Chapter 2

373 29 4
                                    

"𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘬𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘭𝘰 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘳 𝘺𝘢? 𝘎𝘶𝘦 𝘵𝘦𝘭𝘧𝘰𝘯 𝘯𝘨𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵. 𝘐𝘯𝘪 𝘮𝘰𝘵𝘰𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘰𝘨𝘰𝘬, 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘦𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘰𝘳𝘳𝘺 𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴"

Haah... 

Aksa menghela nafas melihat pesan teks yang satu jam lalu Tegar kirimkan padanya.

Sepertinya ia harus menunda acara berbelanja nya

Haruskah ia menelfon Asta untuk menjemputnya?

Tidak...tidak, ia rasa itu ide yang buruk. Ia tidak mau mendengar omelan Ana karena telah mengganggu kencan gadis itu.

Sepertinya lebih baik ia pulang dengan naik bus.

Dengan segera ia menuju halte bus terdekat yang untungnya hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya, sebelum itu ia mengirimkan pesan ke Tegar agar ia mengembalikan motor pemuda itu langsung ke apartemen nya.

Sembari menunggu sampai di pemberhentiannya, Aksa membuka novel yang ia pinjam dari sahabatnya. Novel yang berjudul "𝙇𝙤𝙫𝙚 𝙞𝙨 𝙏𝙞𝙢𝙚" ini sebenernya sama seperti kebanyakan novel roman lain, ceritanya mudah ditebak dengan konflik yang klise membuat Ana menyesal telah membelinya.

Harus Aksa akui, novel ini memang sangat membosankan. Dimana Protagonis perempuan menyukai Protagonis laki-laki yang sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu sang Antagonis, begitu juga dengan berbagai hal klise lainnya yang pasti mudah pembaca tebak. Karena itu Aksa membacanya dari sudut pandang yang berbeda, ia ingin melihat dari sisi yang lainnya.

Saat sedang fokus dengan bacaannya, aksa dikejutkan oleh bunyi klakson yang nyaring. sebelum ia tahu apa yang terjadi, aksa merasa dunianya berputar disertai rasa sakit yang menyengat. Ia mencoba mencerna dengan telinga berdenging sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

Samar-samar Aksa mendengar suara kegaduhan, ia merasa tubuhnya sangat kaku terlebih matanya yang juga terasa sangat berat. Dalam keadaan ini yang bisa Ia lakukan hanya mendengar semua yang diributkan dengan telinga yang masih berfungsi.

"Segera hubungi keluarga pasien, kataka-

"Eungh" suara leguhan Aksa mengagetkan semua orang yang mendengar nya

"Pasien kembali hidup"

"Ini sungguh keajaiban" para dokter dan perawat kembali ribut dan memasang kembali alat-alat yang tadi sempat dilepaskan.

Perlahan kelopak mata itu terbuka, mengerjap pelan guna menyesuaikan cahaya yang menyilaukan. Bau khas obat-obatan rumah sakit menyeruak masuk ke indra penciuman nya.

"Tuan Natha? Bisa dengar suara saya?" tanya sangat dokter seraya memeriksa keadaan laki-laki tersebut

Sedangkan sang empu yang dipanggil merasa bingung, ia bisa merasakan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya.

Dimana ini? Rumah sakit? Apa yang terjadi pada dirinya?

"Dok.. Ter.. Apa yang terjadi?" tanya nya dengan lemah

"Apa anda tidak ingat? Anda mengalami kecelakaan tabrak lari dua hari yang lalu"

Tabrak lari? 

Dirinya?

"Shh..." sebuah ringisan keluar dari bibirnya, ia betul betul bingung dengan yang ia alami.

Seingatnya ia sedang menaiki bus untuk pulang sembari membaca novel yang ia pinjam dari sahabatnya, hingga suara klakson yang nyaring mengagetkan nya disertai dengan rasa sakit yang menyengat. Ia yakin bahwa bus yang ditumpangi nya mengalami kecelakaan.

kenapa itu berubah menjadi kecelakaan tabrak lari?

"Anda pasti merasa bingung, adalah wajar Anda tidak mengingatnya dilihat dari seberapa parah benturan pada kepala yang anda alami."

"Sebaiknya anda tidak berpikir terlalu keras dan beristirahatlah. Saya akan memeriksa anda kembali nanti."

Dengan kepala yang terasa pening, perlahan kesadaran Aksa mulai hilang.

•••

"Haah..." helaan nafas keluar dari mulut Aksa untuk yang kesekian kalinya. Ia melihat ke arah luar jendela ruangannya, butuh beberapa saat untuk ia memahami apa yang telah terjadi.

Ia yang mengalami kecelakaan bus, malah terbangun ditubuh seorang remaja bernama Natha yang sangat mirip dengan gambaran karakter figuran pada novel yang ia baca saat kecelakaan terjadi.

Karena itu setelah menenangkan diri, Aksa segera membuka laci nakas yang berada di samping tempat tidur nya berharap benda yang ia butuhkan ada didalam sana. Dan benar saja, terdapat sebuah dompet dan telepon genggam yang terjejer rapi.

Tanda pengenal yang berada di dalam dompet tersebut membuat nya yakin bahwa dirinya telah bertransmigrasi sebagai figuran menyediakan dalam novel "𝙇𝙤𝙫𝙚 𝙞𝙨 𝙏𝙞𝙢𝙚"

Tubuh yang ia tempati ini sebenarnya bernama 𝙎𝙝𝙖𝙞𝙡𝙚𝙣 𝙉𝙖𝙩𝙝𝙖𝙣𝙞𝙚𝙡 𝘿𝙞𝙧𝙜𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖, anak ketiga dari kepala keluarga Dirgantara. Remaja 16 tahun ini juga merupakan kakak dari Antagonis wanita dalam novel tersebut.

Saat berumur lima tahun terjadi penculikan yang direncanakan oleh musuh keluarganya yang membuat Natha terpisah dari kedua orangtua beserta keluarga besarnya. 

Tentu mereka merasa terpukul atas peristiwa tersebut, bahkan didalam novel diceritakan bahwa mereka masih terus mencarinya.

Akan tetapi saat mereka menemukan titik terang, mereka harus tertampar oleh kenyataan bahwa anak yang mereka rindukan selama ini telah meninggal dunia akibat insiden kecelakaan.

Dilihat dari garis waktu, sepertinya ini adalah saat dimana Natha mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, akan tetapi jiwa Aksa malah menempati tubuh kosong ini.

ia bersyukur masih diberikan kesempatan hidup, akan tetapi ia juga sedih karena harus berpisah dari sahabatnya terlebih keluarganya.

Apakah ayah dan kakaknya bersedih akan kematiannya?

Apa yang harus ia lakukan dengan tubuh ini?

Oke, pertama-tama ia harus mencari tahu semua tentang kehidupan Natha. Terimakasih dengan otak cerdas Aksa dan juga kemampuan hackernya yang handal, tidak sia sia ia mengasah nya sedemikian rupa.

Tᗷᑕ.

TRANSMIGRASI: KalpasastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang