16. Monster

58 4 0
                                    

Aeseol bersembunyi di kamarnya. Ia berlari secepat yang ia bisa, meninggalkan sekolah, meninggalkan Kitae, mengabaikan Chiyeol, berharap dengan itu ia juga meninggalkan sebagian dirinya yang tak ia inginkan.

Ia membenci dirinya, membenci kenyataan bahwa ia sama sekali tak ada bedanya dengan ayahnya, membenci kenyataan bahwa ia sama mengerikanya dengan ayahnya.

Aeseol meringkuk di sudut kamarnya, memeluk kuat-kuat kedua kakinya, mendekatkanya ke dadadanya, menyederkan kepalanya di dengkulnya. Membiarkan air matanya jatuh, satu-satu, mereka tak kunjung berhenti mengalirdan Aeseol sama sekali tidak berniat untuk menghentikannya.

Aeseol membenci dirinya.

Aeseol membenci apa yang baru saja dilakukannya.

Aeseol masih bisa merasakan hangat darah di tanganya. Ia masih bisa mencium amis darah di tubuhnya, meskipun ia sudah berganti pakaian, meskipun ia sudah mencuci bersih tubuhnya. Bau itu tak menghilang. Bau itu menetap di tubuh Aeseol, seakan mengingatkan Aeseol bahwa ia adalah mosnster.

Suara Kitae masih terngiang di telinga Aeseol. Suara Kitae masih menggema di telinganya seakan Kitae tak pernah meninggalkannya. Ikut berlari bersamanya dan asuk ke dalam kamarnya. Dan setiap gema dari suara itu mengiris hati Aeseol.

"Look seol, we are not different."

Dan suara tawa Kitae, sura tawa yang meremehkan dan merendahkannya, ikut terngiang di kepala Aeseol.

Aeseol membenci Kitae. Ia sangat membenci Kitae, namun apa yang paling dibencinya adalah kenyataan bahwa ia tak bisa mengingkati apa yang dikatakan Kitae.

Kitae benar.

Aeseol sama saja dengan Kitae. Aeseol telah menjadi seperti Kitae. Aeseol telah menjadi apa yang paling ia takuti, seorang monster.

Aeseol membuat berbagai alasan di kepalanya, mencoba merasionalkan apa yang dia lakukan, mencoba mencari pembenaran. Ia hanya ingin melindungi teman-temannya. Ia hanya ingin melindungi apa yang berharga baginya. Ia hanya tak ingin teman-temannya terluka. Namun, Aeseol tau tak satupun dari alasan itu bisa membenarkan apa yang baru saja dia lakukan.

Ia memukuli seseorang, seseorang yang juga merupakan teman yang berharaga, seseorang yang juga merupakan anak yang berharga, ia melukai orang lain.

Satu-satunya alasan Aeseol belajar anggar adalah supaya ia bisa melindungi diri, bukan untuk mencelakai orang lain. Tapi sekali lagi, Aeseol telah melukai seseorang, membuat seseorang berada di posisi yang paling ia benci.

Aeseol kembali menangis, menutup matanya rapat-rapat berharap apa yangia alami hari ini hanyalah mimpi buruk, mimpi buruk yang tak akan pernahterulang.


The Sun and The Fire KeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang