14. Duel

73 9 7
                                    

Sekolah berjalan lancar bagi Aeseol. Kitae tak lagi mengganggu atau mendekatinya. Ilha tak lagi membuat masalah dan sesekali mereka akan pulang bersama. mereka akan berjalan dalam sunyi dari sekolah menuju rumah Aeseol. setelah sampai rumah Aeseol, Ilha akan memandang sejenak pintu yang tertutup. Kemudian, ia akan pulang tanpa mengucapkan apa-apa.

Ilha tau bagaimana perasaanya pada Aeseol. mengapa ia bersikeras ingin melindungi Aeseol. mengapa ia rela melepaskan 'title'nya untuk Aeseol. mengapa ia berubah begitu banyak setelah bertemu Aeseol. ia telah memahami dan menerima itu semua. Namun, ia belum mampu mengungkapkan perasaanya pada Aeseol. Ia terlalu takut Aeseol akan lari darinya, akan menjauh darinya, jika ia mengungkapkan perasaanya. Saat ini menjaga Aeseol dari jauh sudah cukup bagi Ilha.

Yang tidak diketahui Ilha adalah, Aeseol sudah tau bagaimana perasaan Ilha. Iapun tak bisa memungkiri bahwa ia mungkin saja telah memiliki perasaan yang sama dengan Ilha. Namun, Aeseol masih tak bisa melupakan kebencianya pada Ilha.

Aeseol masih tak bisa melupakan bagaimana Ilha memukuli kakaknya, bagaimana Ilha mempermainkanya, bagaimana Ilha menjadikan hidupnya sebuah permainan, dan yang paling ia benci bagaimana Ilha mengingatkanya kepada ayahnya.

Sebagaian dirinya masih terlalu membenci Ilha, sebagian dirinya masih begitu marah pada Ilha dan kemarahan itu menjalar berubah menjadi kemarahan pada dirinya sendiri. Jika ia membiarkan dirinya jatuh ke pelukan Ilha maka ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia akan selamanya membenci dirinya sendiri.

Aeseol menghembuskan nafas panjang, memandang papan tulis kosong di hadapannya. ia tak punya cukup waktu atau tenaga untuk memikirkan Ilha sekarang. Kepalanya sudah cukup penuh dengan masalah Kitae.

Kitae memang sudah tidak mengganggunya. Tidak mendatangi kelasnya dan memanggilnya tiba-tiba. Tapi Kitae mengganggu seisi sekolah. Ia memalak uang dari anak-anak kelas 10 dan 11, memukuli mereka yang menolak memberikan uang baik lelaki maupun perempuan.

Saat Ilha menjadi nomor satu di sekolah ia tak pernah memalak. Ilha tak pernah peduli pada uang. Ia memiliki uangnya sendiri sehingga tak butuh mengambil uang orang lain. Namun, Kitae berbeda, sejak awal tujuan utamanya mengalahkan Ilha adalah supaya ia bisa dengan mudah memonopoli sekolah, baik mendapat uang tenaga.

Kitae tidak mengganggu Kimchi dan Deokjeong, namun ia masih memalak dari anak-anak di kelas Aeseol dan itu membuat Aeseol marah. Sudah tiga anak kelas Aeseol yang menajadi korban Kitae, mereka yang tak punya uang berakhir dipukuli hingga babak belur.

Yang paling mengerikan dari Kitae adalah ia tau bagaiamana cara kerja dunia. ia hanya akan memukuli anak-anak di tempat yang tidak terlihat. Ia hanya akan memalak anak-anak di tempat yang tidak terjangkau guru-guru. Ia akan bergerak dengan tenang dan memastikan tak ada keributan.

Berbeda dengan Ilha yang bisa dengan mudah memanipulasi sekolah dengan uangnya Kitae tak punya kuasa sebesar itu. ia hanya bisa menguasai anak-anak, tidak dengan para guru. Kita bahkan tidak menyentuh anak-anak kelas atas karena ia tau mereka akan dengan mudah mengalahkanya, bukan dari segi tenaga tapi kuasa.

Saat sedang berpikir, Aeseol menoleh ke arah pintu kelas dan mendapati Jangsoo berjalan dengan langkah gontai memasuki kelas. Ia berjalan dengan menyeret kakinya, tangan kananya memegangi perutnya dan matanya satu, gelap seperti tak ada kehidupan di dalamnya.

Aeseol merasakan seluruh tubuhnya merinding, matanya menatap tajam Jangsoo yang berjalan lemah. Seakan tubuhnya lebih dulu memahami apa yang terjadi Aeseol berdiri berjalan ke arah Jangsoo yang sudah duduk di bangkunya dan menyentuh pundaknya pelan.

Namun, sentuhan pelan itu membuat Jangsoo mengerang, seakan Aeseol baru saja menusk pundaknya dengan pisau tajam.

Kengerian menyelimuti mata Aeseol, dan Jangsoo melihatnya saat menengadah menatap Aeseol yang berdiri di sampingnya.

The Sun and The Fire KeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang