15.33
Senin***
" Aku pul- "
Perkataan Garnet seketika terputus begitu melihat orang yang ada di belakang meja kasir. Orang tersebut sebelumnya sedang menghitung pemasukan yang ada di mesin, segera mengangkat kepala bersamaan dengan suara pintu yang terbuka.
Tatapan mata singkat terjadi. Dan dalam waktu sepersekian detik, orang di meja kasir tersenyum manis. Seperti standar seharusnya. Bukan itu saja. Orang yang Garnet yakini sebagai asisten baru sang ibu menyambut anak majikannya dengan sapaan ramah.
" Selamat sore. "
Garnet membalas dengan senyuman canggung. Tanpa mengatakan apapun lagi, Garnet berjalan cepat menuju ke lantai atas. Dia tidak sanggup jika harus menatap asisten baru toko roti yang dia harapkan namun tidak pernah dia duga.
Kiara yang baru saja keluar dari dapur langsung sadar bahwa anaknya sudah pulang. Sayang sekali, belum sempat dia menyapa, Garnet sudah menghilang ke kamarnya. Kerutan muncul di dahi wanita tersebut. Tak berselang lama, Kiara melanjutkan pekerjaannya.
Diletakkannya loyang kosong, kemudian mengambil beberapa roti yang diyakininya tidak akan terjual lagi di hari ini. Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat. Memang masih terlalu cepat untuk berberes, tetapi toko selalu sepi di hari Senin sore.
" Biar saya bantu bu, " tawar asisten baru Kiara.
" Gapapa, saya bisa kok. Sekarang kamu liat aja dulu ya, biar kamu tau roti mana aja yang kamu ambil di jam segini. "
Asistennya menggangguk. Mengamati dengan seksama. Ini hari pertamanya bekerja, dan ada banyak yang perlu dia pelajari. Dia baru saja membantu di toko selama satu setengah jam. Setelah makan siang, dia segera datang ke toko untuk melakukan pekerjaan sampingannya.
" Oh ya, kalau misal anak saya mau bantu, biarin aja. Jangan bersikap keras padanya walaupun kamu lebih tua. Dia akan menjadi pengelola selanjutnya dalam beberapa tahun lagi. "
Lagi-lagi, anggukkan yang didapat sebagai balasan. Instruksi yang singkat dan jelas. Mudah dimengerti. Dari penilaian cepat, anak pemilik toko adalah orang yang pendiam. Sepertinya juga canggung kepada orang baru. Atau hanya karena kedatangannya yang terlalu mendadak.
***
Garnet langsung merebahkan diri di ranjang berbalut seprai kotak-kotak merah hitam. Terkesan datar, seperti sebagian besar kehidupan yang Garnet rasakan. Ini bukan kebiasannya untuk tidak mengganti baju terlebih dahulu, tetapi badannya terlalu malas untuk sekedar membuka seragam lalu menukarnya dengan pakaian rumah.
Pikiran Garnet jauh lebih sibuk dibandingkan jasmaninya. Dia benar-benar tidak siap menghadapi kejadian barusan. Asisten baru ibunya, yang sudah dia tunggu sejak satu tahun terakhir, sungguh di luar bayangannya. Bahkan, tidak pernah lewat sekalipun di dalam kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARNET
Teen FictionBuku Pertama || Seri Batu Bulan ❤️🖤❤️ MULAI : 03/12/2023 SELESAI : ❤️🖤❤️ Garnet Jullian, gadis 16 tahun yang selalu menikmati kehidupannya sebagai seorang murid dan calon pewaris toko roti sederhana milik keluarga, untuk pertama kalinya merasakan...