Di seberang jalan taman itu, terlihat wajah merah padam yang memperlihatkan bahwa dia sedang marah. Zayn, dia melihat Raveena yang sedang berada dipelukan orang lain. Orang yang tidak Zayn kenal. Zayn yang kesal langsung pergi meninggalkan taman dan membiarkan Azka sendirian.
"Zayn." Panggilan dari Azka sudah tidak Zayn dengarkan. Zayn tetap fokus dan segera pulang.
Keesokannya adalah hari minggu. Raveena tidur dengan keadaan cemas. Dia masih memikirkan apa yang terjadi tadi malam saat dirinya di rampok. Pagi ini terlihat mendung seperti hati Raveena. Raveena turun dan melihat kakaknya, Ravin dan Dylan sudah siap di meja makan. Dylan memasakan nasi goreng sebagai sarapan mereka. Sedangkan Ravin menyiapkan buah-buahan seperti melon, anggur, jeruk dan beberapa buah lainnya di mangkuk.
"Kamu sudah bangun, Rav." ucap Ravin setelah menyadari bahwa Raveena sudah menuruni tangga.
Raveena hanya mengangguk dan segera duduk di samping Ravin.
"Kak Dylan tadi malam menginap di sini?" tanya Raveena sedikit canggung. Setelah mengingat apa yang terjadi tadi malam, Raveena semakin canggung dengan Dylan.
"Iya, kalau mau balik ke asrama sudah tidak ada bus. Jadi, kita balik bareng aja besok pagi. Lagi pula besok kelas siang." jawab Ravin.
Lagi-lagi Raveena melirik ke arah Dylan. Masih pagi tapi sudah terlihat tampan. Kurang lebih seperti itulah isi hati dan pikiran Raveena. Dylan yang sadar dengan Raveena, segera menuangkan air putih ke gelas dan diberikan kepada Raveena.
"Silahkan diminum adik cantik. Sepertinya kamu melirik kakak karena ingin minum. Atau adik cantik terpesona dengan kakak?" Sial. Lagi-lagi Raveena salah tingkah. Wajahnya terasa panas, padahal masih pagi. Raveena segera meminum airnya hingga habis.
"Kenapa wajah kamu memerah? Kamu beneran terpesona sama Dylan?" tanya Ravin menggoda.
"Enggak, aku hanya kepanasan. Ac nya tidak dingin seperti biasanya." jawab Raveena sembari mengipas-ngipasi wajahnya.
"Suhunya sama seperti biasanya." jawab Ravin menatap Ac yang ada di ruangan itu.
"Kakak mana tau? Kakak kan sudah tidak pulang setahun, suhunya berubah tau." jawab Raveena tidak mau kalah.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar. Masih pagi. Nasi gorengnya sudah jadi, ayo segera sarapan." ucap Dylan memotong pertengkaran kakak adik ini.
Ravin segera mengambil piring dan membaginya kepada dirinya sendiri, Raveena dan Dylan. Semuanya dibagi rata. Masing-masing mendapatkan satu telur sebagai lauknya. Setelah selesai, Raveena segera melahap nya. Ini enak, bahkan lebih enak dari masakan Raveena.
"Kak Dylan." panggil Raveena takut-takut.
"Makasih karena nolongin Rav tadi malam." Belum sempat menjawab panggilan Raveena, Raveena sudah melanjutkan ucapannya. Gadis itu terlihat tulus berterima kasih.
"Lain kali, adik cantik harus membalas budi kakak." jawab Dylan senyum membuat dirinya semakin tampan.
"Raveena janji bakal membalas budi kakak." ucap Raveena mengacungkan jari kelingkingnya. Tidak pernah terpikirkan, Dylan membalas jari kelingking Raveena dan keduanya membuat janji. Raveena segera melepaskannya karena wajahnya mulai memerah lagi pertanda bahwa dia sedang malu.
"Itulah, keluar sampai malam tidak ingat waktu. Kamu tau, kakak sama kak Dylan nyari kamu kemana-mana-" belum selesai mengomeli Raveena, Dylan segera menginjak kaki Ravin membuat Ravin kesakitan. Dylan tau Raveena masih sedih, jadi jangan dimarahi dulu karena membuat Raveena semakin sedih. Keduanya saling tatap memberi kode.
"Maaf." ucap Raveena pelan. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang.
"Sudahlah, lain kali jangan diulangi." ucap Ravin segera menyendok nasi goreng nya lagi.
Setelah selesai sarapan, mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Ravin membersihkan ruang tamu karena tadi malam ia dan Dylan bermalam sembari bermain dan ngemil. Sedangkan Dylan kini sedang membersihkan dapur karena terlihat kotor setelah digunakan memasak tadi. Sedangkan Raveena? Dia bingung harus melakukan apa. Kamar nya sudah rapi. Tidak ada tempat yang kotor lagi. Raveena duduk di depan tv sembari menonton animasi kesukaannya. Sesekali melirik Dylan yang sedang beberes dan menikmati camilan nya.
Semuanya selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Ravin dan Dylan istirahat dan duduk di sofa depan tv, sedangkan Raveena duduk di karpet depan sofa. Raveena mengambilkan minum untuk Ravin dan Dylan, lalu kembali duduk menonton animasinya.
Tok, tok, tok...
Suara ketukan pintu. Mereka bertiga saling lirik. Ravin segera memberi kode ke arah Raveena dan membuat Raveena kesal. Mau tidak mau Raveena yang membukakan pintu karena dia sendiri yang tidak ikut membersihkan rumah. Raveena berjalan dengan cemberut lalu membuka pintunya.
"Pagi Raveena." Sapaan itu membuat Raveena terkejut.
"SIAPA RAV?" Pertanyaan dari Ravin tidak dihiraukan Raveena. Raveena segera keluar dan menutup pintunya. Ravin dan Dylan yang penasaran melihatnya dari jauh. Mereka bisa melihat dari celah jendela. Terlihat cowok seumuran Raveena datang membawa bunga mawar hitam.
"Ini buat lo." ucap Zayn memberikan setangkai bunga mawar merah. Raveena menerimanya tanpa tau arti dari bunga tersebut.
"Terima kasih. Gue pergi dulu." ucap Zayn segera meninggalkan Raveena. Raveena yang bingung hanya menatap bunganya terdiam.
"Siapa?" tanya Dylan kepada Ravin.
"Pacarnya." jawab Ravin yang memang sudah mengenal Zayn.
Raveena masuk dengan wajah murung. Ravin kebingungan. Biasanya Raveena selalu senang setiap mendapat bunga, apalagi dari Zayn. Ravin segera menghampiri Raveena dan segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa kamu sedih? Bukannya kamu dapat bunga dari Zayn? Dia kan pacar kamu." tanya Ravin bingung.
"Aku sudah putus dengan Zayn lebih dari seminggu yang lalu." ucap Raveena segera meletakkan bunganya di meja ruang tamu dan kembali duduk di depan tv. Ia tidak mau memikirkan apapun lagi tentang Zayn. Dia sedih, tapi tidak mau memperlihatkan kepada Ravin dan Dylan.
Malam tiba. Raveena pergi keluar dengan membawa bunga mawar hitamnya. Ia berlari menuju Ayana Florist untuk menanyakan apa makna dari Mawar Hitam. Raveena memang tidak ingin tau, tapi entah kenapa dia merasa bahwa dia membutuhkannya.
"Bibi." panggil Raveena setelah membuka pintu toko. Bibi Ayana yang sedang asyik mengobrol pun terkejut karena Raveena memanggil dengan nada yang sedikit keras.
"Ada apa Raveena?" tanya Bibi Ayana menghampiri Raveena yang sedang kelelahan. Bibi menyuruh Raveena untuk duduk dulu.
"Bibi, apa arti dari mawar hitam?" tanya Raveena sembari memperlihatkan mawar nya yang mulai layu. Bahkan beberapa kelopak sudah hilang dari tangkainya.
"Kamu sering lihat bunga mawar di acara pemakanan?" Raveena mengangguk, menunggu lanjutan dari Bibi.
"Mawar hitam ini melambangkan perpisahan. Bagi orang yang ditinggalkan, maknanya mereka yang memberi menyuruh orang itu untuk memulai dari awal. Memulai tanpa orang yang meninggalkannya. Tapi, bunga ini juga menjadi simbol kebencian dan dendam. Tapi, isyaratnya tidak dikatakan secara penuh agar orang itu tidak sakit hati, makannya ngasih mawar hitam." sambung Bibi Ayana.
Raveena tertegun. Jadi, apa maksudnya Zayn? Bukankah dia setuju untuk berpisah secara damai? Apa sikapnya keterlaluan dan tidak bisa dianggap damai. Zayn, mengutarakan kebencian kepada Raveena? Kenapa? Perpisahan dengan dendam, kebencian? Raveena benar-benar bingung dan tidak tau harus berkata apa.
Rasa sedih ditemani dengan mendung malam. Angin yang begitu dingin hingga rasanya menusuk ditulang. Bahkan hati Raveena pun ikut menggigil kedinginan. Air hujan mulai turun tapi tidak dengan air mata Raveena. Dia sudah tidak bisa menangis. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menikmati hujan. Berdiri di tengah keramaian dengan hujan yang deras, rasanya seperti ditertawakan oleh keadaan. Raveena terduduk, kakinya melemas.
Rintik hujan berhenti. Raveena mendongakkan kepalanya. Seseorang telah melindunginya dari hujan. Tubuh yang setengah kehujanan itu menatap Raveena heran. Payung biru itu sepenuhnya untuk Raveena. Raveena berdiri dan mendekat agar bisa memakai payungnya berdua.
"Kak Dylan." ucap Raveena lirih.
❀❀❀❀
KAMU SEDANG MEMBACA
After Break-up
Novela JuvenilTerlalu banyak kesalahan untuk dimaafkan. Raveena, dia selalu memaafkan kesalahan Zayn. Sebagai kekasih selama empat tahun, Raveena merasa gagal. Raveena merasa tidak bisa mengubah sifat buruk Zayn. Sekuat apapun Raveena bertahan, akhirnya rasa lel...