After Five Years
Alarm dengan ringtone Call me Baby dari boy group asal negeri ginseng itu sontak membuat Adelia terlonjak bangun dari kasurnya. Debar jantungnya terpacu begitu cepat sangking kagetnya gadis itu, adalah pilihan yang tepat memilih lagu itu sebagai ringtone alarmnya — bahkan Adelia rasa seisi rumahnya bisa terbangun gara-gara alarmnya. Tak jarang juga Tito sang kakak menggedor-gedor kamar Adelia karena gadis itu tak kunjung bangun saat suara ringtone itu berhasil menyelinap masuk ke kamarnya yang berada tepat disebelah kamar Adelia.
Menjadi mahasiswa tahun terakhir bukan hal yang mudah, biasanya selepas melaksanakan shalat subuh Adelia akan kembali bersembunyi dibalik selimut tebalnya, tetapi kini tidak lagi semenjak dosen pembimbing itu masuk kedalam dunianya.
"Eh. Tuan puteri udah bangun." Sapa Tito saat melihat Adelia sudah rapi dengan kemeja flannel berwarna ungu muda campur biru favoritnya, sambil menjinjing beberapa kertas yang bisa Tito tebak gadis itu akan bimbingan skripsi pagi ini. "Tumben banget alarmnya tadi pagi cuma sampe boom boom boom doang. Biasanya sampe reff baru bangun." Sambungnya disertai seringai mengejek yang membuat Adelia mendelik dan melayangkan totebag nya hampir mengenai kepala kakak satu-satunya itu.
"Bisa diem nggak!"
Adelia sudah ikut duduk dimeja makan bersama keluarganya untuk memulai sarapan pagi bersama. Rutinitas yang wajib di keluarga Adelia, harus bisa menyempatkan duduk sarapan bersama meski sesibuk apapun jadwal masing-masingnya tak terkecuali bagi Tito yang juga sibuk sebagai seorang dokter.
Hanya butuh tujuh menit — Adelia sudah menyelesaikan sarapannya yang hanya menghabiskan setangkup roti tawar dilapisi selai cokelat. "Kok cuma sarapan roti? Nasi gorengnya tumben nggak disentuh." Harun menatap Adelia yang sedang meneguk air buru-buru hingga hampir tersedak.
"Nggak yah. Adel buru-buru nanti takut telat bimbingannya." Adelia mengusap tumpahan air disekitar mulutnya.
"Duduk dulu sebentar." Pinta Harun dan Adekia menurut. "Sudah sampai ditahap mana skripsinya?"
"Udah ngerjain sampe bab tiga, Yah. Doain lancar terus ya." Raut wajah Adelia mendadak berubah sedih.
"Kenapa? Kok jadi murung?"
"Dosen pembimbingnya agak sulit ditemuin." Tito ikut menjawab karena adiknya itu hanya diam. "Nggak apa-apa Del, semua ada masanya — suatu saat juga lo bakal kangen sama masa-masa ini." Sahut Tito yang kemudian beranjak setelah menyelesaikan sarapannya.
"Bener abang kamu bilang. Siapa tahu habis lulus kuliah kamu nikah, jadi masa-masa kuliah ini bakal jadi masa yang paling kamu kangenin."
Adelia melotot. "Ih Ayah nikah apaan?"
"Iya kan siapa tahu Del. Jodoh nggak ada yang tahu kan?" Harun terkekeh.
Farah sang Ibu lantas mencubit pelan lengan suaminya. "Halah. Kayak Ayah udah rela aja ditinggal sama anak gadisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Five Years
RomanceTerjebak pada rasa yang sama, dalam waktu yang lama. A short story yang akan aku buat ini nggak akan banyak chapter ya 🥰 ini spesial buat ngisi hari² kita selama cokiber wamil ♥️