Waktu menunjukkan pukul 06.50,pagi ini Dewa belum juga bangun untuk berangkat sekolah,efek cuci darah kemarin membuat nya sangat lemas dan tidak bertenaga,bahkan untuk duduk saja rasanya tidak sanggup.
Ranjani masuk ke kamar Dewa dan melihat putranya yang sedang tidur, tentu saja sebagai orang tua ia sangat marah. Ranjani menarik selimut Dewa dengan kasar yang membuat Dewa kaget dan membuka matanya.
"Bagus ya kamu, bukannya siap-siap malah masih enak-enakan tidur!" Sentak Ranjani.
"Dewa ijin hari ini ya mah,Dewa gaenak badan" Ucap Dewa lemas.
"Gaada ijin-ijin, berangkat kamu sekarang!"
Terpaksa Dewa bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membasuh mukanya, sering kali ia oleng ke kanan dan kiri karna tubuhnya benar-benar sangat lemas.
"Eh tuan muda gapapa?tuan muda sakit ya?" Ucap bi Ratna khawatir.
Dewa menggelengkan kepalanya.
"Dewa gapapa bi, ayo antar Dewa ke sekolah udah telat nih bi""Iya tuan muda, sebentar bibi ambilkan bekalnya dulu ya,tuan tunggu di mobil aja dulu" Ucap bi Ratna yang bergegas menuju ke dapur untuk mengambil bekal roti kesukaan Dewa.
Dewa masuk kedalam mobil dan menyandarkan kepalanya di kursi mobil karna merasa pusing, bi Ratna yang melihat itu tahu betul bahwa anak majikannya itu tengah sakit akan tetapi tidak diijinkan untuk beristirahat dirumah.
Selama perjalanan menuju sekolah, Dewa hanya memejamkan matanya untuk meredakan pusing, Bi Ratna seringkali mengecek jidat Dewa yang terasa panas.
Setelah sampai di gerbang sekolah Dewa bangun dan segera turun dari mobilnya."Tuan,kalau tuan muda badannya lagi gaenak jangan dipaksa ya, mau ke rumah bibi aja? tuan istirahat di rumah bibi aja ayo" Ucap bi Ratna yang sangat khawatir setelah Dewa turun dari mobil.
"Gapapa bi Dewa bisa nahan,Dewa takut kena marah mamah kalau ketahuan ga sekolah hari ini" Ucap Dewa tersenyum lebar menutupi rasa sakitnya.
"Kalau bener-bener gakuat,telpon bibi ya biar langsung bibi jemput"
"Bibi tenang aja ya,udah sana bibi pulang nanti kena omel mamah loh" Ucap Dewa meyakinkan.
Bi Ratna tersenyum sendu kearah Dewa,dan segera menyuruh suaminya yang seorang sopir untuk cepat kembali ke rumah.
Setelah pembantu dan sopirnya itu pergi,Dewa segera berjalan memasuki ruang kelasnya. Pelajaran akan dimulai dalam 5 menit lagi, untung saja Dewa sampai tepat waktu.
Vero yang melihat Dewa pucat segera menghampirinya, dirinya sangat mengkhawatirkan keadaan Dewa.
" Lo oke kan?" Tanya Vero cemas.
"Ok kok,mungkin ini efek samping cuci darah kemarin jadinya gue agak ngerasa ga enak badan" Balas Dewa.
Belum sempat melanjutkan pembicaraan, Bu Lana yang merupakan guru mata pelajaran matematika itu tiba-tiba datang.
"Ayo duduk semuanya, pelajaran akan segera dimulai!" Ucap bu Lana dengan tegas."2 hari lalu ibu kasih PR kan? tolong segera kumpulkan di meja ibu,kalau yang gak buat ibu hukum berdiri depan kelas sampai pelajaran ibu selesai"
Dewa baru ingat bahwa ada PR, ia tidak membuat PR itu karna lupa.
"ck! lupa lagi gue kalau ada PR mampus lah" Decak Dewa sebal."Yang gak buat siapa? angkat tangan" Ucap Bu Lana dengan pandangan tajam.
Dewa mengangkat tangan kanannya.
"S-saya bu""Tumben kamu ga buat, baiklah karna kamu ga buat silahkan ke depan kelas"
"Baik bu"
Dewa berjalan ke depan kelas dan berdiri disana, sebenarnya ia tidak kuat untuk berdiri terlalu lama tapi ia terpaksa melakukannya karena itu adalah hukuman baginya karna tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED TWINS
Teen Fiction"Sebagai seorang kaka aku rela menukar nyawaku dengan nyawa saudara ku ya tuhan" -Savero sanjaya Nb: kasih tau kalau ada typo/kesalahan di teks yang saya buat, terima kasih. [JANGAN MENJADI PEMBACA YANG GELAP,KARNA TIDAK VOTE,FOLLOW ATAU KOMEN!] ⚠️...