Hari terasa sangat panas. Bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima belas menit lalu. Tapi, keadaan kelas masih saja ramai. Mereka sibuk berlarian ke sana ke mari untuk mendapatkan jawaban matematika yang harus dikumpulkan hari ini. Raveena yang sudah selesai segera meminjamkan bukunya kepada teman-temannya agar mereka juga segera selesai.
"Rav, ini beneran gapapa kalau kita nyalin jawaban lo" tanya salah satu teman Raveena.
"Iya, gapapa kok." jawab Raveena dengan senyum manisnya.
Raveena menunggu teman-temannya menyelesaikan tugas. Sembari menunggu Raveena hanya menatap jendela yang ada di sampingnya. Matahari bersinar sangat terik hari ini. Bahkan lapangan yang biasanya ramai dengan murid-murid yang bermain basket, kini sepi karena saking panasnya matahari.
"Kenapa hari ini panas banget ya?" batin Raveena menatap keluar. Tidak biasanya cuaca se panas ini. Bahkan akhir-akhir ini saja hujan terus mengguyur kota, kenapa hari ini sangat panas?
Bugh...
Raveena terkejut. Dia langsung berdiri setelah melihat dua orang yang sedang berada di tengah lapangan.
"Kenapa, Rav?" tanya Edlyn selaku teman Raveena.
"Ed, lihat! Ada yang berantem di tengah lapangan!" jawab Raveena menunjuk ke arah luar.
Kini semua orang yang ada di kelas juga berdiri di samping jendela untuk melihat dua orang yang bertengkar di tengah lapangan. Lapangan yang sebelumnya sepi kini terlihat ramai karena banyak yang penasaran. Tidak ada yang memisahkan. Mereka hanya menonton dan membuat suasana semakin gaduh.
"Rav, itu Zayn kan yang berantem? Sama Anton anak Ips 4." ucap Ailee yang sedikit cemas. Raveena hanya diam. Dia sudah sadar setelah memberitahu teman-temannya.
"Lo nggak turun aja, Rav?" tanya Ailee lagi. Raveena menghela nafas berat.
Setelah melakukan pertimbangan, akhirnya Raveena turun. Ia segera masuk ke dalam gerombolan yang kini sedang memutari Zayn dan Anton yang sedang bertengkar. Raveena sendiri juga bingung harus melakukan apa. Bukan pertama kalinya Zayn melakukan ini di sekolah. Bahkan bisa dibilang sering malahan.
"Bangsat!" ujar Anton setelah mendapati pukulan yang tepat mengenai rahangnya. Wajahnya merah padam, menandakan dia sedang marah besar. Bahkan Anton yang biasanya terlihat ramah kali ini terlihat seperti orang yang sedang kesurupan. Rambut berantakan, baju yang terkena bercak darah, juga tangan dan kaki yang kini sudah banyak goresan dan memar.
Anton membalas pukulan dari Zayn. Namun, Zayn menghindar sebelum Anton memberi pukulannya. Pukulan Anton meleset, dan membuat Anton semakin marah. Saat Anton tersungkur jatuh, Zayn segera menendangnya dari belakang yang membuat Anton jatuh dengan keadaan tengkurap. Zayn membalikkan tubuh Anton dan segera memberikan pukulan bertubi-tubi membuat Anton mulai melemas.
"ZAYN, BERHENTI!" teriak Raveena memberanikan diri untuk masuk ke dalam pertengkaran tersebut.
Mendengar teriakan dari Raveena, Zayn segera menghentikan aksinya. Namun, terlambat. Anton sudah terbaring pingsan karena pukulan Zayn yang bertubi-tubi. Zayn segera berdiri dan menghampiri Raveena. Kini wajah Zayn terlihat cemas karena kedatangan Raveena.
"Rav, kamu ngapain di sini?"
Plakkk
Satu tamparan dari Raveena berhasil membuat pipi Zayn memerah. Terlihat jelas bahwa Raveena sangat marah kepada Zayn. Raveena merasa gagal sebagai pacar Zayn. Sudah empat tahun mereka berpacaran, namun Raveena tidak bisa mengubah sifat buruk Zayn.
"Kamu barusan nampar aku?" tanya Zayn menatap Raveena. Ini pertama kalinya Zayn ditampar oleh Raveena. Bahkan jika Raveena marah besar pun, Raveena tidak akan menampar Zayn. Jangankan menampar, berkata kasar pun Raveena tidak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Break-up
Teen FictionTerlalu banyak kesalahan untuk dimaafkan. Raveena, dia selalu memaafkan kesalahan Zayn. Sebagai kekasih selama empat tahun, Raveena merasa gagal. Raveena merasa tidak bisa mengubah sifat buruk Zayn. Sekuat apapun Raveena bertahan, akhirnya rasa lel...