Chapter 3

335 32 0
                                    

Di kejauhan, suara riang kicauan burung menyambut pagi dengan serenade indah. Melodi merdu mereka terbang bebas di dalam udara, menciptakan harmoni yang begitu sempurna. Seakan langit sendiri menari dengan irama lagu mereka, menciptakan suasana yang sejuk dan menenangkan.

Hari minggu ini, dimana kebanyakan orang beristirahat dan bersantai menikmati hari libur, disebuah mansion mewah nan megah terlihat seorang pemuda bekisar dua puluh tahun  melangkah turun menuju ruang makan dengan setelan kerjanya yang tampak sudah rapi.

Dia memiliki tinggi badan yang ideal dengan postur tubuh yang tegap dan kokoh, wajahnya berbentuk persegi dengan hidung mencung dan bibir yang penuh. Rambut hitamnya disisir rapi ke samping, menunjukkan bahwa ia selalu merawat penampilannya.

Pemuda itu adalah 𝙇𝙞𝙨𝙩𝙪 𝙂𝙖𝙡𝙞𝙝 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖, ia adalah dokter muda yang saat ini tengah magang di salah satu rumah sakit ternama milik keluarganya.

"𝘎𝘰𝘰𝘥 𝘮𝘰𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨!!" sapa Listu berjalan menghampiri anggota keluarganya yang tengah sarapan, sontak mereka semua menoleh ke asal suara itu.

𝘼𝙜𝙖𝙢 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 yang melihat putra keduanya memakai stelan kerja menyergit heran, "Ayah kira kamu belum bangun, hari libur gini masih kerja bang?" tanya pria paruh baya itu keheranan

"Prof. Claire ada jadwal operasi mendadak yah, aku di minta jadi asistennya"

Sedangkan ibunya 𝙕𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙆𝙞𝙢 menghela nafas mendengar jawaban dari sang anak, ia sebenarnya merasa khawatir melihat anaknya masih bekerja di hari libur ini.

"Jaga kesehatan kamu bang, kalau capek istirahat dulu jangan memaksakan diri" pesannya pada sang anak

"Iya bundaku sayang"

Dengan senyum meyakinkan Listu menjawab ibunya dengan lembut. Ia tahu ibunya merasa khawatir padanya, akan tetapi menjadi dokter adalah impian terbesarnya jadi ia akan melakukan sepenuh hati apa yang telah ia raih tersebut.

Setelah menyelesaikan sarapan nya Listu lantas beranjak pergi, melihat putra keduanya sudah melangkah menjauh Zanna lantas menoleh ke arah kedua anaknya yang lain yang sejak tadi tidak bersuara.

"Kalian nantinya akan kemana?" tanya Zanna pada keduanya

Mendengar pertanyaan itu 𝙆𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙕𝙖𝙝𝙞𝙧 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 serta 𝙈𝙚𝙡𝙤𝙙𝙮 𝙆𝙖𝙡𝙖 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 lantas menatap sang ibu, keduanya terlihat sedang berfikir sebelum menjawab secara bersamaan.

"Rumah"

"Adek nggak kemana-mana kok bun"

Pria dua puluh tujuh tahun yang sering dipanggil Lingga itu merupakan putra sulung Agam dan Zanna. sifatnya yang dingin dan bijaksana mampu membuat ketegasan dan kedewasaannya tampak jelas dalam setiap tindakan dan perkataannya. Kata kata tajamnya yang mampu mengetarkan hati membuat banyak orang segan padanya, hal itu menjadikannya sebagai pewaris keluarga Dirgantara yang kelak akan mengantikan sang ayah.

Sedangkan putri bungsu mereka, gadis enam belas tahun yang biasanya dipanggil Kala itu merupakan sosok yang begitu mempesona. Dengan mata yang bercahaya seperti bintang di langit malam, wajaknya yang cantik serta senyuman manisnya selalu mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya.

"Nanti siang Kala temenin bunda ke mall mau ya?" pinta Zanna kepada bungsunya yang tentu di iyakan oleh sang empu.

Sementara itu di sisi lain terlihat tokoh utama kita sedang duduk di bangku taman rumah sakit, ia merasa bosan terus berada di dalam ruangan nya.

TRANSMIGRASI: KalpasastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang