Suara tendangan pintu tidak membuat pria paruh baya itu terkejut. Melirik malas pada putranya yang akhirnya pulang setelah sekian lama kabur dari rumah.
"Ingat pulang juga heh?"
"Ya ini ingat." Jawab pemuda itu dengan acuh tak acuh.
"HUGO DARLEY!"
Yang dipanggil justru tertawa kencang, dia mendudukan dirinya pada sofa dan menyilangkan kakinya.
"Ayah udah bau tanah ngga usah banyak drama."
Darley memijat pangkal hidungnya, apa dirinya melakukan kejahatan di kehidupan sebelumnya? Kenapa ia harus mempunyai anak durhaka seperti Hugo?
"Pulang mau apa? Duit yang Ayah transfer habis?" Darley bertanya dengan santai sembari menyesap kopinya.
"Aku mau jadi penerus perusahaan."
Darley menyemburkan kopi yang ia minum, apakah putranya ini kerasukan dedemit?! Dia ingat jelas bagaimana Hugo menolak keras saat ia mengatakan bahwa Hugo lah yang akan mewariskan perusahaannya. Anak itu bahkan kabur dari rumah selama hampir 2 tahun.
"Apasih Ayah lebay banget. Tapi ini tidak gratis loh, aku punya dua syarat." Hugo mengacungkan dua jarinya.
"Pertama aku mau pindah sekolah ke X HS."
Darley jelas setuju, sekolah itu adalah sekolah swasta yang berada dibawah naungan yayasan terkenal. Sistem pembelajarannya juga setara dengan taraf internasional. Dulu dia sempat akan mendaftarkan Hugo di sana, tapi bocah durhaka itu justru menendang pintu; meminta masuk ke sekolah negeri.
"Kedua, ayah harus merestuiku."
Darley mengangkat satu alisnya, putra anehnya ini bisa jatuh cinta juga ternyata, "Putri keluarga mana?"
Menggeleng, Hugo tersenyum cerah, dengan lempengnya dia berkata, "aku gay Ayah."
•
•
•
•
•
Koa menghela nafas lelah. Perutnya keroncongan sejak tadi. Dia masih berada di lobi sekolah; menunggu supir yang katanya akan datang menjeput. Hazel pulang terlebih dahulu, meninggalkan dirinya. Lalu Evan yang memang sejak pagi sudah berangkat ke kota sebelah untuk pertandingan futsal.
"Oi bocil."
Sepasang sandal berhadapan dengan sepatunya. Koa mendongak, manik ambernya mengerjap bingung mendapati Hugo yang berdiri di hadapannya.
"Kak Hugo?"
"Ayo pulang bareng aku, udah izin ke papimu tadi." Hugo mengulurkan tangannya.
Koa meraih uluran tangan itu. Begitu berdiri ia langsung dibuat bingung dengan Hugo yang tiba tiba saja membalut tubuhnya dengan jaket denim. Tubuh Koa yang tenggelam dalam balutan jaket Hugo, terlihat 10 kali lipat lebih menggemaskan. Hugo saja sampai dibuat menggigit bibir karena tidak tahan dengan kegemasan bocah Salvatore itu.
"Pake motor ngga papa ya?"
"Iyaa~"
Dua anak adam itu berjalan beriringan menuju parkiran. Koa sangat menyukai kendaraan yang bernama motor, menurutnya motor lebih seru dibanding mobil. Tapi saat melihat Vespa butut, Koa jadi mempertimbangkannya lagi.
"Ini motor kakak?"
Hugo menepuk nepuk body Vespa yang berisi stiker, "iya, bagus kan? Harganya 60 nih."
Koa mengangguk kikuk, sejujurnya dia kira Hugo akan membawa motor Harley Davidson—seperti milik Evan. Tapi sepertinya ekspektasi Koa lah yang terlalu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rescuing My Antagonist Twin! (ON HOLD)
Ficção GeralKai tiba tiba menjadi Koa. Jati dirinya sebagai Kai hilang, ia secara sempurna telah menjadi bagian dari Koa. Secara tidak sengaja, ia menemukan Novel usang di perpustakaan. Novel itu persis seperti apa yang ia alami, dan kembarannya menjadi tokoh...