Suasana ramai terasa di sebuah SMA, Seungjin High School salah satu sekolah elite di Seoul. Bel pulang sudah berbunyi, para siswa berbondong-bondong keluar kelas menuju ke rumah masing-masing, begitupun Aeseol.
Aeseol berjalan ke luar kelas dengan wajah tertunduk, sehingga sebagian wajahnya tertutup oleh rambut hingga tiba-tiba.
BRUKKK,
Aeseol jatuh terduduk di lantai setelah ia bertabrakan dengan seorang pria,
"Sialan!!!!" umpat si laki-laki.
Aeseol mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang menabraknya. Ia agak terkejut siapa yang ia tabrak.
Ilha, kakak kelasnya, siswa yang paling ditakuti di sekolahnya. Seseorang yang karena kekayaannya disegani oleh para guru dan seseorang yang karena keberingasanya ditakuti oleh para siswa. Ia terkenal suka bertengkar, baik dengan anak-anak sekolah ini atau sekolah luar.
Lelaki itu memandang tajam ke arahnya, dengan mata bulat dan alisnya yang tebal.. Aeseol memutuskan untuk mengabaikan tatapan itu.
Aeseol mencoba untuk bangun, dan membersihkan bajunya yang kotor karena terjatuh. Ia berniat untuk langsung pergi, tapi langkahnya terhenti. Tangannya ditahan dan ditarik oleh kakak kelasnya. Hingga Aeseol kembali berbalik dan menghadap kakak kelasnya itu.
Tubuh Aeseol yang kecil terhuyung, kepalanya menengadah menatap wajah Ilha yang bertubuh tinggi.
Aeseol hanya diam kemudian memandang tangannya yang digenggam Ilha. Tanganya mulai terasa sakit, tapi wajahnya tidak menunjukan perubahan ekspresi sedikitpun. Ia tetap terlihat datar dan dingin.
"Mau ke mana lo?!" tanya Ilha, lebih terdengar seperti sebuah gertakan. "Lo ngak liat baju gue kotor gara-gara lo tabrak." sergahnya lagi.
Aeseol melihat baju yang ditunjuk Ilha, tapi tidak melihat noda sedikitpun karena Ilha memang tidak terjatuh. Ia pun menggeleng pelan tapi jelas.
Ilha terkejut melihatnnya menggeleng. Begitupun orang-orang di sekitar mereka. Melihat Aeseol yang sama sekali tidak takut terhadap Ilha atau teman-teman Ilha yang mulai mengerubunginnya.
"Saya gak liat noda apapun di baju kaka, lagi pula saya yang jatuh bukan kakak, jadi saya pikir saya gak perlu minta maaf." ucapnya lagi.
Ucapanya itu tentu membuat Ilha semakin marah. Aeseol bisa merasakan kemarahan Ilha dari sorot matanya, juga dari cengkraman ditangannya yang semakin menyakitkan.
Aeseol sudah terlalu sering merasakan situasi seperti ini, membuatnya terlalu lelah untuk merasa takut. Sama sekali tidak tersirat keraguan ataupun ketakutan di mata Aeseol. Mata itu hanya menatap Ilha dengan begitu dingin.
Ilha yang melihat tatapan itu, menjadi semakin geram. Ia melempar lengan Aeseol yang sedari tadi dicengkramnya. Aeseol sempat oleng beberapa saat tapi dia tetap berdiri.
"HEH sopan sedikit! Jelas-jelas lo nabrak bukanya minta maaf! Lagian bocah kaya lo punya apa! Bisa apa lo sampe berani nantang gue!!! Lo pikir siapa lo sampe berani nantang gue. HAH!!!!" ucap Ilha tajam sambil memukul bahu Aeseol. Hal itu membuat Aeseol mundur satu langkah, meski begitu ia tetap berdiri, mencoba terlihat kua.
Kemudian ia tertawa, sarkas seakan mengejek omongan Ilha, yang tentu membuat Ilha semakin geram.
"Apa yang perlu ditakutkan?" tanya Aeseol datar, menatap tepat mata Ilha, kemudian ia melangkah mendekat ke arah Sama, berjinjit dan membisikan sesuatu di kuping Ilha.
"You are just a bully Kwon Ilha." Bisiknya di telinga Ilha, seblum kemudian mundur dan tersenyum pada laki-laki itu, seolah-olah mengklaim kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun and The Fire Keeper
FanfictionAeseol tak pernah peduli dengan keadaan sekitar. Ia hanya ingin bersekolah, lulus dan melanjutkan hidup. Ia tak memiliki teman dan tak merasa membutuhkanya, hingga suatu hari ia bertabrakan dengan Ilha. Ilha, kakak kelasnya, pria yang ditakuti hampi...