HBA • 11

150 52 7
                                    

HAPPY READING

○●○

PAGI ini Elgara terus mengeluarkan kata maaf dari mulutnya. Ia sangat merasa bersalah pada Agatha. Karena lalai dalam menjaga gadis itu.
Elgara juga tak lupa mengatakan bahwa kemarin ia sibuk mengerjakan tugas kuliah hingga larut malam. Dan bodohnya pria itu lupa untuk mengabari Agatha.

Agatha menatap Elgara dengan senyuman manis dari sudut bibirnya.

"Janji, gue nggak bakal ngulangin kesalahan yang sama."

"Janji." ucap Agatha dengan senyum yang terus mengembang.

Pria itu mengangguk, mendekati Agatha lalu berbisik tepat ditelinga gadis itu. "Siapa yang nganterin Lo?" Agatha menggeleng cepat. "Merinding, denger suara kamu."

"Jawab dulu,"

"Kalo nggak salah namanya Dipta, dia baik." ucap Agatha sembari meminum susu coklat miliknya.

Elgara menghela nafas panjang, ia takut Agatha menyukai pria yang menolongnya semalam. "Lo suka sama dia?"

Pertanyaan Gara mempu membuat Agatha mendelik, apa maksud dari pertanyaan Elgara kali ini? Mungkinkah ia takut Agatha menyukai pria lain?

"Nggak," jawab Agatha singkat.

"Lo tukaran no wa kan?"

Agatha mengangguk, benar ia memang sempat bertukar nomor wa dengan Dipta. Alasannya agar mereka tidak saling melupakan satu sama lain.
Kini yang menjadi pertanyaan dikepala Agatha ialah, pria ini tahu dari mana jika ia dan Dipta sempat bertukar nomor WhatsApp.

"Gue nggak suka, lo deket deket sama cowo itu."

Agatha dibuat bungkam dengan perkataan Elgara kali ini. Apa maksud dari perkataan pria disampingnya ini?

"Kenapa? Bukannya terserah aku, mau temenan sama siapa aja?"

"Masalahnya, gue takut lo suka sama dia!" Gara meninggikan suaranya. Suaranya terdengar begitu nyaring. Membuat Agatha mengerjapkan matanya tak percaya. Baru kali Ini Agatha mendengar Gara berbicara dengan suara tinggi seperti ini. "Aku nggak mungkin suka sama dia!"

"Kalo bukan Lo yang suka sama Dipta. Bisa jadi, Dipta nya yang suka sama Lo!" Elgara semakin meninggikan suaranya. Membuat jantung Agatha berdegup cukup kencang. Selalu saja seperti ini, ketika Agatha mendengar suara bentakan perasaannya mulai tidak karuan.

"Masalahnya sama kamu apa?" ucap Agatha sembari mencoba menetralkan perasaannya.

"Gue mau Lo jauhin dia!"

"Kamu kenapa sih? nggak jelas." setelah mengucapkan itu, Agatha beranjak mengambil tasnya yang berada di sofa. Gadis itu berlari keluar rumah. Ia kesal mendengar perkataan perkataan Gara  yang menurutnya sangat tidak jelas.

Pria itu menatap kepergian Agatha dengan perasaan campur aduk. Ia sedikit merasa bersalah telah membentak gadis itu, disisi lain ia sangat tidak suka akan kedekatan Agatha dengan pria yang sangat dikenalnya itu.

Jalanan tampak begitu sepi. Mungkin karena waktu yang masih menunjukkan pukul 06.00 pagi. Agatha telah berlari cukup jauh, kini ia berada di depan sebuah toko kelontong. Agatha menetralkan nafasnya dengan kedua tangan yang berada di lututnya.

Dengan seragam sekolah yang ia pakai, Agatha kembali melanjutkan langkahnya. Suasana kota bandar Lampung dipagi hari membuat perasaan Agatha dengan cepat berubah menjadi sejuk. Hawa dingin pagi hari berhasil membuat Agatha memeluk tubuhnya sendiri.

Ia terus berjalan menuju ke sekolahnya. Agatha sangat ingin menaiki angkot atau ojek online tetapi ia tidak mempunyai uang sama sekali. Elgara tidak memberi nya uang untuk ongkos naik ojek atau sekedar untuk membeli makanan.

HUJAN BULAN AGUSTUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang