HBA • 08

181 63 5
                                    


HAPPY READING

○●○

AGATHA menangis sesenggukan. Seharian ini dirinya sibuk merapati nasibnya yang tak pernah indah. Selalu saja ada kesialan yang ia dapatkan.
Mungkin benar yang Anum katakan waktu itu, Agatha adalah gadis pembawa sial.

Jadi, wajar jika hidupnya dipenuhi dengan kesialan.

Agatha sendirian dirumah. Elgara sudah pergi kuliah sejak tadi pagi. Membuat Agatha semakin leluasa untuk melepas segala gundah dihatinya.

Ia lantas berjalan, membuka kaca jendela kamarnya. Terlihat hamparan taman belakang rumah Elgara yang cukup luas. Banyak ditumbuhi berbagai macam bunga dan rerumputan. Membuat kesan sejuk jika dilihat.

Hujan ringan kembali mengguyur kota bandar Lampung pagi ini. Agatha tersenyum, lalu beranjak keluar menuju ke taman belakang.
Ia duduk dikursi, lalu mendongak menatap langit yang tampak putih. Tetes demi tetes air hujan berhasil mengenai wajah Agatha.

Entah mengapa, gadis itu sangat menyukai hujan. Bahkan, ia juga sudah menganggap hujan sebagai temannya. Alasannya, karena suasana hujan mampu menciptakan perasaan seseorang menjadi lebih tenang.

Dimana, hujan mempunyai alur pergerakan yang teratur. Gerakan-gerakan air hujan yang dilihat mata beserta suara anggunnya yang terdengar telinga membuat otak tidak merasa terancam.

Dengan hujan, depresi ringan yang dialami individu dapat diatasi, dengan cara terapi sederhana yang mudah dan murah, yakni melihat hujan turun dan mendengarkan suaranya secara langsung. Bukan melalui video atau film.

Itulah, alasan mengapa Agatha sangat menyukai hujan. Agatha juga pernah membaca qoutes yang mengatakan. "Kamu berkata suka hujan. Namun kamu menggunakan payung ketika berjalan dibawah hujan."

Itu alasan lain, kenapa Agatha enggan menggunakan payung atau benda lain yang mampu menghalau air hujan. Menurutnya, hujan akan terasa lebih berarti jika dirasakan. Bukan, diabaikan.

Agatha masih berada diposisi yang sama sedari tadi. Perasaannya jauh lebih tenang.

Agatha menatap perutnya, mengusapnya pelan. Lalu terkekeh kecil. "Bayi? Aku punya bayi sekarang?"

Agatha semakin terkekeh. "Agatha hamil? Haha!"

Agatha nampak seperti orang gila saat ini. Badan yang hampir basah kuyup, juga dirinya yang justru malah tertawa tak jelas seperti itu.

"Lo hamil?" Agatha mematung ditempat. jantungnya bergedup cukup kencang. Siapa? Siapa orang yang baru saja mendengar ucapannya.

Agatha tak berani membalikkan badan. Ia merasa sangat malu. Sangat... Malu.

Gadis tomboy itu mendekat kearah Agatha. Ya, dia adalah Aruni. Agatha lupa jika ia tadi sempat mengundang Aruni untuk berkunjung kerumahnya. Kepikunan yang hakiki. Gadis itu sudah sangat pikun meski umurnya yang masih belasan tahun.

Agatha juga sempat memberi tau lokasi rumah nya pada Aruni. Alhasil gadis tomboy itu lebih memilih berkunjung kerumah Agatha dibanding pergi ke sekolah.

Aruni mendekat kearah Agatha. Lalu menarik paksa pergelangan tangan Agatha. Membawanya meneduh. "Hujan! Lo nggak takut sakit, hah?!"

Agatha menggeleng dengan tatapan kosong. Pikirannya kalut, ia takut jika gadis itu membongkar rahasia itu pada semua orang.

"Lo kedinginan. Masuk, ganti baju. Biar lo nggak sakit!" Aruni tampak sedikit khawatir pada kondisi gadis dihadapannya. Rambutnya yang berantakan, badannya yang basah, juga matanya yang sembab. Membuat kesan menyedihkan jika dilihat.

HUJAN BULAN AGUSTUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang