1.10 || dia dan perkara ayah

3 1 0
                                    

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19.43
Kamis

***

" Tadi, pas kamu pergi, papa kamu datang ke toko. Ketemu dan ngomong sama mama. Dan dia bilang, dia gak akan memaksa untuk memeluk kamu atau menggenggam tanganmu. Dia cuma minta ke mama, agar mengizinkan dia sekedar melihatkan dan menyapamu. "

" Dia juga bilang, dia tidak akan memaksa mama untuk mencintainya seperti waktu kami masih muda. Dia cuma bilang, dia ingin kamu yang memutuskan apakah dia boleh menjadi ayahmu setelah kalian bertemu dan berbicara sebentar. "

Garnet masih diam. Mempertimbangkan semuanya. Dia sendiri sebenarnya dipenuhi rasa penasaran. Walaupun kemarin, dia mengatakan bahwa orang yang sama tidak akan pernah dia terima menjadi ayahnya.

" Mama mau tanya sama kamu, mau gak ketemu sama dia? Satu kali saja, dan semua keputusan setelahnya, terserah kamu. "

Garnet menghela napas berat. Setelah beberapa lama, dia tersenyum datar. " Aku pikirin dulu malem ini ya mah? Besok pagi aku kasih kabarnya. "

Kiara menggangguk. Menghormati keinginan anaknya. Garnet pun bangkit. Dia berjalan menuju tangga.

" Oh ya, mama makan malem aja. Aku udah makan diluar tadi. "

Meski kecewa, Kiara membiarkan Garnet naik. Malam ini, dia terpaksa menghabiskan semuanya. Lagipula seharusnya dia tahu bahwa Garnet sudah pasti telah makan jika kembali semalam ini.

***

09.00
Jumat

***

" Garnet, " panggil Nia, sesaat setelah bel berbunyi. Sang empunya nama yang sebelumnya membenamkan wajah di antara lipatan tangan, mengangkat kepalanya. Dia menatap sahabatnya dengan wajah datar.

Setelah sadar bahwa dirinya diberikan tatapan sedikit menyeramkan, Nia sedikit berjengit. Dia bukan tipe orang pemberani apabila sudah berurusan dengan hal-hal horor. Gadis tersebut menghentikan langkahnya untuk beberapa detik sebelum kembali berjalan, dengan lebih berhati-hati.

" Ngapain sih lo ngeliatin gue kayak gitu? Serem tau! Lo tau sendiri gue penakut, " gerutu Nia.

Garnet hanya tersenyum miring sebentar. Nia menghela napas. Dia duduk berhadapan dengan sahabatnya. Bisa merasakan ada aura tidak enak yang dibawa Garnet ke sekolah lagi. Pasti, ada kaitannya dengan masalah kemarin.

" Jadi gimana, lo udah ngomong ke nyokap lo? "

Tanpa perlu basa-basi, Nia mengajukan pertanyaan utamanya. Nadanya terdengar jengah. Lagipula, Garnet adalah sahabatnya. Dia tidak perlu kalimat pembuka dan nada bicara sebaik mungkin.

" Udah, " jawab Garnet singkat.

" Terus? "

" Ya gitu. "

GARNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang