11 - Papi Albert

13.9K 1.6K 127
                                    

Mobil putih itu membelah gelapnya jalan di hutan. Hugo melirik takut takut pada bocah di sampingnya, "cil, kamu... Beneran orang kan?"

Koa menoleh, mengernyitkan dahinya bingung.

"Kenapa tanya gitu ih? Koa jelas orang lah!"

Hugo tertawa canggung, lalu menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Ia berpikir demikian karena mobil yang mereka tumpangi tengah berada di hutan pinggiran kota—Koa yang menunjukkan jalannya.

Hugo takutnya sih, yang ia bawa sekarang bukan manusia. Ya gini deh, efek kebanyakan nonton podcast horror.

"Tapi jauh banget cil, beneran rumah kamu disekitar sini?"

Koa mengangguk, "iyaa kak Hugo bawel—"

"—Tuh liet kan kita udah sampai."

Gerbang hitam berdiri megah di depan mobilnya. Hugo kembali menoleh kepada Koa yang sedang membuka kaca jendela, bocah di sampingnya ini bukan sembarang bocah.

"Gede banget, bapaknya kerja apa ya," Hugo menggumam pelan, sambil memperhatikan Koa yang tengah memanggil satpam.

Seorang satpam menghampiri mobil mereka,

"tuan muda, astaga seluruh keluarga sedang mencari anda," satpam itu berucap khawatir setelah membungkuk memberi hormat.

Koa tersenyum lemah, "Tolong bukain gerbangnya ya pak."

Satpam itu mengangguk mantap, mengkode dua satpam lain berada di depan gerbang untuk membukannya.

"Terimakasih pak," Ucap Hugo sopan. Hugo melambaikan tangannya, menyuruh satpam itu mendekat.

"Iya ada yang bisa saya bantu tuan?"

Menatap satpam di depannya dengan pandangan serius,

"Bapak gajinya berapa? Saya mau daftar juga kalo gede."

"Kak Hugo ih malu maluin~"

Atmosfer keluarga Salvatore tidak begitu bagus, Bora terus menerus menangis di pelukan Albert, sedangkan Evan mengurusi Hazel yang tiba tiba jatuh sakit.

Saat ini mereka tengah berkumpul dikamar Koa, dengan Hazel yang terbaring di kasur—ia memaksa untuk tinggal di kamar kembarannya.

Albert berusaha menenangkan Bora yang sejak tadi menangis, sambil menunggu kelanjutan kabar anak bungsunya dari Damian.

Ketukan pintu terdengar tidak sabaran, seorang maid dengan wajah sumringahnya masuk, "Permisi tuan, tuan muda Koa sudah pulang!"

Awalnya Albert sangat marah karena maid itu dengan lancangnya membuka pintu kamar, tapi begitu mendengar nama anak bungsunya, mimik wajahnya terlihat melembut.

"Dimana?"

Maid itu menyingkir dari ambang pintu, terlihatlah atensi bungsu Salvatore yang berada di gendongan pemuda berambut hitam.

"ADIK!" Bora langsung menyerbu anaknya dengan ciuman, Albert juga berinisiatif untuk membawa Koa dalam gendongannya.

Melirik pada maid tadi, "Panggilkan Dokter Zhen segera."

"Baik tuan."

Albert membaringkan tubuh lemah Koa disamping Hazel. Tentunya bungsu Salvatore itu langsung dihujani pelukan syukur oleh Bora dan Evan.

Albert menghampiri pemuda tadi yang masih berdiri canggung.

"Mari ikut saya."

Rescuing My Antagonist Twin! (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang