Prolog

67.7K 2.5K 60
                                    

News! Helena Baldwin dirumorkan akan menikah dengan pewaris Oswald Group!

Oswald Group. Tentu aku mengenal nama itu. Oswald adalah nama keluarga dari Arsenio, yang biasa kupanggil Arsen. Ia adalah anak tunggal dari Gerald Oswald, presdir Oswald Group yang menjabat saat ini.

Aku menghela napas saat melihat foto Arsen yang mengenakan setelan tuxedo hitam yang kupilihkan untuknya terpampang jelas bawah judul berita utama yang muncul di laman depan sosmedku. Fotonya disandingkan langsung dengan Helena Baldwin, aktris yang namanya terkenal di seantero The Great Almoor. Bahkan rumornya, putra mahkota negara ini merupakan penggemarnya.

Ibu jariku bergerak, menggeser layar ponselku untuk beralih ke berita lain. Nyatanya, berita utama hari ini adalah Helena Baldwin yang digadang-gadang segera menerima nama keluarga Arsen. Walau bukan pertama kalinya aku menemukan berita bahwa Arsen akan menikahi perempuan lain, tetap saja hatiku berontak, cemburu dan sedih. Ingin rasanya kuteriakkan bahwa dirikulah perempuan yang tinggal bersamanya. Dirikulah perempuan yang selalu ada di setiap malamnya, menjadi pelepas lelah dan nafsu yang meledak di dalam tubuhnya.

Sayangnya, Arsen memintaku untuk menyembunyikan hubungan kami agar tidak ada seorang pun yang tahu betapa dekat dan intim hubungan yang kami miliki. Yang bisa kulakukan hanyalah diam dan menerima setiap rumor yang muncul, menelan kecemburuanku walau kadang aku tak bisa mengendalikan perasaan itu.

Arsen memang tidak pernah berselingkuh. Tidak pernah sekalipun ia menunjukkan ketertarikannya kepada perempuan lain. Aku tahu, ia merasa cukup dengan diriku. Namun, setengah hatiku tetap menginginkan pengakuan. Aku tidak butuh apa-apa, hanya ingin diakui sebagai kekasihnya. Akan tetapi, sampai detik ini ia tidak pernah sekalipun sudi menunjukkan pada dunia tentang hubungan kami.

Mungkin ia malu padaku yang hanya seorang yatim piatu. Mungkin juga karena hubungan kami jelas-jelas akan ditentang oleh ayahnya.

"Leila?"

Aku menoleh, menatap Arsen yang melangkah masuk ke dalam kamar. Ia hanya mengenakan kemeja putih dengan celana bahan kain katun warna hitam. Di lengan kanannya, tersampir jas yang tadi pagi ia kenakan. Dua kancing teratas kemejanya terbuka, sedang bagian lengannya tergulung. Rambut hitamnya yang dipotong model undercut juga sudah tampak berantakan.

"Aku memanggilmu dari tadi. Kupikir, kau sudah tidur," katanya sambil mendekat ke pintu kamar mandi di dalam kamar tidur kami.

Aku menyembunyikan ponselku, mengamati Arsen yang meletakkan jasnya ke dalam keranjang cuci yang kuletakkan di belakang pintu kamar mandi. Ia mulai melepaskan kemejanya, membuatku secara jelas dapat melihat otot punggungnya yang kekar dan indah. Tidak peduli berapa kalipun aku melihat dan menyentuh Arsen, aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagum dan memuja yang kumiliki untuknya.

Bagiku, Arsen adalah matahari dan aku bunga mataharinya. Kemana pun ia berada, aku akan selalu berada di sana, memuja dan mencintainya sepenuh hati.

"Aku sudah menyimpan makan malam yang kumasak di kulkas karena kau bilang akan makan di luar. Tapi, kalau kamu mau makan lagi, aku bisa menghangatkannya," ujarku sambil turun dari ranjang dan mendekat ke kamar mandi.

Arsen melongokkan kepalanya, menatapku dengan senyum tipis. "Tidak. Aku kenyang."

Ia menunduk, mengecup bibirku sekilas. Kurasakan rasa pahit dan asam yang kutahu merupakan rasa wine di bibirnya.

"Kau habis minum?" tanyaku membuatnya mengangguk.

"Aku bertemu dengan Nevan dan Helena. Tidak mungkin aku tidak minum jika berurusan dengan manusia itu," balasnya santai.

Helena. Mendengar nama perempuan itu langsung dari mulut Arsen membuat hatiku bergejolak. Baru saja aku melihat beritanya di sosmedku. Sekarang, aku mendengar informasi bahwa ia minum bersama dengannya.

"Oh..."

Aku merespon singkat, tidak tahu harus berucap apa. Respon singkatku membuat Arsen mengerutkan kening dan menatapku heran.

"Ada apa?" tanyanya.

Malam mulai larut. Jam dinding di kamar kami sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Aku tidak mau berdebat dengan Arsen mengenai Helena atau rumor yang kulihat di internet. Juga, aku tidak mau tertidur dalam keadaan marah.

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum hambar. "Bukan apa-apa. Mandilah."

Arsen tidak segera merespon ucapanku. Ia menatapku sekilas, lalu kemudian memberiku senyum nakal.

"Mau mandi bersama?" tawarnya menggoda.

Biasanya, aku akan tertawa dan memukul dadanya lembut agar ia segera mandi. Kali ini, aku hanya menggeleng dan memutar tubuhku kembali ke ranjang tanpa membalasnya. Aku tahu rasa cemburu yang kurasakan sekarang tidak berdasar, tapi aku hanyalah seorang manusia. Yang sanggup kulakukan sekarang hanyalah menenangkan diri agar tidak terlalu memikirkan berita di internet, atau kemungkinan-kemungkinan mengenai alasan Arsen yang enggan mengakui hubungan kami.

SparklingDeer
20 Desember 2023

Note:

Hai guys! Maaf ya, kebablasan hiatusnya sampe selama ini💀💀

Gue beneran kosong melompong kayak bocah kosong. Gak ada ide, sekalinya ada ide malah mampet. Ini juga draftnya gue ganti-ganti karena ngerasa gak pas sama alurnya🗿

Btw, kali ini gue bawain angst tipis-tipis sama smut ya gaes. Jangan minta pesan moral, karena moral gue sendiri gak tau ada di mana, jadi gak bisa gue kasih pesan moral. Capek gue udah mesti mikir alur cerita, mesti gue kasih pesan moral lagi. Gak ada moral guenya🫠

Warning! Berisi konten dewasa dan konsen ambigu.

PDF kayaknya nyusul nanti ya di karyakarsa. Ini baru tes prolog dulu ya. Happy reading!

Xoxo,

Miu.

Fault in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang