Tubuhnya lemah sejak bayi.
Merepotkan.
Biaya perawatannya yang mahal mungkin membuat orang tuanya tega membuang tubuh ringkihnya di antara semak semak ilalang.
Kai tidak bisa apa apa. Bahkan, untuk berteriak ketika tubuhnya dilempar saja ia tidak mampu.
Matanya hanya menatap sendu Ibu dan Ayahnya yang kian menjauh, meninggalkan dirinya yang tengah sekarat.
Nafasnya memberat, ia pasrah. Air matanya mengering.
Kai hanya anak berusia 9 tahun yang tak mengerti apa apa. Dalam benaknya ia bergelut, Apakah kai anak nakal? kenapa ibu dan ayah meninggalkan kai di sini?
Hingga di detik detik terakhirnya, ketika semut semut menggerogoti badan rapuhnya, ia tidak menyalahkan takdir.
Nafas terakhirnya berembus, ia tersenyum.
"Jaga Ibu dan Ayah Kai, Tuhan..."
Semesta, terlalu jahat untuk jiwa semurni Kai.
•
•
•
•
•
Kai mengerjap bingung, sekarang ia berada di kamar luas bernuansa baby blue, khas anak anak.
Berbeda dengan kamarnya yang sempit dan suram, kamar ini terasa hangat dan nyaman.
Kai menepuk nepuk tempat tidur yang ia duduki sekarang, lembut. Sedangkan kamarnya hanya punya dipan yang keras, bahkan sudah berdebu.
Kaki kecilnya melangkah ke sana kemari, mengeksplor bagian bagian kamar.
Hingga ia memberhentikan kegiatan 'mari melihat lihat' nya di depan cermin yang tertempel pada lemari putih di sudut kamar.
"Ini Kai?" Kai menyentuh cermin di depannya, untuk memastikan.
"Kai..? Berubah...?" Ia memutar mutar tubuhnya, namun pantulan di cermin juga melakukan hal yang sama.
Ini benar dirinya!
Tapi entah di raga siapa Kai berada sekarang.
Tiba tiba saja kepalanya berdenyut sakit, telinganya berdengung, tubuhnya spontan limbung.
Di sisa sisa kesadarannya ia mendengar seseorang berteriak panik, "ASTAGA KOA!"
•
•
•
•
•
Mikkoa Perez Salvatore, itulah nama dari raga yang Kai tempati saat ini.
Koa, bungsu kesayangan keluarga Salvatore. Tubuhnya juga lemah seperti tubuh Kai, namun bedanya Koa mendapatkan begitu banyak kasih sayang, tidak seperti Kai.
Sejak sadar, ia langsung disambut pelukan hangat oleh kembaran dari Koa, Hazeliard Perez Salvatore.
Sejujurnya Kai bingung. Dia itu Kai atau Koa? ia sudah mengingat semua ingatan Koa, tapi ia masih teringat rasa sakit dan gatal saat tubuh miliknya mulai digerumuti semut.
Ingatan milik Kai dan Koa bercampur aduk dan bertabrakan. Dirinya hanya bocah berusia 9 Tahun, ia tidak bisa manahan dua ingatan jiwa di dalam satu raga.
Sentikan di dahinya membuat kesadarannya terpusat penuh.
"Koa, are you okay?" Hazel menatapnya khawatir. Di elusnya surai teal blue adik dengan jarak 7 menitnya itu.
Kai— oh atau kita sebut saja Koa, tersenyum kecil. Kembarannya ini cukup bawel pada kondisinya.
"Koa okay Hajel."
Hajel adalah panggilan kesayangan dari Koa, karena dulu anak itu cukup kesulitan menyebutkan huruf Z. Dan panggilan itu terbawa sampai sekarang.
Hazel menghentikan elusannya, dan berkata dengan nada yang tersirat akan kekhawatiran, "Lain kali kalo adik ngerasa sakit langsung bilang ya?"
Hazel tersenyum hingga matanya menghilang, tapi senyumnya entah kenapa membuat Koa meridinding.
"Un, sorry Kakak Hajeell~," Koa langsung mengecup pipi Hazel, itu yang biasanya Koa lakukan ketika Hazel atau kakaknya yang lain marah.
"Good boy," Hazel naik ke atas ranjang dan langsung memeluk Koa gemas, "udah ga sakit hm?"
Koa mengangguk di dalam dekapan sang kembaran, ia mendusal, mencari kenyamanan. Hazel dibuat terkekeh karenanya, sungguh kembarannya ini begitu menggemaskan!
"Bilang ke Mami sama papi ya?"
"Noo Hajel~ you promised me katanya hajel ga bakal bilang~"
Hazel menghela nafas, dirinya dibuat jantungan ketika mendapati sang kembaran pingsan di depan matanya. Semua anggota keluarga Salvatore sedang sibuk dengan urusannya di luar, hanya ada dirinya dan Koa yang memang tengah libur sekolah.
Ia langsung membopong tubuh Koa, yang memang lebih kecil dan ringan dibanding tubuhnya.
Namun ketika siuman dari pingsannya, sang kembaran malah melarang dirinya untuk mengatakan hal tersebut pada keluarganya. Naif sekali bukan.
Koa menguap kecil, "Hajel ngga ngantuk?"
"Sttt... Bobo ya..."
Hazel mengeratkan pelukannya, lalu menepuk nepuk pelan pantat Koa, seperti menidurkan bayi.
Beberapa menit kemudian, dengkuran halus terdengar. Hazel mengintip, Koa sudah tertidur nyenyak.
Di kecupnya sayang hidung Koa, "Sleep tight my little pumpkin."
****
halo, ini cerita pertamaku. maaf jika ada typo atau tidak sesuai EBI dan grammar!
Semua karakter dan alur murni karyaku, jika ada kesamaan nama tokoh mohon maklumnya ya, ini juga hasil googling "100 nama bayi laki laki" dan beberapa terinspirasi dari nama teman temanku.
terimakasih sudah membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rescuing My Antagonist Twin! (ON HOLD)
Ficção GeralKai tiba tiba menjadi Koa. Jati dirinya sebagai Kai hilang, ia secara sempurna telah menjadi bagian dari Koa. Secara tidak sengaja, ia menemukan Novel usang di perpustakaan. Novel itu persis seperti apa yang ia alami, dan kembarannya menjadi tokoh...