4. Bakso pembawa berkah

289 52 59
                                    

After Five Years

Kedua muda mudi itu saling bertatapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua muda mudi itu saling bertatapan. Meja makan berukuran persegi panjang yang menghalangi jarak mereka, Adel dan Javas saling berbalas ekspresi atas pembicaraan bisu yang hanya mereka lakukan dari tatapan penuh arti mereka.

"Javas biasa sarapan roti atau nasi?" Farah membuyarkan aksi tatap-tatapan kedua insan tersebut.

Ruang makan yang cukup besar itu memang tidak hanya diisi oleh Javas dan Adelia saja. Ada kedua orangtua Adelia yang duduk bersebrangan dengannya, juga Tito yang duduk persis disebelah Adelia. Sedangkan javas - lelaki itu duduk disebelah orangtuanya tepatnya disebelah Harun sang ayah.

"Semua oke tante tergantung yang siap diatas meja yang mana." Jawab lelaki bersetelan kemeja berwarna putih dengan paduan sweater hitam dan bawahan celana berwarna krem.

"Dia makan apa aja juga masuk Bund, nggak ribet anaknya." Sahut Tito.

"Oh ya? Syukur dong kalau begitu, soalnya Adelia belum pinter masak yang macem-macem."

Adelia melotot. "Hubungannya apa sih, Bund?" Ujar Adelia sewot.

Farah hanya meletakkan jari telunjuknya didepan mulut seraya meminta Adelia untuk tak terlalu banyak berkomentar. "Ayok dimakan nanti keburu dingin makanannya." Ajak Farah kemudian.

Berawal dari kedatangan Javas yang berniat untuk menjemput sekaligus membawa Adelia sarapan bersama diluar, namun yang terjadi justru kedatangan lelaki itu diketahui oleh Farah sehingga ajakan untuk sarapan bersama pun tak terelakkan. Setelah adzan subuh tadi Adelia mendadak tak bisa tidur kembali, bagaimana tidak? Sebuah pesan yang dikirim oleh Javas membuat gadis itu sulit menutup matanya kembali. Padahal rencananya dihari libur ini hanya ingin bersantai-santai dikamar sambil menonton reality show EXO yang belum sempat ia tonton, namun apalah daya - minggu paginya harus direlakan untuk lelaki yang sejak tadi tak henti-hentinya mencuri perhatian kedua orangtuanya.

"Nak Javas bisa main catur?" Harun bersuara.

Javas yang tengah mengunyah nasi lantas menelannya sebelum menjawab. "Bisa om."

"Nanti habis makan temenin om main catur ya. Nggak buru-buru perginya kan?"

"Nggak kok om." Jawabnya.

Javas adalah lelaki pertama yang datang kerumah ini untuk menemui Adelia dan menarik perhatian kedua orangtuanya terutama sang ayah. Harun adalah tipe orang yang tegas dan terlihat disegani, namun jika sudah akrab - ia akan sangat seru diajak berbicara terlebih lagi Harun akan mengajaknya bermain catur seperti sekarang. Ah ralat ternyata Javas bukan yang pertama, sebelumnya pernah ada satu lelaki yang berhasil menjadi teman main catur Harun, namun semenjak saat itu lelaki itu tak lagi menampakkan dirinya kerumah ini.

Javas kembali - setelah menemani Harun bermain catur hampir dua jam lebih, entah apa yang mereka lakukan selain bermain catur hingga menghabiskan waktu cukup lama. Dan yang paling membuat Adelia melongo saat ini adalah Harun yang merangkul Javas sambil tertawa bersama, entah hal lucu apa yang membuat mereka senang seperti itu.

After Five YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang