mau."

Gadis kecil itu menatap Natha dengan mata berbinar-binar, senang dan terkejut dengan kedatangannya, jadi dengan penuh rasa terima kasih, ia mengangguk kecil dan menyebutkan kue yang diinginkannya.

"Aza mau cupcake strawberry nya, please." minta gadis kecil itu dengan pandangan yang terus menatap Natha dengan berbinar.

Dengan segera, Natha membantu gadis kecil itu meraih kue yang di inginkan nya.

Senyum bahagia terpancar dari wajah gadis kecil tersebut, "Terima kasih, kakak prince" ucapnya dengan wajah malu-malu yang terlihat mengemaskan bagi Natha.

Natha yang mendengar panggilan gadis itu lantas terkekeh lucu dan secara spontan mengusap-usap pucuk kepala gadis itu, "Sama-sama, princess." balas Natha lembut.

Saat Natha baru saja ingin mengajukan pertanyaan kepada Aza, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil gadis kecil itu, membuat Natha dan Aza sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

"Azaleanna!" teriak seseorang memanggil gadis kecil itu.

Terlihat seorang gadis muda yang adalah Jean, berjalan menghampiri Aza dengan wajah marah bercampur lega dan khawatir.

"Jeje!!" teriak Aza senang sembari melambaikan tangannya pada kakaknya itu.

Sebelum langkahnya mencapai Aza, Jean terhenti sejenak ketika melihat Natha yang berdiri di samping adiknya. Ekspresi cemas di wajah Jean berubah menjadi kelegaan ketika dia melihat bahwa adiknya itu baik-baik saja.

Jean kemudian melanjutkan langkahnya dan begitu ia sampai di hadapan Aza, ia berjongkok di depan adiknya itu dan mencubit gemas pipi nya untuk menyalurkan kekhawatiran yang ia rasakan.

"Kenapa tidak memberi tahu Jeje kalau mau pergi, hm?" gemas Jean kepada adiknya itu yang sudah membuatnya khawatir setengah mati.

"Hehe.. 𝘐'𝘮 𝘚𝘰𝘳𝘸𝘺 𝘑𝘦𝘫𝘦, 𝘯𝘰𝘵 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯," ucap Aza dengan senyum manis yang terlihat menggemaskan dimata Jean dan Natha.

Sesaat kemudian tiba-tiba mata Aza berbinar terang sebelum dengan cepat menyodorkan cupcake yang diambilkan oleh Natha tadi kepada Jean.

"𝘍𝘰𝘳 𝘮𝘦?" tanya Jean dengan wajah yang tersenyum lebar.

Namun, sebelum Jean sempat meraih cupcake yang disodorkan oleh Aza, gadis kecil itu segera menjauhkannya dan dengan polosnya mengatakan,

"No no no, ini cupcake punya Aza, spesial, dari kak pince." ucap Aza dengan senyum pamer dan penuh kegirangan kepada Jean.

Jean merasa tangannya seolah membeku di udara, tak mampu mengekspresikan kekesalan dan iri yang melintas di dalam hatinya. Wajahnya terpampang senyum kecut, mencoba menahan emosinya yang meluap saat melihat ekspresi sombong di wajah adik kecilnya.

"Ohh, benarkah?" seru Jean tertarik dengan senyum teramat manis diwajahnya.

Natha yang menyaksikan interaksi antara Jean dan Aza lantas tertawa kecil, membuat  keduanya segera menoleh ke arah pemuda itu dengan wajah tercengang.

Jean dan Aza terlihat melongo dan takjub melihat Natha tertawa dengan hangat, dan ekspresi kagum terpancar jelas dari kedua mata mereka. Mereka merasa terpukau oleh kehangatan yang dipancarkan oleh Natha, sehingga membuat pria muda itu terlihat semakin tampan dan mempesona.

TRANSMIGRASI: KalpasastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang