Dua hari berlalu setelah Aeseol dan Ilha bertengkar melawan Jaebum, selama dua hari itu Ilha tak mengganggu Aeseol. Namun, ia masih bisa merasakan bahwa sesekali Ilha akan memperhatikannya dari jauh dan itu jauh lebih melelahkan. Aeseol lebih senang jika Ilha mendatanginya langsung dari pada perang dingin tak jelas ini.
Aeseol sedang mengantri di kantin saat Ilha dan teman-temanya mendekat. Ia pikir mereka akan menghampirinya tapi ternyata tidak, mereka menghampiri Deokjoong, salah satu teman sekelasnya.
Deokjoong sedang makan bersama Jangsoo dan Chiyeol. Ketiganya sedang asik makan dan bercanda ketika tiba-tiba gerombolan Ilha mendekati mereka.
Jangsoo duduk bersama Chiyeol, sedangkan di depanya Deokjoong duduk sendirian. Heerak dan Wootaek langsung duduk mengapit Deokjoong, sedang Ilha duduk di samping Jangsoo dan Taeman duduk di samping Chiyeol. Ketiganya langsung diam tak berkutik.
Taeman terlihat membisikan sesuatu kepada Chiyeol, sedangkan Heerak sibuk memainkan makanan Deokjoong yang hanya bisa menunduk. Tak lama kemudian Taeman dan Ilha berdiri dan meninggalkan mereka, hingga hanya tersisa Heerak dan Wootaek yang masih mengapit Deokjoong.
Chiyeol terlihat gusar, ia mengambil gelas berisi minuman yang tinggal tersisa setengah. Jangsoo terihat marah dan seakan mencoba menghentikanya yang akan berdiri. Namun, Chiyeol menpis tangan Jangsoo, berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Aeseol, sambil membawa esnya, sampai kemudian,
BYURRRR
Chiyeol menyiram sisa air esnya kepada Aeseol, mengagetkan Aeseol dan seisi kantin.
Aeseol memandang Chiyeol tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Mata Aeseol memancarkan kemarahan dan Chiyeol sekuat tenaga mencoba lari dari tatapan mata itu.
Chiyeol terlihat takut, kikuk dan bingung tak tau apa yang harus dilakukan.
"Sorry Seol.... gua.... " katanya terbata.
Aeseol masih menatap Chiyeol tak percaya, sampai akhirnya dilihatnya Wootaek dan Heerak berjalan melewatinya sambil tertawa. Mereka berjalan ke arah Ilha dan Taeman yang masih berdiri di pintu masuk kantin.
Pandangan mata Ilha dan Aeseol bertemu, Ilha tersenyum puas, kemudian berbalilk meninggalkan kantin bersama teman-temannya.
Melihat hal itu membuat Aeseol langsung menyadari bahwa mereka baru saja mengancam teman-teman sekelasnya untuk melakukan hal ini padanya.
Aeseol langsung mendorong Chiyeol ke arah samping hingga ia tidak menghalangi jalanya. Aeseol melangkah pasti mengikuti arah Ilha pergi, mengambil sebuah sapu yang ada di pojok kantin. Ia mencopot ujung sapu itu, sehingga hanya tersisa gagang panjangnya saja.
Kemudian, begitu Ilha terlihat di hadapanya, ia melempar ujung sapu itu dan tepat mengenai kepala Ilha.
"Akkhhhh." Teriak Ilha sambil memegangi kepalanya yang terkena lemparan sapu.
Ilha dan teman-temanya langsung bebalik, mendapati Aeseol yang sudah berdiri di ujung jalan sambil memegang gagang sapu, menatap tajam ke arahnya seakan siap bertarung.
Heerak terlihat marah karena tingkah Aeseol. Ia mengambil langkah hendak maju mendekati Aeseol Namun Taeman menahanya.
"Pak Jang, coba liat nih ada adek kelas main lempar-lempar sapu, kok gak dikasi hukuman Pak? Masa dibiarin ada yang pake kekerasan di sekolah!? Bapak gak akan pilih kasih kan?" Kata Taeman kepada Pak Jang yang berdiri tepat di belakang Aeseol.
Saat itulah, saat melihat senyum kemenangan di wajah Ilha, Aeseol menyadari bahwa ia baru saja masuk perangkap. Ilha dan teman-temanya sengaja membuatnya kesal supaya ia melakukan kesalahan dan membuat Pak Jang berada di posisi yang sulit.
Tak hanya melukai Aeseol mereka juga menempatkan Pak Jang di posisi yang sulit. Mereka membuat Aeseol bertengkar dengan teman sekelasnya dan kakaknya sekaligus.
Ilha tersenyum puas, seakan ia baru saja mendapat sebuah kemenangan absolut. Ia tersenyum meremehkan Aeseol dan kebodohanya.
Aeseol hanya mampu mengepalkan tanganya menahan amarah yang membuncah di dadanya. Dalam hati ia bersumpah suatu saat ia akan membalas hal ini.
***
Aeseol dan Chiyeol mendapat hukuman membersihkan sekolah dan sekarnag mereka sedang menyapu halaman.
Tak satupun dari mereka bicara, tidak Chiyeol tidak juga Aeseol. Aeseol tak memiliki niat untuk bersikap sopan pada Chiyeol dan Chiyeol tak memiliki cukup keberanian untuk bicara dengan Aeseol.
Sebagian baju Aeseol basah gara-gara Chiyeol dan Aeseol terlihat sama sekali tak terganggu dengan itu.
Tiba-tiba Deokjoong datang menghampiri mereka,
"Seol..... ini baju olahraga gua, pake aja dulu, baju lo basah." Kata Doekjoong kepada Aeseol, terlihat sedikit ketakutan di matanya.
Aeseol diam sebentar dan memandang Deokjoong, seolah menilai apakah perktaanya bisa dipercaya atau tidak. Kemudian ia berlaih menatap bajunya yang basah, barulah dia sadari bahwa dalamanya sedikit terlihat di balik baju putihnya.
Aeseol memutuskan bahwa ia sebaiknya menerima tawaran Deokjoong, meskipun baju itu pasti akan kebesaran, namun itu lebih baik dari pada mengenakan baju basah bukan. Ia pun mengambil baju yang diulurkan Deokjoong kemudian berjalan ke arah toilet untuk ganti baju.
Saat kembali ke taman hanya ada Chiyeol yang masih duduk di bangku halaman sekolah. Melihat Aeseol mendekat Chiyeol mengulurkan tanganya dan menawarkan minuman dingin pada Aeseol.
Aeseol memandangnya penuh curiga, namun ia bisa melihat pancaran kesedihan di mata itu seakan ia sedang mencoba meminta maaf pada Aeseol.
Aeseol mengambil minuman dingin itu dan duduk di samping Chiyeol.
Aeseol mencoba membuka minuman itu namun ia agak kesulitan karena tanganya yang basah. Chiyeol mengulurkan tanganya mengambil botol itu dari Aeseol, membukakan tutupnya dan menyerahkanya lagi pada Aeseol.
Aeseol tanpa ragu meminum pemberian Chiyeol.
"Maaf soal yang tadi." Ucap Chiyeol akhirnya.
"Next time when they do it again, don't be such a coward and fight back." Ucap Aeseol datar tanpa intensi apapun.
Chiyeol tertawa kecil mendengarnya, entah ia menertawakan dirinya atau Aeseol.
"Ngak semua orang punya keberanian buat ngelawan kaya lo Seol."
"Dan gak semua orang bakal melakukan apa yang lo lakukan." Tegas Aeseol.
Chiyeol diam, memainkan tanganya yang terlihat basah akan keringat.
"Bahkan kalo dia nyuruh gua buat ngelakuin itu lagi gua mungkin akan tetap melakukan hal yang sama. Gua ga punya kekuatan buat bilang engga Seol. Gua sama Deokjoong pernah dipukulin abis-abisan pas kita kelas 10, simply because kita nolak buat beliin mereka rokok, bukan sama gengnya ka Ilha, tapi sama anak kelas 11 yang lain. Tetep aja gua sama Deokjoong masih inget gimana sakitnya dipukulin waktu itu. Gang ka Ilha mungkin tau hal itu dan sengaja nargetin kita."
Aeseol diam mendengar cerita Chiyeol.
"Lo gak akan tau gimana rasanya kalo ga ngalamin sendiri, lo bebas menghakimi gua dan mengaggap gua pengecut, tapi buat gua ga ada pilihan lain. Lo yang memulai perang ini jadi lo juga harus siap sama konsekuensinya. You are alone in this fight."
Aeseol tersenyum mendengar cerita Chiyeol, sebuah senyum ejekan, kemudian ia berdiri dan meninggalkan Chiyeol.
Siap bilang dia tidak tau. Ia tahu jelas bagaimana rasanya menjadi samsak manusia. Chiyeol tidak tau neraka seperti apa yang sudah dilewati Aeseol bagi Aeseol, Ilha jelas bukan apa-apa.
Aeseol pernah mengalami neraka yang lebih buruk dari ini, tapi jika berada di posisi Chiyeol ia jelas tidak akan melakukan hal yang sama. Ia tak akan membiarkan siapapun mengontrolnya. Ia tidak akan membiarkan orang lain memiliki kuasa atas dirinya. Ia menolak menjadi manusia boneka, jika memang harus melawan Aeseol akan melawan. Ia tak peduli bahkan jika ia melawan seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun and The Fire Keeper
FanfictionAeseol tak pernah peduli dengan keadaan sekitar. Ia hanya ingin bersekolah, lulus dan melanjutkan hidup. Ia tak memiliki teman dan tak merasa membutuhkanya, hingga suatu hari ia bertabrakan dengan Ilha. Ilha, kakak kelasnya, pria yang ditakuti hampi...