Diakhir libur semester nya, Azka memutuskan pergi menginap dirumah Satya.
"Masa game nya gak ada yang baru"
Satya menggeleng disela rapihkan bukunya "gak sempet, hari ini main game yang ada aja ya.. besok besok deh aku sempetin tambah game yang baru"
Tanpa banyak bicara, Azka menurut untuk memainkan game yang padahal sudah beberapa kali ia tamat kan.
Tiba-tiba Satya duduk disamping Azka , terkesiap sejenak saat tangan keduanya tak sengaja bersentuhan.
"Azka"
"Hmmm"
"Ada yang mau satya omongin "
"Bilang aja sih, biasanya juga klo mau cerita tinggal cerita"
Lama terdiam, ucapan satya selanjutnya buat detak jantung Azka terhenti sejenak.
"Nanti hari Minggu Aku mau lamar Sean "
Video game mendadak menampilkan tulisan game over. bingung harus bereaksi seperti apa, karena untuk sekedar bertemu tatap dengan Satya pun sulit. Azka takut tak bisa menahan rasa sakitnya dan berakhir menangis kencang dihadapan Satya.
"Apa gak terlalu buru buru sat?"
"Aku tau, tapi aku gak bisa liat Sean yang terus ditekan sama tantenya. Sean gak punya siapa siapa lagi selain mamanya yang lagi koma, kasian dia terus dipaksa supaya mau nikah sama pilihan Tante nya. Gak ada pilihan lain, selain maju buat lamar Sean langsung sebelum mamanya pergi "
Stik game Azka remat kencang
Then, what about me?
Lalu dengan senyum teduhnya Azka menoleh, bertemu tatap dengan manik Satya yang selalu dia sukai
"klo emang itu keputusan tepat untuk Satya bahagia, Azka cuma bisa dukung"
Berakhir mereka saling berpelukan hangat untuk menyalurkan perasaan keduanya yang bertolak belakang.
Satya dengan kisah cinta nya dan Azka dengan patah hatinya.
"Thank you for supporting me, from the past until now "
Susah payah Azka apus air matanya yang sudah tak terbendung, mengalir dan jatuh tepat diatas pundak pria yang selalu ia cintai.
"Azka berharap, Satya bisa bahagia sampai kapanpun _walaupun aku harus mengorbankan perasaan cinta yang sedari kecil kumiliki "