12 - Hazel Menjauh

10.9K 1.4K 105
                                    

Semenjak sembuh dari demam, Koa merasa Hazel menjauhi dirinya. Hal itu membuat Koa berspekulasi, apakah ia telah melakukan kesalahan?

Hazel benar benar manjauhi Koa, bahkan ketika berpapasan pun, dia akan membuang muka atau berputar arah. Baik di rumah maupun di sekolah, Hazel mengabaikan kembarannya. Dia akan berangkat pagi pagi sekali sebelum Koa terbangun, Hazel juga bertukar tempat duduk dengan Justin.

Begitu bel istirahat berbunyi, Hazel akan terburu buru keluar kelas, meninggalkan Koa yang hanya menatap sendu kepergian kembarannya.

"Err, Koa, ayo ke kantin sama aku aja?" Justin bertanya dengan hati hati; takut melukai perasaan si bungsu Salvatore.

Koa mengangguk lemah. Mengambil kotak bekalnya dan berjalan dengan kuyu keluar kelas. Selama perjalanan menuju kantin, ia hanya diam, bahkan tak membalas sapaan dari para murid yang menyapanya. Benar benar sangat berbanding balik dengan pribadinya yang ceria.

Akhirnya mereka tiba di kantin SMA; Koa sengaja pergi kesana karena ingin memakan bekalnya dengan ditemani Evan.

Entah sial atau bagaimana, ternyata Hazel sudah duduk di samping Evan sambil memakan bekalnya. Mata Hazel membola, ia ingin berpindah tempat namun dicegah oleh Koa.

"Hazel, Hazel disitu aja, aku... aku yang cari tempat lain." sanggah Koa dengan senyum kecut.

"Adik sini aja, ini masih kosong."

"Ngga deh ka Evan, aku duduk sama..." pandangan Koa mengitari seluruh penjuru kantin, hingga tatapan matanya tidak sengaja bertabrakan dengan manik obsidian yang tajam, "nah itu Koa mau duduk sama Kak Theo!"

Tanpa menunggu jawaban dari Evan, Koa langsung berlari kecil menghampiri Theo yang berada di pojok kantin. Justin menghela nafas, memberikan gestur pada Evan jika dia akan mengikuti Koa saja. Evan mengangguk, toh lebih baik Koa di awasi dibanding berduaan dengan si bajingan Mattheo.

"Kak Theo, aku ikut duduk boleh ya?"

Theo tersenyum lebar, "boleh, sini sampingku." jawabnya, dia menepuk nepuk kursi disampingnya, menyuruh Koa untuk duduk di situ.

Koa tidak ingin pikir pusing, jadi ia langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Theo.

"Kak Gisel mana?"

"Hm entahlah, sedang ke New York sepertinya."

Koa mengangguk, lalu membuka kotak bekalnya. Mata bambi itu berbinar melihat menu bekal hari ini, ayam karaage kesukaannya dan omelet kesukaan Hazel.

Binar matanya meredup, menyendu mengingat Hazel yang selalu menghindarinya. Koa menghela nafasnya, menoleh ke Theo yang sedari tadi menatapnya.

"Kak Theo mau omelet?"

"Boleh, suapin ya."

"Oke, nih aaa."

Koa menyodorkan sesuap omelet yang langsung diterima si empu. Syukurlah Theo mau menerima omeletnya, Koa cukup sedih jika memakan makanan kesukaan Hazel.

Tak terasa bekalnya habis, dengan membaginya kepada Theo. Jemari lembutnya menutup kotak bekal, dengan gerakan yang halus dan anggun.

Theo masih memperhatikannya, justru tatapan yang dia lontarkan semakin... menakutkan? Padahal bibirnya membentuk lengkungan, tersenyum lebar kepadanya. Namun, entah kenapa Koa merasakan hal itu cukup aneh.

"Ada apa Kak Theo?" Koa akhirnya memberanikan diri bertanya kepada Theo.

Yang ditanya justru terkekeh, Menggeser tubuhnya hingga mempersempit jarak diantara mereka.

Theo meletakan tangannya di pipi Koa, dengan lembut membelai pipi itu. Manik amber Koa mau tak mau bersitatap dengan mata Theo yang sehitam langit malam, yang tengah menatapnya dalam.

Rescuing My Antagonist Twin! (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang