dua.

223 30 6
                                    

"lu beneran berani nyamperin kak yoshi?"

junghwan tersenyum dan mengangguk, "dulu bunda berpesan, katanya, kita harus bertanggung jawab atas apapun yang kita lakukan; itu konsekuensi."

jeongwoo mengangguk saja, "tapi gw khawatir."

junghwan tepuk pelan bahu jeongwoo, "aku beneran gak apa apa jeongwoo. nanti kalau haruto ada nyamperin kesini, kamu telfon aku aja, oke?" dan beranjak dengan ponsel di tangannya selepas ia dapati jeongwoo mengangguk.

"junghwan!"

junghwan hentikan langkahnya dan berbalik, "kenapa jeongwoo?"

"hati hati."

dan junghwan mengangguk.

[[]]

junghwan tentu saja tidak langsung pergi ke taman belakang sekolah. ia masih harus mengambil kotak bekas jualannya di kantin, memeriksa nya apakah sudah habis atau masih bersisa.

"bibi," junghwan menyapa ramah serta merta membantu teman bibi nya itu membereskan tempat jualannya.

omong omong, nama teman bibi junghwan yang berjualan di sekolah ini adalah bibi jia.

"seperti biasa junghwan, semua titipan kamu habis,"
"wahh, syukur banget. berkah nya toko bi jia nih, jadi ikut laris manis juga titipannya bibi."

bi jia tersenyum sambil kemudian serahkan kotak bekas titipan milik bibi junghwan dengan agak memaksa.

"udah, ini sisanya sama bibi aja. kamu itu dari tadi keliatan banget kayak lagi ngejar ngejar sesuatu."

junghwan meringis mendegar itu, "beneran gak apa bi?"

"daripada nanti kerjanya setengah setengah, mending kamu selesaiin dulu itu kamu lagi nge-buru buru in apa."

junghwan terkekeh sambil peluk kotak tadi dan meraih tangan bi jia untuk ia salimi kemudian bersiap untuk beranjak pergi.

"makasih banyak ya bi, besok junghwan pasti gak buru buru kok bi, junghwan duluan ya,"
"hati hati junghwan!"
"bi jia jugaa!"

setelahnya junghwan berlari cepat menuju kearah belakang sekolah, dan tentu saja masih dengan membawa kotak tadi. takutnya kalau di tinggal, kotak itu hilang entah kemana.

tentu junghwan tidak kesulitan menemukan dimana yoshi berada, karena sebelumnya memang sudah ada rumor tentang sebuah geng yang tempati belakang sekolah. kalau dari rumor yang junghwan dengar, maka tempat itu sudah di tandai hanya dan untuk mereka saja; mutlak.

"wisss, ada tamu nih," lalu bersiul.

junghwan diam saja, matanya menyisir orang orang disana dan berhenti setelah manik matanya bertabrakan dengan manik mata milik yoshi.

maka junghwan juga tidak akan memperpanjang waktu dan segera bergerak mendekat kearah yoshi.

siulan terdengar, orang orang disana menggoda junghwan— lebih tepatnya berucap menjatuhkan, pun ada pula yang terang terangan menatap nya tajam, tak suka.

"saya minta maaf," tangannya diulurkan kearah yoshi dan tatapannya tak ia alihkan sedikit pun dari menatap yoshi.

yoshi angkat sebelah alisnya, "siapa yang mau maafin lu?"

junghwan hembuskan nafasnya pelan, tersenyum tipis sambil turunkan tangannya kembali ke sisi tubuhnya, "terus? kakak manggil saya kesini buat apa kalau bukan buat maafan?"

"ih, tolol," yoshi tergelak.

yoshi bangkit dari duduknya, "kalian semua jauh jauh dari gw," perintahnya, buat anak anak geng nya segera membuat jarak dengan yoshi.

"kalau sampai ada yang nguping pembicaraan gw sama nih anak culun, habis kalian ya," dan mengancam.

yoshi tarik lengan junghwan untuk duduk di bangku sebelahnya. junghwan mengikuti saja, bawa tubuhnya duduk di sebelah yoshi.

"tahu apa lu tentang haruto sama jeongwoo?"

junghwan tatap yoshi, "saya sebenarnya gak tahu banyak. tapi faktanya adek kakak yang namanya haruto itu yang sering nyamperin jeongwoo ke kelas, terus kadang suka narik narik jeongwoo buat pulang bareng dia."

yoshi mengangguk, "terus lu gak mastiin ke jeongwoo tentang kenapa haruto ngejar ngejar dia?"

"loh? ya karena haruto naksir jeongwoo, udah."

yoshi mengangguk lagi, "terus lu tahu gak, kenapa bisa gw nyamperin temen lu dan marah sama dia."

junghwan menggeleng, "saya jelas gak tahu. tapi yang jelas kakak yang gak jelas tiba tiba nyerang dia dan ngatain dia gatel."

"kalau gw bilang gw gak suka jeongwoo deket deket sama adek gw gimana?"

junghwan tatap yoshi bingung, "itu kan hak nya haruto, kenapa juga kakak gak terima kalau haruto suka sama jeongwoo, aneh."

yoshi kali ini terkekeh kecil, "oh... berarti gw aneh ya?"

junghwan kerutkan dahi nya, "kakak nih sebenarnya mau ngomong apa sih? kok ngalor ngidul gini?"

yoshi tepuk pipi junghwan dua kali, "jadi lu sebenarnya deket gak sama jeongwoo?"

"saya dekat!" nada bicara junghwan naik, dia kesal.

"oh ya?" yoshi majukan wajahnya hingga wajah keduanya kini tersisa sejengkal tangan.

"kalau gitu... bisa kan lu bilangin sama temen lu buat jauhin adek gw?" yoshi berbisik pelan.

"denger ya kak! haruto yang ngejar ngejar jeongwoo, bukan jeongwoo yang ngejar ngejar haruto! kakak tuh sebenarnya paham gak sih?!"

dan itu semua disaksikan oleh anak anak geng yoshi; bagaimana junghwan membentak yoshi yang jelas jelas disini punya kuasa tinggi, alias siapa sih yang berani berbicara dengan nada tinggi kepada yoshi selain haruto?

yoshi naikkan sebelah alis nya, "ya intinya gw gak suka sama jeongwoo, dan gw pengennya haruto gak sama jeongwoo."

"kan saya bilang itu hak nya haruto sama jeongwoo! kenapa juga kakak batasin rasa suka orang sih?!" junghwan bangkit cepat, tatap yoshi emosi sambil masih memeluk kotak didepan dadanya erat, "dan kakak juga bukan tuhan! gak usah ngatur ngatur!"

setelah nya junghwan berbalik serta berlari cepat. tinggalkan yoshi yang tertegun pun anak anak geng nya yang menatap junghwan takjub.





[i'll be lovin' you right; dua]

i'll be lovin' you right [yoshwan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang