14 [serumit benang kusut]

133 123 18
                                    

Perpustakaan kota kini menjadi tempat persinggahan sementara bagi Alycia. Gadis dengan turtleneck berwarna hijau army dan rok span hitam tengah duduk sembari membaca buku.

Brak!

Seorang pria dengan sengaja memukul meja.

Hal itu membuat Alycia terkejut. Seketika fokusnya hilang saat mendengar gebrakan meja itu. Gadis itu menoleh menatap seorang pria yang berhasil menghancurkan fokus membacanya.

Alycia berdecak sebal saat mengetahui bahwa pria itu adalah Bastian.

"Widih rajin banget baca bukunya." ujar Bastian sembari melihat dua tumpukan buku yang berada diatas meja.

"Ngagetin terus, kaya setan!" ketus Alycia sembari merapihkan buku - bukunya. Sudah dipastikan gadis itu tidak mood untuk membaca lagi.

Bastian menyangga dagunya sembari menoleh menatap gadis disebelahnya, "emang ada setan' ganteng?" Goda cowok itu sembari tersenyum miring.

Gila.

Alycia dibuat ngeri dengan ekspresi wajah Bastian. "Jijik! Dasar cowo aneh!" pungkas gadis itu sembari memukul kecil bahu Bastian dengan buku.

Alycia beranjak dari tempat duduknya, ia memilih untuk menata buku - buku itu dirak kembali. Disisi lain sepasang netra Bastian tak dapat berpaling dari Alycia, gadis cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai.

"Ngapain disini? Baca buku juga?" gadis itu mengajukan pertanyaan.

"Enggak. Cuma mau liat - liat aja." jawab pria itu, "bonusnya ketemu pengacara cantik." candaan itu keluar dari mulut Bastian.

"Mulai deh." Alycia melirik sekilas pria itu. Ia tersenyum. Semakin lama Alycia semakin bisa menyesuaikan diri dengan Bastian. Ia rasa semua yang dikatakan Bastian hanya candaan, mungkin saja semua perempuan cantik yang ditemuinya akan digoda. Disisi lain Bastian terpaku menatap gadis itu, baru kali ini ia melihat senyuman tulus yang terukir dibibir gadis itu.

Tiba-tiba suara gemericik hujan terdengar. Alycia segera melangkahkan kakinya, gadis itu berlari kecil. Ia mengintip dari balik pintu perpustakaan, hujan deras. Padahal saat ini masih pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit namun hujannya begitu deras.

Maklum saja ini musim penghujan.

"Hujan ya?" tanya Bastian sembari melihat Alycia kembali.

Alycia hanya mengangguk - angguk, memperlihatkan senyum lebar. Seolah bahagia sekali hatinya. Sedangkan Bastian nampak kesal sekali. Cowok itu juga merasa aneh, kenapa tiba-tiba Alycia merasa sebahagia ini?

"Kamu kenapa? Seneng banget kayaknya." Bastian mengajukan pertanyaan.

"Ya seneng, soalnya hujan." Alycia mengulas senyumnya yang ramah. "Lo kenapa deh? Gak suka hujan? Muka lo asem banget." tukas Alycia saat menyadari bahwa Bastian tiba-tiba terlihat aneh.

Alycia juga lebih aneh. Terkadang dia memanggil rekannya itu dengan sebutan nama, 'lo', atau 'kamu'. Biarkan saja, asal nyaman.

Bastian nampak terdiam, netranya menatap sekeliling perpustakaan itu. Ditelinganya hanya mendengar rintikan hujan. Sial. Bastian benci situasi ini.

"Aku benci hujan." satu kalimat berhasil lolos dari mulut Bastian. Tangan cowok itu terlihat menyilang. Ia menggigit bibir bawahnya.

Mendengar hal itu membuat Alycia tertawa, bagaimana bisa Bastian membenci hujan. Manusia dari mana dia sampai membenci hujan. "Masa buaya takut hujan sih? Hahahaha" cetus gadis itu dengan gelak tawanya yang renyah.

"Bastian, hujan gak mengerikan kok." kata gadis itu. Alycia memilih bangkit dari tempat duduknya, "sini ikut gue!" titah gadis itu sembari menarik tangan Bastian seketika. Tentu saja Bastian akan ikut.

INEFFABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang