Koa memakai pakaian yang di pilihkan oleh Hazel. Kaos soft grey berlengan panjang dan celana hitam diatas lutut, sangat kontras dengan kulit putih lembutnya.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Koa, "Adik? Makan yuk?"
Koa buru buru membuka pintu kamarnya, ia langsung mendapati sang Ibunda, Debora Rusell.
"Mami!" Koa memekik senang, ia merentangkan tangannya yang langsung di sambut hangat oleh Bora.
Bora menggendong koala si bungsu, itu bukan masalah baginya.
Bora sering merasa bersalah karena ia tetap mengurus kesibukannya ketika mengandung si kembar. Padahal Dokter sudah memperingatinya, mengatakan bahwa ia kurang asupan gizi serta kelelahan. Tetapi Bora memilih abai, dan ia menyesalinya ketika melahirkan si kembar. Yang mana bayi Koa lebih kecil dibanding bayi Hazel, bahkan bobotnya hanya mencapai 2,3 kilo.
Jari mungil itu memencet tombol di lift, ia terkikik geli sendiri.
"Hehehe koa pinter kan mami," matanya berbinar bak kucing yang minta di beri pujian."Pinternya anak mami~" Bora mengecup sekilas bibir plumpy sang anak, "Kata kakak, hari ini Koa pingsan ya?"
Mata Koa membulat sempurna, dasar kembaran ingkar janji!!! Ia akan mogok berbicara dengan Hazel setelah ini.
"Engga ko,"
"Mami sedih anak mami gamau jujur, mami ibu yang gagal ya..." Bora berpura pura sedih, ini adalah salah satu jurus andalannya ketika membujuk sang anak untuk jujur.
Koa panik dibuatnya, "Mami, mami, mami don't be sad, Koa sorry, Koa tadi pingsan dua kali."
Bora terkejut, 2 kali? Hazel bilang Koa hanya pingsan satu kali ketika ia akan mengajak kembarannya itu untuk makan camilan.
"Dua kali? Kenapa ngga bilang ke mami? Dadanya sakit hm? mana yang sakit?"
"Koa okay mami." di tepuk nya pelan bahu sang Mami.
Bora menarik nafas panjang, ia mendongak agar air matanya tak jatuh, "Lain kali, kalo Koa kenapa napa langsung bilang ya? entah ke mami, papi, kakak kakak atau pun maid dan bodyguard disini. Paham sayang?"
Koa menenggelamkan wajahnya di bahu Bora, ia mengangguk lemah, merasa bersalah.
•
•
•
•
•
Setibanya di ruang makan, Bora langsung mendudukan Koa di kursinya yang berada di tengah tengah Bora dan Hazel.
"Mi, adik kenapa digendong? Sakit?"
William Eden Salvatore, atau yang kerap di panggil Willy. Anak kedua pasangan Bora dan Albert, yang tengah menempuh studi kedokteran di salah satu universitas bergengsi.
Bora mengecup bibir sang suami, Albert. Lalu mendudukan dirinya di samping Koa, "Adik ngga papa, cuman tadi katanya pingsan dua kali. Nanti coba kamu cek ya Kak."
"DUA KALI?!"
Tubuh Koa tersentak mendengar teriakan Hazel.
"Hazel," Albert berujar dingin, memperingati putranya itu untuk tidak meninggikan suaranya.
"Sorry dad, Adik kenapa ga bilang," Hazel mengacak rambutnya frustasi.
"Un, sorry kakak."
"Adik kalo boong Kakak gajadi ajak ke Zoo lho," Koa mengalihkan pandangannya ke sumber suara.
Pemuda dengan tampilan yang berandal dan cukup urakan, terlihat lebih bebas dibandingkan semua anggota Salvatore. ia Evander Mils Salvatore, Anak ketiga. Berusia 17 Tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas, yang masih berada di bawah naungan yayasan yang sama dengan Sekolah si kembar.
"Gapapa nanti tinggal ke Zoo sama Papi wlee," Koa memeletkan lidanya.
Evan menyentuh dadanya, berujar dramatis, "Aduh jahatnya adik."
Semua yang berada di meja makan terkekeh mendengarnya.
Setelah percakapan kecil tersebut, mereka memakan makanan yang tersaji dengan tenang. Hari ini menu yang dimasak oleh Koki ialah Beef Steak dengan Mushrooms Sauce dan Mashed Potato
Koa memasukan potongan steak yang sudah dipotong oleh Bora, ia mengemutnya. Salah satu kebiasaan makan Koa adalah mengemut makanannya, hal itu membuat waktu makan Koa lebih lama dibanding yang lain.
"Adik makannya jangan di emut, dikunyah yaa," Tuntun Willy.
Koa mengangguk, lalu mengunyah potongan steak yang sudah hambar karena terlalu lama ia emut. Begitu melihat pipi itu bergerak, Willy baru tenang.
Koa membuka mulutnya, "Kakak Aaaa," menunjukkan bahwa ia melakukan dengan benar apa yang diperintahkan oleh Willy.
"Pintarnya adik kakak~"
•
•
•
•
•
Koa bersandar pada headboard, sekembalinya dari makan malam ia langsung termenung. Untungnya, kamar Koa dan Hazel dipisah, jadi ia punya privasi sendiri. Koa tak tahu saja jika kamarnya dilengkapi cctv di berbagai sudut.
"Sebenarnya siapa aku?" lirihnya.
Ia sedang krisis identitas. Ia merasakan apa yang di rasa oleh Koa dan juga Kai. Jiwa 9 tahun dan 14 tahun menyatu di satu raga. Transmigrasi jiwa? bisa dibilang, tapi ini seperti dua jiwa yang dipaksa bergabung menjadi satu.
Tiba tiba saja angin berhembus cukup kencang, sampai bisa membuka balkon kamarnya. Cahaya rembulan menyembul masuk, dengan tirai yang berkibar pelan.
"Kamu cukup menerima semua yang sedang terjadi, hiduplah dengan baik, Cahayaku."
Koa merinding, terdengar suara lembut bersamaan dengan angin yang masuk ke kamarnya. Tubuhnya kaku, apa maksudnya itu?
***
mohon diingat lagi ini semua hanya fiktif ya, sangat amat tidak rasional aslinya sih \( ̄▽ ̄;)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Rescuing My Antagonist Twin! (ON HOLD)
Ficción GeneralKai tiba tiba menjadi Koa. Jati dirinya sebagai Kai hilang, ia secara sempurna telah menjadi bagian dari Koa. Secara tidak sengaja, ia menemukan Novel usang di perpustakaan. Novel itu persis seperti apa yang ia alami, dan kembarannya menjadi tokoh...