3. Kriteria lelaki idaman

296 55 110
                                    

After Five Years

Sejak kemarin, Adelia masih saja kepikiran kata-kata Javas yang membuatnya sama sekali tidak bisa tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kemarin, Adelia masih saja kepikiran kata-kata Javas yang membuatnya sama sekali tidak bisa tidur. Sekarang pun ia masih memikirkannya hingga membuatnya kesal pada dirinya sendiri, pasalnya sudah banyak waktu terbuang sia-sia karena gadis itu terus menghela nafas namun laptop dihadapannya belum mengetik satu baris kalimat pun.

"Del!" Adelia menoleh saat Tito memanggilnya.

"Apa sih?" Jawabnya kesal.

"Dari tadi dipanggil-panggil diem aja, kesambet lo ntar." Ujar Tito dengan pakaian formalnya, bisa Adel tebak kakaknya itu baru saja pulang dari rumah sakit.

"Pengen yang pedes-pedes nih. Beli bakso yuk, Bang."

Tito memutar bola matanya. "Males ah. Gue baru balik juga, mau istirahat."

Benar. Pasti lelah setelah menghadapi banyak pasien dirumah sakit, belum lagi kakaknya itu baru pulang setelah sejak kemarin lelaki itu menghabiskan waktu dan menginap dirumah sakit setelah pulang dengan tujuan hanya untuk menemani 'lelaki itu'. Tito merupakan dokter yang cukup terkenal dirumah sakitnya, dikenal sebagai dokter yang ramah dan tampan juga pelayanannya yang menyenangkan.

"Yaudah." Ujarnya agak kesal, lalu kembali menatap layar laptopnya.

"Kenapa nggak ajak Javas?"

Adelia menoleh dengan matanya yang membesar. "Males!"

"Yeee. Santai aja dong." Tito yang semula berdiri diambang pintu - kini melangkah masuk dan hendak menjatuhkan bokong diatas kasur sebelum akhirnya —

"Stop! Jangan duduk disini." Ujar Adelia kesal lalu jarinya menunjuk karpet bulu miliknya yang ia gelar disebelah kasurnya. "Disana." Titahnya.

"Ngelunjak!" Tito melirik sinis.

Adelia hanya tersenyum hingga gigi-giginya terlihat. "Abang dari mana sih kenal orang kayak dia?"

"Siapa?" Tanya Tito sembari melepas dua kancing baju bagian atas. "Javas?"

Adelia hanya mengangguk.

"Penasaran ya?" Tanya Tito dengan nada meledek.

Adelia melotot lalu memutar bola matanya kesal. "Nggak. Nggak usah jawab." Ujarnya kesal.

Tito tertawa puas setelah berhasil meledek Adelia. "Temen satu kampus."

"Kok lo nggak bilang kalo lo kenal sama dia?"

Tito mengangkat bahunya. "Gue aja baru tahu kalo dia itu ternyata pembimbing yang sering lo ceritain."

"Gue nggak pernah tahu tuh kalo lo punya temen kayak dia. Nggak pernah kerumah ya?"

Tito melirik Adelia sambil tersenyum penuh selidik. "Kepo banget nih? Mau banget gue ceritain? Hmm ---"

After Five YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang