HBA • 03

289 75 8
                                    


HAPPY READING

○●○


SUDAH Hampir tiga jam lebih Agatha melamun dihalaman rumah sembari mendengarkan musik dari ponsel miliknya.
Seharian ini Agatha dirumah sendirian, Delia sudah pergi dari pagi tadi diantar Elgara, Namun pria itu tak kunjung pulang usai mengantar bundanya pulang ke kampung.

Membuat gadis yang hanya mengenakan dress putih selutut itu merasa bosan. Ia lantas beranjak dari duduknya, lalu berjalan menyusuri jalanan perumahan Elgara seorang diri.

Hawa dingin berhasil menusuk permukaan kulit Agatha membuat gadis itu memeluk tubuhnya sendiri. Setelah berjalan beberapa meter, Agatha berhenti tepat didepan sebuah toko yang tampaknya sudah tutup.

Agatha melihat jam dipergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 22.35 sudah larut malam namun gadis ini masih enggan untuk pulang kerumah. Ia lantas duduk dikursi yang memang sudah ada disana sebelumnya.

Agatha menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. matanya terpejam merasakan semilir angin yang menerpa kulitnya. Air matanya mengalir begitu saja, Tiba tiba saja ia teringat masa masa indah bersama Anum walau jika pikir lebih banyak siksaan dibanding dengan masa masa yang katanya indah.

"Aga kangen nenek." lirihnya, ditemani air mata yang mengalir lembut dari kelopak matanya.

Ia rasa dunianya telah berubah seratus persen usai kepergian kakeknya. semuanya berubah, Termasuk Anum yang entah mengapa semakin menatap kotor dirinya.

Apa mungkin Anum merasa rugi telah membesarkan gadis yatim piatu sepertinya? Jika ia, kenapa Anum tak membunuhnya saja. itu lebih baik daripada harus menelantarkan cucunya hingga tak tau arah seperti ini.

Mungkin, jika ayah dan ibunya tidak pergi ke bogor karena urusan kerja, mereka pasti tidak akan pergi meninggalkan Agatha sendirian disini.

"Kenapa ibuk sama bapak tega ninggalin Agatha sendirian disini?" tanyanya, sembari menatap kosong jalanan didepannya.

Tangis agatha semakin pecah, dunianya hancur. Hidupnya terasa begitu hampa, keluarga yang entah dimana, mahkota yang direnggut paksa, membuat Agatha semakin enggan untuk menjalani hidup sendirian.

Seandainya, ia mendapat nilai yang memuaskan pada pembagian raport kemarin. Pasti Anum tidak akan mengusirnya seperti saat ini, atau mungkin wanita tua itu punya alasan lain mengapa ia tega mengusir cucu satu satunya yang ia punya?

Agatha meraup kasar wajahnya, kepalanya terasa begitu berat, matanya juga terasa perih. Semenyedihkan itu hidupnya sekarang?

Agatha beranjak dari duduknya, namun mulutnya tiba tiba saja dibekap dari belakang membuat Agatha melotot tak percaya, lalu memberontak mencoba melepas cekalan seseorang dibelakangnya.

Pria itu mengunci pergerakan Agatha dengan tubuhnya. Sebisa mungkin Agatha memberontak, tetapi nihil, ia sudah tidak mempunyai banyak energi untuk melawan mereka yang berniat jahat.

"Mau kemana cantik?" ucap pria itu diiringi tawa menggelar yang mengisi keheningan malam ini.
Membuat Agatha memejamkan matanya, rasa takut itu kembali muncul. Ia takut kejadian kemarin malam akan terulang lagi malam ini. Jantungnya seakan diuji dengan kuat, tubuhnya lemas seketika sebelum akhirnya, Agatha pingsan dalam dekapan pria misterius dibelakangnya.

HUJAN BULAN AGUSTUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang