Bunga Lily Putih 2

617 35 6
                                    

Seminggu kemudian. Raveena tetap menjalani kehidupannya seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa. Dia masih sekolah, mengobrol dengan teman-temanya, mengerjakan PR, juga bermain keluar setelah sepulang sekolah. Terkadang Raveena juga melamunkan Zayn. Tidak bisa dipungkiri bahwa Raveena merindukan Zayn. Rasanya aneh setiap teman-temannya membicarakan Zayn.

Kini kelas terasa sepi. Jam istirahat ini digunakan untuk anak-anak ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Raveena tidak keluar kelas. Ia hanya diam menatap lapangan sekolah dari jendela di sampingnya. Lapangan terasa ramai. Banyak murid yang bermain basket dan juga bercanda dengan teman-temannya. Raveena menghela nafas gusar. Ramai, tapi rasanya sangat sepi. Pikirnya.

"Rav," panggil seseorang yang memasuki ruang kelas. Raveena menoleh. Dhafin, cowo yang terlihat rapi dan wajahnya yang mempesona itu kini berjalan mendekati Raveena.

"Ada apa?" tanya Raveena kembali duduk di bangkunya. Sedangkan Dhafin, kini dia juga duduk tepat di depan Raveena.

"Lo lagi ada problem ya sama Zayn?" tanya Dhafin memastikan.

"Kenapa?" tanya Raveena balik.

"Zayn udah satu minggu tidak masuk sekolah." jawab Dhafin membuat Raveena merasa bersalah. Jadi, karena itu Raveena tidak melihat Zayn selama seminggu ini. Ternyata Zayn tidak masuk sekolah. Raveena sendiri tidak tau kenapa Zayn tidak masuk. Raveena tidak mau beropini bahwa Zayn tidak masuk karena putus dengannya.

"Gue juga nggak tau, Dhaf!" jawab Raveena seadanya.

"Kalau lo bisa menghubungi Zayn, kabarin gue ya. Soalnya wali kelas gue minta kejelasan. Gue pamit dulu." ucap Dhafin diangguki Raveena. Setelah itu, Dhafin segera keluar meninggalkan Raveena di kelas sendirian.

Ini sangat berat. Raveena sangat merindukan Zayn. Air matanya perlahan turun begitu saja. Ia sudah tidak bisa membendung nya. Perasaannya tercampur aduk. Antara menyesal memutuskan Zayn, tapi berpikir jika dia bertahan apalagi yang akan terjadi setelahnya. Raveena menutup wajahnya dengan jemari mungilnya. Air mata yang deras tidak bisa dihentikan begitu saja. Dadanya sesak seakan ada yang memukulnya secara bertubi-tubi.

Sepulang sekolah Raveena langsung pulang. Seperti biasa ia naik angkot bersama teman-temannya. Kali ini jalanan tidak terlalu macet. Jadi Raveena sampai rumah lebih cepat daripada biasanya. Raveena segera membuka pintu dan masuk. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Mama nya yang sedang bercakap-cakap dengan seseorang di ruang tamu. Zayn, dia datang seperti tidak terjadi apa-apa. Masih seperti biasanya yang mengobrol dengan Mama Raveena saat main ke rumah.

"Zayn." ucap Raveena segera menghampiri Zayn.

"Loh, kamu sudah pulang, Rav? Ini Zayn datang, mau kasih surprise katanya kalian udah seminggu nggak ketemu karena Zayn ke luar kota ya." ucap Mama Raveena dengan senyum merekah tidak tau apa-apa.

"Tante, Raveena nya aku ajak keluar boleh nggak?" pinta Zayn langsung saja disetujui oleh Mama Raveena. Zayn segera menggenggam tangan mungil Raveena dan mengajaknya untuk keluar.

Kini keduanya ada di dalam mobil Zayn. Raveena hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan Zayn.

"Ini buat kamu." ucap Zayn memberikan seikat bunga Lily putih kepada Raveena.

Raveena hanya diam, tidak mengerti dengan apa yang Zayn lakukan. Apakah Zayn juga ingin perpisahan yang damai?

"Iya, kamu benar, Rav. Ayo kita berpisah dengan damai. Ayo sambut hari yang baru, dimana kita sudah tidak punya ikatan. Tapi, aku mohon satu hal, Rav. Dilain hari, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Saat menunggu hari itu, aku mohon kamu jangan bersama orang lain dulu ya?" ucap Zayn sembari menatap Raveena. Zayn belum bisa melepaskan, namun mau belajar melepaskan. Zayn juga berniat belajar untuk memperbaiki kesalahannya. Mungkin ini yang terbaik. Tidak selalu kebersamaan yang membuat diri lebih baik. Mungkin saja perpisahan akan membeli pelajaran yang lebih baik.

After Break-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang