"Abang, are you okay? udah malem kok belum bobo?"
Azka menoleh disela lamunannya, lalu bergeser mempersilahkan baba-nya untuk duduk.
"Akhir akhir ini baba perhatiin kamu banyak ngelamun, kenapa?" Kepala Azka ditarik agar berbaring dipangkuan nya, lalu dengan lembut usapi rambut halus anak sulungnya "cerita dong, siapa tau baba bisa bantu"
"Azka Cape"
Ditengah pelukannya Azka menangis, menumpahkan semua rasa sedihnya.
"Kalo cape, istirahat sebentar.. ambil libur biar baba yang bilang sama dosen mu_"
"Abang gak cape kuliah, Abang _" Azka menangis kencang sampai Jake panik, lalu dengan pelan menarik wajah anaknya untuk ditatap. Matanya ikut berkaca-kaca menyaksikan putra kesayangan nya menangis tergugu, dengan lelehan air mata yang turun basahi kedua pipi tirusnya.
"Abang gagal, Abang gagal dapetin cinta nya Satya "
Dengan cepat Jake peluki kepala Azka, berharap bisa mengobati patah hati anaknya.
"Abang, dengerin baba. Gak ada salahnya kita bersedih, Tapi tuhan gak tidur, dia tau bagaimana caranya agar hambanya bahagia. Tabah sayang, terkadang kita harus bisa mengerti jika cinta gak selamanya harus memiliki"
"hiks.. 16 tahun Azka nunggu, tapi Satya malah jadiin orang lain buat jadiin Cinderella nya "
Jake mengangguk, seakan merasakan rasa sakit yang Azka rasakan.
"I know_"
"Sakit.. Now, what should I do?"
Susah payah Jake tarik nafasnya, lalu berujar lembut walaupun rasanya sulit
"Puncak rasa cinta adalah mengikhlaskan_
_ Move on, relakan Satya. Cari dan kejar kebahagiaan Abang"