Bunga Lily Putih

753 41 4
                                    

Malam tiba. Raveena bangun dengan wajah pucat. Nafasnya terengah-engah seperti telah dikejar setan. Ia menatap jam digital yang ada dimejanya. Jam itu menunjukkan pukul 19:07, dan Raveena baru saja bangun. Padahal ia tertidur dari pulang sekolah tadi. Bahkan Raveena masih memakai seragam sekolahnya.

"Mimpi yang tidak menyenangkan." ucapnya sembari mengusap wajahnya gusar.

Raveena beranjak turun dari kasurnya. Matanya tertuju pada bunga yang sudah layu di sampingnya. Ia segera meraihnya. Perlahan-lahan bunga itu hancur karena Raveena meremas nya dengan kuat. Raveena segera keluar. Tanpa memperhatikan sekitar, Raveena segeran turun dari kamarnya dan ingin keluar rumah.

"Rav, mau kemana? Kok masih pakai seragam?" tanya mama Raveena yang kini sedang duduk di depan tv.

"Rav mau keluar sebentar, Ma." jawab Raveena segera melanjutkan langkahnya.

Raveena hanya membawa ponselnya. Ia berlarian di jalanan sembari menahan tangisannya. Di tengah perjalanan, Raveena melihat toko bunga. Ia segera berhenti dan berdiam di depan toko itu.

Pemilik toko yang melihat Raveena berdiri di depannya segera menghampirinya. Ia tau bahwa gadis itu sedang bersedih.

"Nak, kamu mau masuk dulu?" tanya pemilik toko membuat Raveena terkejut. Setelah bercakap-cakap kecil, Raveena pun ikut masuk ke dalam toko.

Pemilik toko itu menyuruh Raveena untuk duduk. Raveena pun mengikuti apa yang pemilik toko katakan. Raveena tertegun melihat banyaknya bunga di dalam toko. Banyak sekali bunga yang ada. Bunga yang berwarna-warni yang memanjakan mata. Wangi bunga yang mendominasi membuat Raveena sedikit tenang. Pemilik toko kembali menghampiri Raveena dengan secangkir coklat panas. Raveena menerimanya dengan senang hati.

"Kamu suka bunga?" tanya pemilik toko bunga itu. Raveena mengangguk.

"Tapi, kenapa kamu terlihat sedih?" tanya pemilik toko bunga itu lagi.

"Aku hanya sedang bimbang." jawab Raveena. Sesekali Raveena menyeruput coklat panasnya. Di malam yang mendung seperti ini memang enaknya minum yang panas-panas.

"Dengar ya. Kalau seseorang lagi sedih, pasti ada penyebabnya. Kalau seseorang lagi senang, pasti juga ada penyebabnya. Kalau kamu merasa itu berat, tinggalkan. Cari yang ringan-ringan saja. Jangan terlalu membebani diri sendiri. Kamu masih muda. Masih ada banyak hal yang bisa kamu lakukan. Tidak apa jika tidak mengambil hal berat itu sekarang." ucap pemilik toko bunga itu. Raveena tersenyum kecut. Coklat panasnya yang sebelumnya terasa manis sekarang menjadi pahit. Perkataan pemilik toko bunga itu tidak salah. Raveena terlalu memberatkan diri sendiri. Padahal ia bisa saja meninggalkannya.

"Nama kamu siapa?" tanya pemilik toko bunga itu.

"Raveena." jawab Raveena singkat.

"Nama yang bagus. Namaku Ayana, karena itulah toko bunga ini namanya Ayana Florist." ucap pemilik toko bunga itu. Umurnya sekitar empat puluh tahunan. Masih terlihat cantik dan anggun. Rambutnya pendek sebahu berwarna hitam dan sedikit bergelombang dibagian bawahnya.

"Nama ku juga ada, Ayyana nya. Raveena Ayyana Zoey Thaddeus." ucap Raveena sembari memperlihatkan senyum manisnya.

"Bagus dong, berarti kita ditakdirkan untuk ketemu. Kamu tau nggak? Ayana itu artinya bunga yang cantik." ucap Ayana bersemangat.

Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya Raveena keluar dari Ayana Florist. Raveena keluar dengan membawa seikat bunga Lily putih dan segera membawanya menjauh dari toko. Kini Raveena tidak berlari lagi. Raveena memilih untuk naik taxi agar cepat mencapai tempat tujuan.

Di sinilah Raveena berdiri sekarang. Di depan rumah dengan tembok berwarna abu-abu yang didominasi dengan warna hitam dan putih. Setelah memantapkan hati, Raveena datang ke rumah Zayn untuk menemui Zayn. Raveena segera menghubungi Zayn dengan mengirim beberapa pesan. Tidak lama kemudian, cowo dengan kaos putih dan celana jeans warna biru itu keluar menghampiri Raveena. Raveena memperlihatkan senyum cantiknya.

"Ada apa sayang?" tanya Zayn yang terheran melihat Raveena datang malam-malam. Apalagi Raveena masih mengenakan seragam sekolah.

"Ini, buat kamu." ucap Raveena sembari memberikan seikat bunga Lily nya kepada Zayn.

"Kamu ngapain ngasih bunga ke aku? Kamu nggak ada salah ke aku. Justru aku yang harusnya beli bunga buat kamu. Untuk meminta maaf tentang kejadian tadi siang." tanya Zayn lebih heran.

"Ayo putus."

Kalimat singkat dari Raveena membuat Zayn terkejut. Bunga yang sebelumnya digenggam, kini jatuh begitu saja. Saking kagetnya hanya tertawa dengan keras.

"Kamu pasti bercanda kan?" tanya Zayn disela tawanya.

Raveena hanya diam. Melihat Raveena yang tak menjawab, Zayn akhirnya menyadari bahwa kalimat Raveena tersebut tidak main-main. Zayn menatap Raveena dengan wajah yang cemas.

"Kamu beneran?" tanya Zayn memastikan. Raveena menganggukkan kepalanya.

"Kamu tau nggak kalau bunga Lily putih menjadi simbol perpisahan? Aku juga baru tau tadi saat beli bunganya." ucap Raveena yang kini mulai menatap Zayn. Matanya berkaca-kaca, namun tetap ia tahan.

"Nggak. Bunga Lily putih itu untuk menyambut. Seperti pernikahan, contohnya." jawab Zayn yang sekarang sudah ber gemetar.

"Benar. Bunga Lily putih untuk penyambutan. Kalau begitu, ayo sambut hari yang baru. Hari di mana kita sudah putus dan memulai hal baru dengan suasana yang berbeda. Bunga Lily melambangkan kedamaian. Karena itu, aku datang membawa bunga Lily agar saat kita putus, kita masih berhubungan baik." ucap Raveena juga gemeteran.

Setetes demi setetes air dari langit turun bersamaan dengan air mata dari Zayn dan Raveena. Walaupun sudah memutuskan untuk putus, ini juga menyedihkan untuk Raveena. Bertahan berat, melepaskan pun berat. Tapi, daripada menahan berat yang berlangsung lama, Raveena memilih untuk berat seberat-beratnya namun hanya sekali.

Zayn memeluk Raveena kuat. Air matanya turun sederas hujan. Malam ini tidak hanya dua orang itu yang menangis, melainkan langitpun ikut menangis menemani mereka.

"Maaf, aku tidak bisa bertahan lagi." ucap Raveena lirih. Dirinya masih berada dipelukan Zayn, yang membuatnya semakin melemah. Raveena berjuang mati-matian agar tidak berubah pikiran.

"Aku yang salah, aku yang minta maaf. Tapi, tidak bisakah kamu memberiku kesempatan satu kali lagi? Aku janji aku akan memperbaikinya." ucap Zayn mulai melepaskan pelukannya.

"Maaf, Zayn. Tapi, aku sudah tidak bisa melakukannya." jawab Raveena membuat tangis Zayn semakin pecah. Ini adalah pertama kalinya Raveena melihat Zayn menangis. Walau tertutup air hujan, tapi kesedihan diwajah Zayn terlihat jelas.

"Aku pergi dulu." ucap Raveena pamit.

Zayn berdiri dan mulai mengatur nafasnya. Ia tidak tau harus melakukan apa agar Raveena tidak jadi memutuskannya. Zayn bingung harus mengatakan apalagi. Sepertinya Raveena memang perlu waktu untuk menenangkan diri.

"Kamu, aku antar pulang." ucap Zayn segera diangguki Raveena.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Zayn memberikan jaket untuk Raveena agar tidak kedinginan karena hujan tadi. Jalanan terlihat sepi. Rasa sedih pun ikut berjalan di sepanjang jalan. Zayn sudah tidak punya kata-kata, begitu juga dengan Raveena. Keduanya hanya diam tanpa menatap satu sama lain. Setelah sampai, Raveena turun begitu saja dan langsung masuk ke dalam rumah. Sedangkan Zayn kembali menangis frustasi. Kini mereka sudah resmi putus.

❀❀❀❀

After Break-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang